Rate

01-2

Romance Series 4387

Haaaaiiii..
Eriss balik lagi nih dengan cerita baru yang tambah absrudd banget ??

Aku usahakan bakalan update ??

Oke, happy reading.
And jangan lupa vote ??????
??

Riley menggenggam tangan Zaara sejak memasuki lift khusus menuju atap gedung perusahaannya. Rencananya hari ini mereka akan berkunjung ke Irlandia- kota kelahiran sam untuk merayakan anniversari pernikahan sam dan Olive. Dan seharusnya menurut jadwal Sam dan Olive sudah menunggu dalam helikopter pribadi Riley.

"Kita jadi bertemu dengan temanmu disana?" Zaara mencoba untuk meredamkan amarah Riley, karena sejak keluar dari ruangan Zaara masih merasakan jika amarah Riley masih belum hilang.

"Ya, saat ini Zac sedang di Irlandia mengurus proyek kerjasama. Seharusnya dia tidak perlu bekerja terlalu keras seperti ini, aku sering merasa khawatir padanya"

"Zac ? Kenapa kamu begitu mengkhawatirkan nya? Kamu tidak tertarik padanya kan?"

Riley terhenyak dengan perkataan Zaara barusan, dilihatnya wajah cemberut Zaara yang terlalu dibuat-buat.

"Apa sekarang kamu sedang cemburu pada seorang pria?" Kekeh Riley

"Tentu saja aku cemburu. Bagaimana bisa calon suamiku lebih mengkhawatirkan teman pria nya dibanding calon istrinya sendiri, huh ?" Zaara melepaskan genggaman tangan Riley, lalu berkacak pinggang seperti seorang bos sedang memarahi pegawainya.

Riley semakin terkekeh dengan tingkah laku Zaara, wanita ini selalu bisa membuat moodnya kembali.

"Apa itu berarti aku boleh mengkhawatirkan teman wanitaku" Riley tersenyum menggoda, memutuskan untuk ikut dalam permainan yang dimainkan Zaara.

"Kamu berani melakukannya?"

"Menurutmu apa aku berani?" Masih dengan senyuman menggodanya, Riley memangkas jarak yang dibuat oleh Zaara.

Perkataan Riley berhasil membuat Zaara berpikir, bisa saja Riley melakukan lebih dari sekedar itu. Memikirkan hal itu membuat niatnya yang ingin membuat mood Riley bagus sepertinya gagal dan malah berefek padanya. Zaara menundukkan wajahnya, banyak pikiran-pikiran negatif yang masuk dalam hatinya.

Bagaimana jika Riley bisa berpaling darinya? Bagaimana jika nanti pernikahannya batal? Ya tuhan, apakah dia bisa hidup tanpa Riley? Cukup hanya Calvin yang meninggalkannya sendiri tanpa alasan yang jelas, selama ini Zaara selalu mengandalkan Calvin bahkan bisa dikatakan mereka bukan seperti sepasang teman melainkan sepasang kekasih yang tidak bisa dipisahkan.

Semuanya serasa berbeda semenjak Calvin pergi ke Kanada dan menetap selama tiga tahun belakangan ini disana, dan sehari setelah Calvin pergi orang tuanya mengenalkan Riley padanya. Awalnya Zaara merasa risih dengan sikap Riley tapi semakin lama Riley mengingatkannya pada sosok Calvin.

Dan karena itu juga, Zaara tidak bisa jika harus kehilangan Riley. Meski Riley hanya pengganti sosok Calvin, Zaara sudah merasa cukup nyaman dengan keberadaan Riley dihidupnya.

"Hey.." Belaian lembut pada pipinya mengembalikannya pada kondisi saat ini. Zaara bisa melihat kekaguman, cinta, dan khawatir pada mata Riley.

"Apa yang mengganggu pikiranmu?"

"Nothing, Ril"

"Aku mencintaimu, aku yakin kamu tahu itu. Kamu bisa menceritakan semua masalahmu padaku"

Zaara tersenyum lebar, meletakkan tangannya pada tangan Riley dipipinya. "Ya, aku tahu itu "

Riley mendekatkan wajahnya, bersentuhan dengan ujung hidung Zaara. Membuat Zaara menutup kedua kelopak matanya, Zaara bisa merasakan sapuan halus dari napas Riley tepat didepan bibirnya.

Ting !!

Pintu lift terbuka, menampilkan helikopter yang sudah siap berangkat sejak tadi.

"Kamu terlalu lambat mister" Zaara memberikan kecupan singkat pada pipi Riley dan keluar lebih dulu dari dalam lift. Memasuki helikopter, bergabung dengan kedua orang tuanya yang memang sudah lebih dulu datang.

Sedangkan Riley menatap punggung kecil Zaara dengan penuh kekaguman. Menyusul Zaara memasuki helikopter dengan langkah tegapnya.

??

Bau aroma masakan khas Irlandia tercium begitu mereka memasuki restoran yang terdapat dalam gedung hotel.

Sam dan Olive masuk terlebih dulu disusul dengan Riley yang memeluk pinggang Zaara dengan posesif, dipandu oleh pelayan untuk menunjukkan tempat reservasi atas nama Mr.Riley Thomas.

"Sepertinya kamu sudah banyak mengetahui apa yang disukai putriku" Suara Sam yang pertama kali terdengar begitu mereka sampai dimeja yang ditunjukkan pelayan.
Meja reservasi yang dipesan berada dibagian pojok kiri menghadap ke arah kaca yang menampilkan pemandangan kota Dublin.

"Tentu saja Sam, aku harap Zaara menyukainya" Riley tersenyum puas mendapati wajah Zaara berbinar memandangi indahnya kota Dublin pada malam hari.

"Terima kasih Riley. Ini sangat indah, aku menyukainya" tanpa malu Zaara mencium pipi Riley dihadapan orang tuanya.

Riley tersenyum lebar, menari kursi untuk Zaara. Setelah itu dia duduk disamping Zaara dan memanggil pelayan.

"Sepertinya kalian harus secepatnya menikah " Olive tersenyum bahagia mendapati bahwa Riley begitu menjaga Zaara, putri satu-satunya.

"Mama, bukankah bulan depan putrimu ini memang akan menikah dengan pangerannya?"

"Bukankah itu masih lama? Kamu tidak takut jika Riley jatuh pada wanita lain?" Olive tersenyum menggoda.

Menanggapi candaan mamanya, Zaara tersenyum miring meniru senyuman papanya "Riley tidak akan berani melakukan itu, mama. Dia terlalu mencintaiku" Dengan bangga Zaara mengucapkan kata-kata terakhirnya, sontak Sam dan Riley tertawa sedangkan Olive hanya mendengus.

Zaara membuka buku menu yang diberikan pelayan padanya dengan serius.

"Mohon maaf saya terlambat, Mr.Thomas"

Suara itu, suara yang didengarnya tiga tahun lalu secara langsung masih jelas diingatannya.

Suara yang belakangan ini hanya bisa didengarnya melalui handphone saja. Suara yang selalu membuatnya nyaman, merasa terlindungi. Apakah itu adalah suara seseorang yang dirindukannya?

"Oh, Mr. Vaughan" Terdengar Riley menyambutnya dengan nada yang dibuat-buat mengejek.

"Zac. Akhirnya kamu datang. Tidak apa kita baru sampai" Riley berdiri menyambut Zac dengan sapaan khas laki-laki pada umumnya.

Zaara belum berani mendongkakkan wajahnya, masih menunduk seolah daftar menu terlihat lebih menarik daripada mereka.

Zac? Zac yang dimaksud adalah teman Riley? Tapi suaranya begitu mirip dengan...

"Calvin.?" Suara tak percaya mama nya terdengar begitu jelas bagi Zaara.

"Oh Tuhaa. Aku begitu merindukanmu"

Zaara memberanikan diri untuk melihat apakah benar dia adalah Calvin, Calvin Zac Vaughan teman baiknya.

Tubuh Zaara menegang, begitu melihat sosok yang selama ini melindunginya sedang di pelukan mamanya, dibalik punggung sang mama Calvin tersenyum kearahnya.

??

Aduh,.
Aku bingung cara buat konfliknya gimana yah ????

Ini masih perkenalan saja dulu, belum konflik.??
Mungkin awal permasalahan akan muncul dipart 03. ????

Jangan lupa voment nya yaaa ??????
Eris do'ain deh yang kasih voment semoga dikasih calon suami idaman ????

Calon suami yah. Kalo suami mah itu gimana takdir saja ????????

Oke, see next part ??????

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience