Langkah kakiku terhenti pada salah satu kerumunan orang-orang yang sedang menonton pertunjukan dance yang ditunjukkan oleh para remaja yang berpakain hiphop. Suara riuh serta nyanyian dari pada penonton dijalan telah memikat banyak mata serta telinga orang-orang yang lalu jalan di jalanan.
"Ada apa?"
Tanyanya dengan suara penasaran. Tinggi badan Yoon-he menjadi penghalang bagi dirinya untuk melihat pertunjukkan yang dikerumuni orang-orang dengan tubuh yang dapat bilang cukup tinggi.
"Tidak ada"
Jawabku santai, lalu berjalan pergi meninggalkan kerumunan yang semakin lama semakin ramai didatangi oleh orang-orang.
Kusenderkan punggungku pada salah satu bangku taman yang cantik dengan berbagai ornamen bunga yang menghiasi taman itu. Tatapanku kembali tertuju pada kerumunan yang baru saja aku lihat tadi.
"Mau menontonnya?"
Tanya Yoon-he yang sontak langsung mendapatkan gelengan keras dari diriku, ku ahlikan tatapanku ke arah lain.
Sentuhan jari lembut di pipiku membuatku sekali lagi menoleh padanya. Wanita dengan mata bulat hitam itu sekarang sedang menatapku dengan dalam. Seperti ada sesuatu hal yang ingin disampaikan olehnya tapi entah kenapa dia tidak ingin melontarkan kata-kata itu.
Tarikan lembut serta sedikit paksaan membuatku dengan berat hati harus mengikuti langkah kaki wanita yang lebih kecil dariku. Suara musik yang keras membuatku sadar bahwa Yoon-he membawaku ketempat dimana aku ingin menghindari suara ini. Suara yang membuatku mengingat trauma itu.
Tapi senyum wanita itu kembali menarikku dalam kedamaian yang sudah lama tak kurasakan. Yoon-he sosok wanita yang seperti obat kedamaian bagi diriku dan bagi ketenangan hatiku.
Sorakan penonton semakin menjadi-jadi saat salah satu sekumpulan remaja itu menarikan lagu BTS -Fake Love-, tak terkecuali Yoon-he, wanita itu ikut menyanyikan beberapa part lagu dari Idol yang saat ini sangat terkenal diseluruh dunia.
Entah kenapa tubuhku terasa seperti merespon setiap lagu yang terputarkan di taman kota itu, tapi sanyangnya hati serta pikiranku menolak dengan tegas setiap getaran dalam tubuhku. Meskipun begitu, aku masih mencoba untuk menikmati lagu-lagu itu.
***
4 thn yang lalu
Suara bising dikoridor rumah sakit membuat beberapa perawat serta dokter panik dengan kedatangan sepasang suami istri serta salah satu anak laki-laki yang usianya baru menginjak umur 16thn tegah terbaring tak berdaya dengan darah yang mengucur deras di kepalanya. Serta kondisi sepasang suami istri yang terlihat teragis.
Dengan cepat beberapa dokter disana langsung mengambil ahli masing-masing dari mereka dan membawa mereka ke ruang UGD. Jam demi jam dilalui diruang UGD itu, suara mesin pendeteksi jantung membuat beberapa perawat serta dokter yang menangani pasien itu menundukkan kepalanya.
"Dia telah meninggal dunia....Nama Yoo Hae Joon kematian 12 Januari 2016 pukul 23.00 KST"
Ucap dokter itu dengan suara iba.
***
Kurasakan sinar matahari yang menusuk masuk sampai ke pupil mataku, sesekali aku menggosok mataku berusaha untuk membiasakan mataku dengan cahaya matahari yang menyapaku dengan sangat terik.
"Yong-ha cepat bangun, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu"
Ucap Yoon-he sambil merapikan beberapa pakian Yong-ha yang berserakan di lantai.
"Ini masih pagikan?…kenapa kau membangunkan ku di pagi-pagi seperti ini?"
Tanyaku dengan suara malas.
"Ini sudah pukul 8.00 KST, kau akan masuk angin jika tidak makan sekarang"
Jawabnya sambil mendorong tubuhku kearah kamar mandi.
"Kau bilang aku harus sarapan….lalu kenapa kau mendorongku ke kamar mandi?"
Tanyaku dengan wajah polos.
"Kau harus mandi sebelum makan"
Jawabnya yang langsung dibenarkan oleh bibi Kim.
Entah sejak kapan bibi Kim berdiri di ambang pintu, sangat jelas aku bisa melihat senyumnya sejak tadi dia lontarkan saat melihat tingkah kami berdua yang dapat dibilang seperti pasangan suami istri.
Memikirkan hal itu membuatku sedikit tersenyum, bibi Kim dan Yoon-he adalah satu-satunya keluarga yang kumiliki saat ini, jika saja waktu itu Yoon-he tidak mengulurkan tangannya untukku kurasa aku tidak akan mampu lagi bertahan di dunia ini.
Senyum yang mereka pancarkan saat ini untukku aku ingin selalu melihatnya, meskipun sebentar tapi aku ingin selalu melihatnya. Ku harap aku dapat membalas semua cinta yang mereka berikan untukku.
***
"Wahhhh…….masakan bibi memang selalu enak"
Pujiku yang sontak langsung membuat Yoon-he memanyunkan bibirnya.
"Apa maksudmu masakan ibuku, itu adalah masakan buatanku"
Cerutunya dengan wajah kesal.
Aku sedikit tertawa saat melihat tingkah Yoon-he yang menurutku sangat lucu. Kuanggukkan kepalaku sebagai respon dari jawabnnya.
"Pantas saja….rasanya agak berbeda dari yang biasa aku makan"
Kataku sedikit mengejek.
Kulihat wajah Yoon-he yang memerah karena menahan emosinya padaku, dengan gerakan kaki yang cukup keras Yoon-he pergi menghampiri bibi Kim yang berada di dapur.
Dengan manja dia memeluk ibu tercintanya sambil mengadu tentang kelakuanku yang membuatnya tanpa henti memanyunkan bibirnya. Bukannya marah padaku, bibi Kim hanya tersenyum padaku sambil memberikan isyarat padaku untuk berhenti mengolok putri semata wayangnya ini. Karena jika aku tidak berhenti mengejek Yoon-he maka, wanita itu akan mendiamkan diriku seharian.
Tapi itu tidak pernah terjadi padaku, karena meskipun aku membuatnya kesal seperti apapun pasti dia akan tetap mengajakku mengobrol. Entah kenapa Yoon-he melakukan itu, tapi satu hal yang kuyakini rasa kasian lah yang menjadikan Yoon-he begitu perhatian pada diriku
***
Share this novel