Sebuah Petaka

Drama Series 14438

Bab 2

Bab 2

"Begini, Pak, dari hasil pemeriksaan kami, istri Anda terkena kanker hati stadium 3B."

Mata Rayon membulat, pundaknya sedikit berjengkit dan mulutnya terbuka sebentar.

"Kanker Dok?!"

Rayon menoleh ke arah sumber suara, entah bagaimana ceritanya Laura sudah berdiri diambang pintu.

"Laura," guman Rayon yang masih terkejut dengan kedatangan Laura.
Laura tak menghiraukan pertanyaan Rayon, dia segera berjalan dengan langkah cepat menuju meja dokter.

"Kakak saya bisa sembuh kan, Dok?" tanya Laura dengan nada cemas.

"Insya Allah bisa, asal mau terapi dan rajin berobat, tak ada yang tak mungkin," ujar Dokter itu memberikan semangat.

"Kamu tenang saja, aku pasti akan mencarikan pengobatan yang terbaik untuk kakak kamu," ujar Rayon. Namun, segera ditepis tanganya oleh Laura saat ingin menyentuh pundaknya.

"Yang terpenting adalah dukungan orang terdekat karena biasanya pasien yang mengalami sakit kanker akan terganggu psikologinya," papar Sang Dokter.

_____

Laura berjalan menuju ruangan dimana Alexa kakaknya di rawat, berhubung kondisi Alexa sudah stabil, kini diapun sudah dipindahkan di ruang rawat inap biasa.

"Rayon mana?" tanya Alexa. Nada suaranya masih terdengar lemah.

"Dia pulang sebentar, tadi ART kakak telepon, Kayla rewel," jawab Laura yang kemudian duduk dikursi di samping brankar Rumah Sakit.

"Aku ingin cepat pulang saja, aku takut tiap kali para Dokter itu akan menyuntikku, melihat jarumnya saja, tubuhku sudah gemetaran, aku juga mual tiap bau obat" ujar Alexa membuat Laura merasa iba dengan keadaan Alexa, bagaimana dia akan menjalani pengobatan kedepannya jika dia terus-terusan takut dengan jarum suntik sementara dengan penyakitnya dia harus melalui rangkaian perawatan medis yang tentunya selalu berhubungan dengan jarum suntik dan obat.

"Kakak fokus saja ke kesehatan kakak, setelah sehat pasti kakak dibolehin pulang," ujar Laura.

Beberapa hari kemudian Alexa akhirnya tau bagaimana keadaan dia sebenarnya, dia tanpa sengaja mendengar pembicaraan Rayon dan Dokter tentang penyakitnya. Walaupun awalnya dia sempat shok dengan keadaannya, apalagi membayangkan tiap minggu harus menghadapi jarum suntik, obat ataupun tindakan medis lainnya, sungguh suatu hal yang dia takutkan selama ini.

"Aku mau kamu temanin aku besok, aku takut kalau harus terapi sendirian," pinta Alexa pada Rayon. Saat ini dia sunggguh mengharapkan perhatian dari Rayon suaminya.

"Jika Rayon sibuk biar aku aja yang nemanin kakak," kata Laura.
Sejak Alexa sakit Laura sengaja mengambil cuti seminggu satu kali untuk merawat kakaknya.

"Kamu bisa kan Mas?" tanya Alexa penuh harap.

Rayon yang semula berdiri berjalan mendekat, membelai rambut istrinya dan mengecup pucuk kepalanya," tentu saja bisa," jawab Rayon lembut yang membuat hatinya berbunga seketika.

Alexa menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya, seperti sedang mencari sandaran dan kenyamanan dari dekapan suaminya. Sesaat Alexa larut dalam dekapan suaminya sampai dia menyadari kalau sudah seharian ini tak melihat keberadaan Kayla putrinya.

"Kayla mana Mas?" tanya Alexa.

"Dia aku kirim ke asrama, kasihan dia sedih terus saat meihat kamu muntah."

"Aku juga maunya cepat sembuh Mas, aku capek tiap hari harus minum obat dan ngadepin jarum suntik," ujar Alexa.

Semakin lama keadaan Alexa bukannya makin baik tapi sebaliknya malah makin parah, tak jarang dia pingsan tiba-tiba dan hal ini tentu saja sedikit banyak mengganggu kerja Rayon.

"Apa! Pingsan, lain kali kalau dia pingsan gak usah telepon saya, panggil saja ambulance, bawa ke Rumah Sakit!" bentak Rayon pada ARTnya saat dia menelpon dan mengakabarkan kalau Alexa baru saja muntah dikamar mandi dan pingsan. Rayon sendiri sudah tak tahu lagi harus berbuat apa, segala macam pengobatan sudah dia tempuh. Namun, bukanya sembuh keadaan Alexa justru semakin lama semakin parah. Tambah lagi, akibat sibuk merawat istrinya banyak proyek yang nilainya milyaran rupiah terlepas begitu saja.

"Sial! Kalau begini caranya perusahaanku bisa bangkrut!" seru Rayon dengan penuh emosi lalu melempar beberapa buku yang ada dimejanya kelantai.

***

Laura merasa sangat emosi dan jengkel dengan sikap Rayon yang terkesan acuh tak acuh pada Alexa. Dia sepertinya mulai tak peduli dengan istrinya lagi, bahkan saat Alexa memintanya untuk menemani terapipun, lelaki itu menolak dan memilih untuk bertemu kliennya.

"Sepertinya Rayon sudah mulai bosan dengan keadaan kakak atau mungkin saja dia sudah memiliki wanita lain," ujar Alexa.

Saat ini dia baru saja menjalani terapi hingga dia sering muntah dan tubuhnya menjadi sangat lemah membuat Laura tak tega untuk meninggalkan kakaknya itu seorang diri, apalagi mengingat perlakuan Rayon yang kini berubah total, tak ada lagi perhatian dan kasih sayang yang dia tunjukkan seperti awal-awal Alexa terkena kanker dulu.

"Fokus saja dengan kesembuhan kakak, gak usah berpikir macam-macam, Rayon hanya capek saja, karena akhir-akhir ini banyak sekali perusahaan yang membatalkan kontrak tanpa sebab, mungkin Rayon stres sebab ini," ujar Laura menenangkan Alexa Kakaknya.

Setelah dibujuk dan diberi kata-kata motivasi, Alexa yang semula tampak tertekan sudah mulai tenang bahkan bisa tertidur setelah sebelumnya disuapin makan oleh Laura.

Disisi lain

Rayon sedang bersenang-senang disebuah hiburan malam bersama teman-temanya, ada jejeran minuman beralkohol diatas meja di depanya.

"Hallo Beib," sapa seorang wanita berpakaian sexsi sambil duduk dipangkuan rayoan. Rayon melempar senyuman pada wanita di pangkuannya itu.

"Tambah lagi ya," ucap wanita muda itu sambil menuang minuman haram kegelas yang dipegang Rayon. Tangan Rayonpun mulai nakal menjelajah ke area-area terlarang sang gadis. Namun, bukannya marah si gadis justru tertawa pelan dan menunjukkan gestur tubuh yang menggoda Rayon sehingga membuat lelaki itu semakin larut dalam rengkuhan sang gadis kupu-kupu malam itu.

"Kita keluar yok!" ajak Rayon dengan napas yang mulai memburu menahan gejolak naluri kelakiannya. Beberapa bulan tak dilayani istrinya membuat naluri lelaki itu mudah naik.

"Sudah gak tahan ya," bisik wanita itu ditelinga Rayon membuat Rayon semakin larut dalam renjananya.

Rayon tersenyum menyerangai," aku akan beri kamu tips yang memuaskan," ujar Rayon mengelus jarinya membentuk satu garis lurus kepundak sang gadis

____

"Dari mana kamu, gak ada perasaan istri sakit bukannya di kasih perhatian malah keluyuran," ujar Laura ketus saat melihat Rayon pulang dalam keadaan mabuk. Bisa ditebak dari bau alkohol yang menyengat dari aroma napasnya.

"Senang-senang dong, aku juga butuh hiburan, capek tiap pulang hanya disambut oleh bau obat dan istri yang lemah. Pusing tahu gak!"

Mata Laura membulat mendengar ini, darahnya seperti naik kekepala seketika, dadanya bergelombang, tangannya mengepal erat.

"Apa maksudmu bicara gitu?" ujar Laura dengah suara berat.

"Maksudku, aku adalah lelaki normal, aku juga butuh belaian dari seorang wanita, aku capek tiap hari harus berhadapan dengan istri yang sakit-sakitan seperti ini!" ujar Rayon entah karena pengaruh alkohol atau memang dia dalam keadaan lelah dengan keadaan yang menimpanya.

Prang

Suara benda jatuh kelantai.

"Kakak!" jerit Laura.

sebuah petaka mulai datang

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience