Beberapa waktu sudah berlalu, jelas kejadian waktu itu masih membekas dibenak Betty namun sampai saat ini tak sedikitpun ia ceritakan kejadian itu pada kedua sahabat baiknya. Malam hari terasa sangat dingin di Amsterdam ini dikarenakan turunnya salju yang makin malam makin deras tiba-tiba Betty menghampiri kedua sahabatnya yang sedang sibuk dengan laptop masing-masing "Va, Sa Gue rasa kita ga usah nerusin tugas dari dosen Gue deh lagian kalian kan bukan mahasiswi kesenian Gue jadi ga enak nyita waktu kuliah kalian cuman buat nemenin Gue" tutur Betty "Ya elah Bett Lo kayak ama siapa aja deh, lagian kan Gue sama Eva bisa ikut kelas online kita ga akan ketinggalan mata kuliah selama ada paket data dan laptop" sahut Esa "Tau Lo Bett lagian kan selain tugas Lo tujuan kita kesini itu buat nyari si Ayeng kan? buat ketemu si Ayeng kan?" Eva menimpali "Gue rasa besok kita balik ke Bucharest aja deh!" sontak pernyataan Betty membuat mata Eva dan Esa membulat terkejut "Lo apa banget dah Bett! kenapa Lo jadi mundur gini? apa Lo ga inget sama tujuan kita? Lo bela-belain kuliah diluar negeri cuman buat cari Ayeng dan kita juga bela-belain ngikutin Lo karna kita ya pingin juga ketemu sama Ayeng ya kan?" tutur Eva "Gue rasa ga usah deh Va kita pulang aja besok ya" Betty tetap pada keputusannya.
Eva beranjak dari posisinya yang saat itu menghadap ke laptop "Pulang?! Lo kok jadi plin-plan gini sih Bett? ada apa sih setau Gue Lo keukeuh banget mau cari Ayeng" Eva sedikit marah pada Betty "Gue juga ga habis fikir sama keputusan Lo Bett, semudah ini Lo nyerah" Esa menimpali "Gue mohon! jangan ada komentar lagi pokonya kalian beres-beres dan kita pulang besok!" Bentak Betty pada kedua sahabatnya "Bett sejak kapan Lo egois? Gue ga suka Betty yang kayak gini!" Eva tak kalah membentak pada Betty "Guys udah dong! kenapa jadi berantem gini sih? kita ini sahabat guys harusnya saling mengerti" Esa menengahi mereka "Lo tanya tuh sama temen Lo kenapa mendadak berubah gini" Eva berlalu sambil menatap tajam Betty dan menutup asal laptopnya lalu menuju tempat tidurnya. Sementara Betty yang termakan kekesalannya sendiri malah keluar kamar hotel dan menutup kasar pintu kamar, tiba tiba...
'Bruuukk'
"Aduhh" rintihnya, tak sengaja ia tertabrak seseorang yang berjalan didepan kamarnya "I'm sorry miss" tutur orang tersebut "Kak Ay? kok Lo?" Betty tertegun melihat orang yang menabraknya tadi.
"Bettmen? Lo ngapain disini?" orang yang disapa 'Ay' itu juga tertegun "Ya menurut Lo? ini kan hotel ya Gue ngineplah disini pake nanya lagi" tutur Betty kesal "Lo kenapa sih Bett sensi banget ama Gue, salah apa Gue nanya begitu" jawab Ay "Lo emang serba salah nyebut nama Gue aja salah, ada orang kayak Elo ya mana hidup lagi Lo" nampaknya gadis ini masih kesal dengan pertikaiannya bersama Eva tadi.
"Ya yaudah itu ga penting sekarang yang penting Lo ngapain di Amsterdam? bukannya Lo di Bucharest?" Ay mulai menanyakan hal serius itu dan tiba-tiba Betty menarik Ay untuk duduk di kursi stainless yang tak jauh dari mereka "Ceritanya sambil duduk aja deh pegel Gue, liatin muka Lo aja udah pegel Gue Kak" tutur Betty "Sembarangan aja Lo anak onta! jadi gimana? ceritanya kayak apa?" Ay kembali menanyakan pertanyaan yang belum sempat terjawab tadi
"Ya jadi Gue itu didaulat buat cari referensi soal budaya dan kesenian kuno di museum disini, terlepas dari itu tujuan Gue yang paling utama sih kesini buat cari Ayeng karena Gue sempet dapet info dari sekolah SMK kalo dia dapet beasiswa di Bucharest. Sebenernya awalnya Gue ga yakin karna itu info udah lama banget tapi akhirnya Gue ketemu sama dia" ungkap Betty pada Ay "Terus? harusnya Lo seneng dong Lo udah ketemu sama Ayeng ya kan? tapi kok kayaknya Lo lesu banget?" tutur Ay. Ay adalah seorang tour guide dan juga seorang travellers, Betty dan teman-temannya mengenal dia saat masih ada di Indonesia, saat itu Ay menjadi guru les design grafis sebelum akhirnya menetap bersama kakak sepupunya di Belanda "Awalnya sih gitu Kak" Betty lesu "Lah terus akhirnya?" tanya Ay yang sedari tadi menatap aneh raut wajah Betty "Dia bikin Gue kecewa" tutur Betty sembari menundukkan kepalanya "Kecewa? gimana maksudnya?" Ay masih tidak cukup mengerti akan permasalahan ini.
"Dia lebih milih sahabat barunya! ya emang sih sahabat barunya itu lebih modis kayaknya sih lebih kaya, Gue mah apa?" jawab Betty lagi "Hah? masa iya gitu? seorang Ayeng? Gue ga percaya tuh, kadang ya Bett yang Lo liat ga sesuai dengan apa yang terjadi sebenernya, jangan ngejudge sesuatu berdasarkan dengan mata, tapi rasakan sebuah keadaan dengan hati" Ay mulai meyakinkan Betty.
"Ya terus Gue mesti ngapain? Gue kecewa karna dia sama sekali ga ada perlawanan sama sahabat barunya yang sadis abis itu, dia nurut-nurut aja gitu!" Betty mengusap kasar wajahnya "Gue tanya sekarang Lo maunya apa?" Ay berbalik menanyakan apa yang harus dilakukan oleh Betty "Gue pengen pulang ke Bucharest Gue mau lupain Ayeng!" tegas Betty "Hahahahaha" Ay beranjak dan tertawa lepas "Kok Lo malah ketawa sih! apa banget coba? Lo mau bantuin Gue apa mau nambah beban Gue sih?" Betty terlihat kesal "Lo tanya kenapa Gue ketawa? harusnya Lo yang nanya ke diri Lo sendiri kenapa semudah ini Lo hancurkan persahabatan kalian hanya dengan melihat suatu hal yang ambigu?" Ay menatap Betty serius "Sekarang coba Lo pikir! Lo jauh-jauh dari Bucharest ke Amsterdam buat nyari Ayeng sekalinya ketemu Lo mau pulang dengan alasan Lo kecewa? terus apakabar sama perasaannya Ayeng?" Ay kembali terduduk disamping Betty.
"Maksud Lo?" tanya Betty tak mengerti "Lo masih ga ngerti juga apa maksud Gue? gini ya Bett, disini Gue rasa bukan cuma Lo yang kecewa tapi Ayeng juga kecewa. Karna apa? karna Lo ga bisa ngertiin dia disaat dia perlu untuk dipahami, Gue yakin Ayeng pasti punya alasan yang kuat kenapa dia kayak gini" Ay menjelaskan lebih detail dan memberitahu bahwa apa yang ia niatkan itu salah "Ya terus Gue harus gimana? Gue udah kecewa sama Ayeng Kak, selama ini dia yang paling baik dan ngerti Gue, dia udah bukan kayak sahabat lagi tapi udah saudara" Betty menunduk, tiba-tiba terdapat kepiluan yang bertamu pada hatinya "Gue ngerti Bett, sekarang semua tergantung Lo, Lo mau ngelakuin apapun selagi menurut Lo benar lakuin aja" Betty lalu beranjak, mendekat pada kaca bening yang dipenuhi salju, karena hotel itu ber arsitektur kaca dan aluminium disetiap bagiannya maka salju yang turun diluar sana tertangkap jelas oleh kedua mata Betty. Ia terdiam menatap langit luas yang sama sekali tak ada bintang hanya ada salju berjatuhan dengan cepatnya. Ia memejamkan mata sejenak dan menarik nafas.
Hembusan nafas itu di iringi terbukanya kedua mata Betty dan Betty berbalik arah memandang Ay yang masih setia duduk dibangku stainless "Gue tetep bakal pulang besok!" Betty melangkah pelan menuju Ay dan Ay pun beranjak "Jadi itu udah keputusan Lo?" Ay bertanya pada Betty "Iya Kak tempat Gue itu bukan disini, dengan musim yang berbeda, Gue butuh senja yang ngga dimiliki oleh Amsterdam dan senja itu ada di Constanta, semua indah disana dan ga sedingin disini, disini Gue cuma bisa ngerasain kedinginan termasuk hati Gue, dan Gue rasa Constanta lebih nyaman daripada Amsterdam" Betty berlalu ke arah kamarnya tadi dan masuk kedalam sana sementara Ay memandangi bekas jejak kepergian Betty lalu menunduk. Tak lama kemudian Ay berlalu dari situ seperti ada skenario yang sedang ia susun dalam otaknya, langkahnya cepat tapi otaknya berpikir. 'Gue harus cari tau semua ini secepatnya dan nyegah Betty biar ga pulang besok' Batinnya.
Suddenly ...
Share this novel