Awal Mula

Drama Series 14432

Bab 1

"Buka matamu Laura, hayo tatap wajahku!" Ucap lelaki itu sambil terus menindih tubuh mungil istri yang ada dibawahnya.

'Cih jangan harap! Aku tak sudi melihat wajah lelaki brengsek seperti kamu,'

Laura terus mengumpat dan mengutuk Ryon dalam hati dimalam pertamanya itu ,ingin rasanya dia mendorong tubuh perkasa itu, membenamkan kuku-kukunya ataupun menamparnya berulang-ulang. Sungguh dia jijik dengan pria yang baru saja menikahinya itu.

Dia terjebak dalam renjana cinta terlarang dengan kakak iparnya dan terpaksa menikah dengannya. Bukan mau Laura jadi iblis dalam rumah tangga kakaknya, atau duri dalam rumah tangga yang telah dibangun kakaknya.

Not coice

Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan posisi Laura saat ini, dia bagaikan buah simalakama.

Maju remuk, mundur hancur.

****

Awal mula

Disebuah Rumah Sakit yang cukup besar disebuah kota, seorang lelaki yang masih memakai stelan jas dan berpenampilan rapi berjalan cepat menuju Rumah Sakit setelah beberapa saat yang lalu ART nya mengabarkan kalau istrinya tiba-tiba pingsan untuk kesekian kalinya, dialah Rayon Alexander, sang pewaris perusahaan Alexander Company, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang property yang sedang berkembang.

"Apa yang terjadi?" tanya Pria itu pada wanita paruh baya dihadapannya.

"Nyonya tiba-tiba pingsan setelah mengeluh pusing, Tuan," jawab perempuan setengah tua itu dengan nada yang sepertinya cemas.

"Apa Dokter ada di dalam?" tanya Rayon.

"Ada Tuan, sedang memeriksa Nyonya."

Rayon memilih duduk di kursi yang berderet rapi didepan ruang ICU yang berfungsi untuk menunggu dokter keluar ataupun menunggu pasien yang perlu pengawasan ketat. Pria itu mengeluarkan ponselnya yang dari bentuk tampilanya bisa ditebak harganya tentu sangat fantastis.

"Batalkan semua janji untuk sore ini, Istri saya masuk Rumah Sakit," ujar lelaki itu tegas dengan orang diseberang sana.

***

Disebuah bangunan gedung, tepatnya di salah satu lantainya seorang gadis muda yang berpenampilan energik, bertubuh mungil, beekulit putih dan memiliki wajah oriental baru saja keluar dari sebuah ruangan. Sepertinya dia baru saja mengikuti meeting di perusahaan tempatnya bekerja.

"Mau lunch Ra?" tanya lelaki yang sedang berjalan mengiringi langkahnya. Dia adalan Devano kekasih Laura.

"Boleh, mau lunch di mana kita?" tanya Laura melempar senyuman pada pemuda Devano menciptakan lekukan dikedua pipinya.

"Aku punya rekomendasi restaurant baru, masakan khas Indonesianya sangat kental dan memiliki cita rasa yang tinggi," ujar Devano sambil berjalan meyeimbangkan langkah dengan Laura.

Laura menghentikan langkahnya sejenak dan menatap intens lelaki disampingnya.

"Di daerah mana?" tanya Laura.

"Didekat sini juga, tak ada setengah jam perjalanan," jawab lelaki dihapanya itu.

"Ok, aku bilang dulu ke sekretarisku," kata Laura yang dibalas anggukan olehnya.

Laura kemudian berjalan menuju meja sekretaris yang berada di depan ruangannya.

"Saya mau makan siang dulu, kalau ada apa-apa hubungi saya!" seru Laura bernada perintah.

"Baik, Bu," jawab gadis yang mungkin seusia denganya itu, hanya beda posisi dan jabatan saja.

"Bu Laura!"

Baru saja Laura akan melangkah, sekretarisnya kembali memanggil memaksanya untuk mengurungkan langkah kakinya dan berbalik menoleh ke arah sekretarisnya itu.

"Iya ada apa?"

"Tadi Pak Rayon telepon, kalau nanti sore Ibu Laura di minta mewakili Pak Rayon ketemu klien di hotel golden risoult, ada janji dengan klien nanti jam dua petang," jawab sang gadis.

Laura mengerutkan alisnya," memang Pak Rayon kemana?"

"Pak Rayon ke Rumah Sakit Bu."

"Rumah Saki?" tanya Laura penasaran dengan jawaban sekretarisnya.

"Iya Bu, istri Pak Rayon masuk Rumah Sakit."

Laura diam, Istri Rayon adalah kakak kandungnya dan dia tahu akhir-akhir ini kesehatanya sedang tak baik-baik saja, dia sering mengeluh sakit kepala lalu kemudian pingsan. Sudah beberapa kali cek up ke Rumah Sakit. Namun, sepertinya belum ada diagnosa dokter yang sesuai dengan penyakitnya.

"Ada apa Ra?"

Laura terkejut saat pemuda yang tadi bersamanya menyentuh pundaknya lembut.

"Kakakku masuk Rumah Sakit," jawab Laura dengan nada sedikit panik.

"Terus mau kamu gimana, apa kamu mau datang kesana?"

"Gak Van, aku gak mungkin pergi kalau Rayon pergi, nanti perusahaan siapa yang handle."

Sudah biasa kalau Rayon tak ada dikantor, hampir semua urusan kantor, Laura yang mengerjakan. Rayon begitu suka dengan cara kerja Laura yang sigap, cekatan dan memiliki etos kerja yang tinggi.

Laura mengeluarkan ponsel dari tas miliknya, mengusap layarnya dan menekan tombol telepon untuk menghubungi Ryon kakak iparnya.

"Hallo Ra." Terdengar suara berat Rayon diseberang sana.

"Rayon, bagaimana dengan Alexa, apa dia baik-baik saja, apa kata dokter?" Cerca Laura, hatinya sungguh cemas. Alexa adalah kakak satu-satunya, dia sungguh takut kalau terjadi apa-apa dengan kakaknya itu.

"Dokter masih memeriksanya didalam, kamu tenang saja! Aku akan menjaga kakakmu dengan baik," ujar Rayon.

"Kalau ada apa-apa, hubungi aku ya!" ujar Laura.

"Hmm, kamu kenapa gak makan siang?" tanya Rayon.

"Iya bentar lagi, ini mau makan sama Devan," jawab Laura.

"Apa tak bisa kamu makan sendiri, kenapa harus sama dia!" ujar Rayon ketus membuat Laura langsung mematikan telepon.

Dia sungguh tak suka Rayon terlalu ikut campur privacynya.

"Gimana Ra?" tanya Devan.

"Masih diperiksa Dokter," jawab Laura. Dari nada suaranya, Laura tampak cemas dan resah memikirkan nasib kakak kandungnya itu.

"Tenang Ra, jangan berpikir macam-macam, berpikir positip, mungkin saja kakak kamu hanya kecapekan atau anemia biasa," ujar Devan menenangkan.

Setahun berhubungan membuat Devan paham bagaimana sayangnya Laura ke kakaknya.

"Tapi bagaimana kalau lebih dari itu Van, bagaimana kalau Alexa memiliki penyakit yang memang dia simpan. Dia kan takut jarum suntik," ujar Laura mengingat bagaimana pucat dan gemetarnya Alexa saat menghadapi jarum suntik.

Devan mengusap lembut pucuk kepala kekasihnya, tak peduli ada beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka. Bahkan, sering Rayon marah-marah tanpa sebab melihat kemesraan Devan dan Laura.

________

Rayon duduk dengan gelisah sebentar, berdiri, berjalan atau mengintip kedalam ruangan dimana istrnya dirawat.

"Kamu pulang saja, Kayla pasti memerlukan kamu," kata Rayon pada ARTnya. Kayla adalah anaknya yang baru berusia tujuh tahun, hasil pernikahannya dengan Alexa.

Belum sempat wanita tua menjawab, pintu terdengar dibuka dan seorang lelaki berpakaian medis keluar dari dalam ruangan ICU. Rayon segera berjalan menuju Dokter yang baru saja keluar dari ruangan.

"Bagaimana istri Saya Dok, dia sakit apa?" tanya Rayon dengan nada cemas. Dokter inilah yang sudah beberapa kali memeriksa keadaan Alexa tiap masuk Rumah Sakit.

"Sebaiknya kita bicarakan ini diruangan saya saja. Mari Pak!" ujar sang Dokter.

Rayon berjalan di belakang dokter yang usianya mungkin terpaut beberapa tahun dengannya itu menuju sebuah ruangan.

"Silahkan duduk Pak Rayon!" ujar Sang Dokter. Rayon mengambil kursi disampingnya dan duduk di depan sang Dokter.

"Begini Pak, dari hasil pemeriksaan kami, istri Anda terkena kanker hati stadium 3B."

Mata Rayon membulat, pundaknya sedikit berjengkit dan mulutnya terbuka sebentar.

"Kanker Dok?!"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience