Chapter 2:Bermain Sebagai Detective

Mystery & Detective Series 458

Bagian 1

Di keheningan yang canggung di dalam ruang tamu tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulut Arya dan Ryan.

"Jadi Ar, dia siapa?"

Ryan mendekat ke Arya sambil berbisik dengan suara yang tidak bisa didengar wanita itu.

"Teman masa kecil gua..."

Dengan suara yang sangat pelan bahkan Ryan kesulitan mendengar perkataan Arya.

"Ha... lu bilang apa tadi Ar, gak kedengeran bisa diulang?"

Ryan meminta Arya mengulangi perkataannya.

Ketika Ryan dan Arya berdebat dengan suara berbisik-bisik, perempuan tersebut tersenyum dan berkata:

"Arya kamu lupa ya sama aku?"

Dengan nada dan suara yang lembut, yang membuat Ryan dan Arya terdiam terkaku tanpa sepatah kata pun.

"Jadi kamu lupa ya Arya?"

Dengan senyuman dan tawa kecil perempuan itu mengulangi pertanyaan yang sama.

"Gua inget kok kamu Lia Kan."

Arya menjawab pertanyaan perempuan tersebut.

"Jadi kamu masih inget aku ya Arya padahal sudah lima tahun kita ga ketemu."

Dengan wajah senang yang penuh kegembiraan lia menanggapi jawaban Arya.

"Jadi Lia ini sahabat gua Ryan ....."

"dan ini teman masa kecil gw Lia..."

Arya memperkenalkan mereka satu sama lain.

Lia tersenyum manis kepada Ryan yang membuat Ryan sedikit tersipu malu, lalu berkata:

"Aku Dinda Camelia, biasanya aku di panggil Dinda, tapi cuma Arya yang manggil aku Lia, Aku teman Arya sejak kecil. Salam kenal ya.."

"A...A... Aku Ryan Hermawan, biasanya dipanggil Ryan, te.. temen sekelasnya Arya. Sa..Salam Kenal"

Dengan wajah sedikit tersipu Ryan menjulurkan tangan nya untuk bersalaman Dan berbicara dengan terbata-bata.

"keliatan banget gugupnya emang dia ga punya temen cewe apa?, sampe gugup banget begitu.

Arya bergumam sendiri dalam hati sambil menatap Ryan yang bertingkah aneh.

"Jadi Ryan, Kamu sejak kapan berteman dengan Arya?"

Lia melontarkan pertanyaan yang tak memilika maksud apapun.

"Kalo ga salah sih dari awal kelas 4 SD deh..."

Ryan menjawab pertanyaan Lia Sambil mengingat-ngingat masa lalunya.

"Heee... Udah empat tahun donk emangnya kamu ga bosen sama dia.

Lia melontarkan pertanyaan Dengan wajah penasaran akan jawaban yang akan diberikan Ryan.

"Iya sih rada bosen, tapi juga enggak."

Ryan menjawab dengan wajah bingung, sambl memberikan jawaban yang membingungkan.

"Jadi Iya atau enggak?

Merespon jawaban membingunkan dari Ryan Lia bertanya kembali.

Sementara itu Arya dengan wajah agak kesal karena terabaikan padahal di rumahnya sendiri Terus Bergumam Dalam Hati:

"kenapa jadi gua yang terabaikan emang sih gua yang ngenalin mereka berdua, tapi gak disangka meraka bakal akrab secepat ini dan lagi ngapain mereka jadiin gua sebagai bahan pembicaraan sih.

Pembicaraan terus berlanjut hingga suara ketukan pintu terdengar.

Sfx* tok.... tok...tok

Bagian 2

"Iya Sebentar..."

Suara Arya yang bicara sambil berjalan ke pintu masuk.

Sfx* Ceklek

Suara pintu dibuka dari dalam.

"Arya ada tamu, di dalam???"

Seorang wanita paruhbaya yang membawa beberapa belanjaan yang ternyata adalah ibunya Arya yang baru saja pulang dari pasar.

"Iya Mak, ada Ryan Sama Lia di dalam.

.

"oh, Lia udah nyampe rumah ya, tadi emak ketemu dia di jalan terus nanya kamu ada dirumah atau enggak, Emak bilang ada."

.

"Oh, gitu ya Mak yaudah Arya masuk dulu ya kasian Ryan sama Lia udah nunggu."

"yaudah sono kasian tamunya udah nunggu, terus itu udah pada disediain minum belom?".

"Udah kok Mak, sarapannya gimana Mak ?".

"Oh iya, ini ."

Ibu dari Arya memberikan plasitik berisi 3 bungkus nasi. Lalu berjalan ke ara dapur.

Setelah menerima sarapanya Araya kembali ke tempat Ryan dan Lia berada, lalu membagikan bungkusan nasi tersebut sambil berkata:

"Lia ini sarapannya jangan sungkan-sungkan dimakan ya.."

"Oi tukang numpang ini sarapan lo, lo makan dalam tiga menit terus pulang sono."

Dengan nada yang berbeda Arya memberikan bungkusan nasi itu kepada Ryan sambil menatap sinis.

.

.

Setelah mereka sarapan perasaan puas yang begitu nikmat berputar-putar di kepala Ryan sampai ia berkata:

"uaaah, enak banget abis makan enak jadi pengen tidur ane.."

"oi pulang sono udah dapet sarapankan lo.."

Arya berkata kepada Arya dengan nada mengusir. Di sisilain Lia hanya tertawa kecil meliat mereka berdua.

.

.

"Lia..?"

Ditengang keributa Arya tiba-tiba memanggil Lia. Spontan Lia menjawab:

"Ah iya ada apa Arya..?"

"Engga aku cuma bingung kok kamu tiba-tiba ada disini..?"

"Kamu ikut papa kamu kan..?"

Ryan tiba-tiba bicara.

"Diem lo Kam***t bukan lo yang gw tanya".

"Ya, lo juga sih ada-ada ajah nanyanya udah tau keadaan desa lagi gak aman mana mungkin dia datang nyari mati doank"

"Oi, Ba***at lu ngerti arti kata basa basi dulu ga sih"

"Daripada basa basi mendingan to the point ajah biar g ribet.

"Serah lo lah an***g Mendingan lo tidur ajah di sofa sono"

"Tadi lo ngusir gua gara-gara gua mau tidur sekarang lo nyuruh gua buat tidur maunya apa sih lo..?"

"Gua maunya lo cepet-cepet mati biar ga ganggu hidup gua."

"Kalo gua mati entar gua jadi hantu, terus gua gentayangin lo sampe lo mati juga, hiiihihihihihihiiii."

Bagian 3

Pertengkaran itu terus berlanjut hingga akhirnya Ryan kalah dan memilih untuk diam.

Arya pun melanjutkan percakapannya dengan Lia yang sempat tertunda akibat gangguan dari Ryan.

"Jadi Lia, kamu kesini bareng papa mu kan?".

"Yaaa, gitu deh dan juga aku kangen banget sama kamu mangkanya kebetulan papa ngajak kemari jadi aku ikut".

"ahh, gi-gitu yah jadi kamu kesini karena papa kamu a-atau.."

Dengan wajah sedikit tersipu malu Arya merespon perkataan Lia yang menggucang hatinya. Bahkan sebelum Arya menyelesaikan kalimatnya yang terpatah-patah itu Lia berkata:

"Tentu biar bisa ketemu kamu.."

Dengan tersenyum lembut kearah Arya. Lia menyerang titik terlemah Arya.

Arya yang tidak bisa menahan serangan mental itu terdiam sambil memalingkan wajahnya.

"Oiii bisa ga kalian berdua ga pacaran di deket gw".

Ryan bicara darin kesunyian sofa ruang tamu.

"Diem lo ini rumah gua suka-suka gua, kalo ga suka pulang sono".

Ekspresi Arya yang tersipu tiba-tiba berubah memandang sinis ke arah Ryan.

"Udah-udah jangan berantem terus, cowo yang seneng banget berantem itu ga keliatan keren loh...".

Lia berusaha menenangkan mereka.

"Iya...iya"

Ryan menjawab dengan penuh keterpaksaan.

"baiklah untuk mengisi waktu kosong bagaimana kita main game?"

"game....?"

Lia kebingungan dengan pernyataan Arya.

"Mau maen apa dengan ruangan segini, po**r, lo kan ga punya kartunya".

"Bukan main kartu Bagaimana kalo kita main..."

Dengan sedikit rasa penasaran Ryan menatap Arya yang belum menyebutkan game yang akan dimainkan.

"Bermain sebagai detective"

Arya menjawab rasa penasaran dengan penuh semangat.

"Bermain sebagai detective..?"

Ryan semakin bingung dengan kesehatan kejiwaan temanya itu.

"Oy, lo gapapa kan??".

"Apa maksud lo maksud dengan  'gapapa'??"

"Maksud gue lo ga sakit jiwa kan, gua tau lo penengen banget jadi detective, tapi ga usah segitunya juga kali, dan lagi untuk bermain itu kita butuh kasus".

"Kasus..?, Ada kok".

"Oi, jangan-jangan".

"Yap itu yang gua maksud".

"hehe...hehe..hehe.., serius lo bro?"

"Serius"

Dengan penuh semangat yang membara-bara Arya Berteriak:

"Baiklah ayo main gamenya"

.

"Arya jangan teriak-teriak ga jelas di dalam rumah.."

"Maaf Mak"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience