Aku melangkah memasuki rumah itu , suasananya begitu asing dan kelam . Ku tutup mataku saat merasa sekilas hawa dingin menerpa wajahku , angin itu berlalu dalam seketika , seperti memang berniat untuk menyambut ke datanganku di rumah ini .
Bolamataku berguling meneliti setiap penjuru rumah yang baru kami jejaki , rumah ini menguasai Ciri khas interior rumah klasik bergaya eropah yakni menonjolkan rekaan formal dengan pembinaan kayu halus seperti kenari, ceri dan mahoni sebagai bahan furniturnya , serta susunan batu bata sebagai dinding yang terlihat rapi dan membangkitkan kemegahan rumah bergaya klasik itu.
Mataku mengecil tajam , menatap satu persatu benda yang tertangkap oleh kornea mataku . Rumah ini di dekorasi dengan aneka kain berwarna perang ; misalnya permaidani,beludru dan brokat , menjadikan suasana nampak tenang dan redup .
Terdapat sebuah terapi penghangat di sebelah kanan ruang , di lengkapi dengan kerusi goyang yang di perbuat dari pokok buluh . Di bahagian kiri pula terdapat satu jendela besar berpagarkan jaringan besi yang kukuh , membuat jendela itu terlihat cantik dan menggodaku untuk meninjau apa yang ada di luar jendela tersebut .
Aku semakin melangkah masuk, di temani derap langkahku sendiri , aku menyedari bahawa perlengkapan dan pencahayaannya rumah ini menggunakan besi kayu dan
Cahaya lilin , justeru itu langkahku di sambut oleh sebuah meja bundar yang di kelilingi oleh kusyen berbahan kayu cengal, di lengkapi tiga batang lilin yang tidak menyala di atas meja bundar .
Nuansa dan suasana rumah ini benar-benar mencekik perasaan gunda , ia bagaikan istana lama yang tidak berpenghuni namun masih berdiri teguh dengan cara menawarkan suasana teduh kepada penghuni baru . Seperti sekarang, aku merasa sedikit suka dengan suasana rumah ini .
"Nathella!"
Itu suara ayah , menjemputku dari lamunan tentang suasana rumah baru kami. Aku lantas menoleh sambil tersenyum kecil.
Ayah mendekatiku bersama sebuah kotak besar yang berada dalam pikulannya .
Nafas ayah terdengar memburu, mungkin kerana faktor penuaan yang tidak membuat ayah sekuat dahulu.
Aku terkekeh sambil meletakkan beg tanganku ke atas kusyen , lalu berjalan mendekati ayah.
"biar Thella tolong.."
Ayah mengelak agar kotak itu tidak berpindah tangan . Ku pandang ayah dengan pandangan jengah . Mesti ayah nak menunjuk lagi.
"kenapa nak tolong ayah,ayah masih kuat lagi ."
Nathella menjeling malas. Itulah ayahnya .
"kuat ? Nafas panjang pendek macam tu ?"
Ayah tersengih , lalu kembali melanjutkan langkahnya , berjalan seperti kura-kura yang tidak bermaya.
Aku menjeling malas , inilah ayah , seorang yang tunjuk lagak .
.
.
.
.
Sehari penuh aku dan ayah menghabiskan masa dengan berkemas , semua telah selesai tanpa meninggalkan sedikit habuk yang mengganggu sistem pernafasan kami .
Pencahayaan dalam rumah ini amat terbatas , hanya bertemankan sebatang lilin untuk setiap tempat , patutlah aku menjumpai berkotak stok lilin di belakang rumah tadi, rupanya rumah ini memang belum mempunyai tenanga elektrik.
Ku tatap ayah dalam diam , meskipun cahaya terbatas tapi dapat ku lihat gurat keletihan di sana, mungkin pekerjaan ayah sebagai arkitek di sebuah syarikat terkemuka di negara ini membuat ayah serabut dan kusut . Bahkan , pekerjaan ayah adalah antara faktor kenapa kami berpindah ke rumah yang di liputi hutan belantara ini .
"kenapa menatap ayah macam tu ?"
Aku tersedar dan segera menggeleng , tangkas menggaul nasi di atas piringku , tanpa berniat untuk menyuap ke dalam mulut.
Ku dengar ayah menghela nafas.
"ayah tahu Thella kurang suka dengan pemindahan kita yang secara tiba-tiba ini , tapi ayah tak boleh buat apa-apa selain mengikuti kemahuan bos ayah."
Mataku berubah sayu , menatap ayah dalam kesedihan yang tersirat . Semenjak kepergian ibu 6 bulan yang lalu , ayah terlihat berbeza , beliau sering pulang larut malam , terkadang tidak pulang langsung , jika ada waktu di rumah pun , ayah akan menghabiskan masanya dalam ruang kerja . Itu semua membuat aku kehilangan seorang ayah yang aku banggakan dulu .
"Thella kena faham,ayah buat semua ni untukmu nak. Mungkin Thella kurang selesa dengan suasana baru ni , tapi ayah yakin lama-kelamaan Thella akan terbiasa."
Aku tidak mahu melihat wajah kecewa ayah bila aku menolak, maka aku hanya mampu mengangguk tanda persetujuaan tentang apa yang di katakan ayah . Ya , mungkin aku perlu masa 3 hari untuk membiasakan diri .
"lagi satu, ayah dah daftarkan Thella di University of Essex ."
"terima kasih,ayah."
Aku memamerkan senyuman lebar , mengundang kekehan ringan dari ayah , aku suka melihat ayah tertawa .
"Nathella, kau masih anak ayah yang dulu , sangat lucu dan manis , meskipun kau dah berumur 21 tahun sekarang."
Katanya di celah kekehannya.
Ku pasang raut monyong yang di palsukan .
"Aku dah besar ayah !"
Tawa ayah semakin lebar , wajahku beransur menjadi lembut dan berubah menjadi ketawa ringan .
"dah,dah lebih baik kita habiskan makanan ni cepat, esok Thella dah mula kelas."
Aku mengganguk semangat.
Bayangkan Rumah Borley Rectory,Essex ?
Share this novel