Rate

BAB 2

Mystery & Detective Completed 306

“Kakak cari apa?”

Belum sempat aku mengetahui apa yang dia cari, lelaki itu sudah menemukan dan memegang sebuah lukisan yang kelihatan sangat kotor dan usang. Kain kanvasnya bahkan koyak dan dipenuhi debu tebal. kerana di dalam gudang cukup gelap, aku hanya boleh melihat sekilas bahwa lukisan itu seperti gambar seorang wanita yang sedang duduk di sebuah bangku.

“Itu lukisan Kakak? Kalau mau diperbaiki, rasanya mustahil. Lebih baik Kakak lukis saja yang baru.”

Lagi-lagi aku diacuhkan. Malah kali ini lelaki itu menatapku dengan sorot mata tajam. Entah kenapa aku jadi merasa bulu kudukku berdiri semangat. Apa kerana hawa dingin atau suasananya sedang tidak enak. Tapi apa pun itu, aku langsung keluar dari gudang dan kembali melanjutkan lukisanku.

Begitu fokusnya pada lukisan yang sedang kukerjakan, aku sampai tidak sadar kalau hari sudah mulai malam. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah enam dan langit di luar tingkap tampak begitu jingga.

“Astaga! Aku sudah harus pulang.”

Tanpa pikir panjang aku langsung mengemaskan peralatan lukisku dan bersiap-siap untuk pulang. Tapi lagi-lagi aku merasa melewatkan sesuatu. Aku berjalan pelan menuju gudang dan mengintip ke dalam, mencuba melihat apakah lelaki itu masih ada. Hawa pengap dan suasana gelap kembali menerpa dan kulihat tidak ada siapa-siapa di dalam. lelaki itu sudah tidak ada dan meninggalkan ruangan yang berantakan.

Perasaanku benar-benar dongkol. Seenaknya saja dia pergi tanpa mengemaskan apa yang sudah dia perbuat. kerana tidak mau ambil risiko dan takut dituduh sebagai pelaku, akhirnya dengan masih bergerumbel, aku membereskan lukisan dan patung-patung yang berserakan.

“Awas saja kalau aku ketemu dia lagi. Aku marahi biar tahu rasa!” kesalku. “Ini juga, kenapa lukisan sudah rusak begini masih disimpan? Bikin sampah saja! Harusnya dibakar agar tidak menumpuk.”

Saat sibuk membereskan, tiba-tiba aku menemukan lukisan yang tadi dipegang lelaki itu. Ternyata dia tidak membawanya padahal sudah dicari-cari sampai buat berantakan. Kali ini kuamati lukisan itu dengan seksama. Ternyata memang gambar seorang wanita yang sedang duduk di sebuah bangku. Gaya lukisannya sedikit unik kerana tidak menggunakan warna tajam, tapi kesan warnanya timbul. Cara melukisnya juga lembut. Kalau tidak ditutupi debu, pasti lukisannya sangat indah. Harus kuakui, meski lelaki tadi menyebalkan, dia cukup hebat dalam melukis. Tapi, di antara semua keindahan lukisan itu, ada satu hal yang membuatku penasaran. Wajah wanita di lukisan itu tidak ada.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience