Rate

PART 2-10

Romance Series 5813

#CinderellaDariKampung
#Part2
**
Untuk part sebelum ini, lawati album saya di sini:
**
Masih bergerak-gerak lagi tu cicak ni. Si Sanda cubit ikur tu cicak, terus dia buang di luar jendela, ngam-ngam terkena di kepala mama dia lagi tu. Mama dia pun terkejut sambil melata.
"Hey pantat kara melatup!!! Apa baini?" (Jenny)
Si Jenny merasa ada yang bergerak-gerak di kepala dia. Sekali dia pegang, terus dia tinguk, dia pun terkejut.
"Yayy, gontui (cicak)!" (Jenny)
Dia pun naik pigi rumah.
"Apa bah yang ko teriak-teriak ni San?" (Jenny)
"Anu mak, ada sasak tadi di dalam ni kupi." (Sanda)
"Jadi ko kah pula yang buang tu sasak di kepala mama tadi? Biasa butul ko oh. Nasib baik cuma sasak, cuba kalau laba-laba, pingsan sudah mama tadi tu." (Jenny)
"Terkena kepala mama kah pula tadi? Siou. Hahaha. 'Pantat kara melatup' mama bilang tadi. Sya fikir nga, si Gunsagau punya pantat kara yang betul-betul melatup tadi." (Sanda)
"Manada lagi kara si Gunsagau, mati sudah kana racun urang, sebab kedapatan pigi mencuri kek di esbok urang kunun." (Jenny)
"Baguslah juga kalau sudah mati. Gerigitan butul sya sama tu kara oh. Siok-siok sya jemur kain kemarin, tiba-tiba saja tu kara pigi naik sya, terus dia pigi tempiling kepala sya. Si Gunsagau ketawa-ketawa lagi, bukan dia pigi larang tu kara dia pigi mengacau sya." (Sanda)
"Sot-sot baitu si Gunsagau tu. Setiap hari moginum saja tidak pandai puas-puas. Tulah jadi setangah tiang terus tu." (Jenny)
"Ushh, jangan cakap kuat-kuat mak, nanti dia dengar." (Sanda)
Tiba-tiba, ada bunyi ketukan pintu.
"Siapaitu mak?" (Sanda)
"Ntah. Cuba daa ko pigi tinguk." (Jenny)
Si Sanda pun melangkah dari dapur pigi meninguk siapa yang mengetuk pintu, rupanya ada saturang lelaki separuh tua berdiri di depan pintu.
"Cari siapa?" (Sanda)
"Mana mama ko?" (Lelaki Separuh Tua)
"Di situ dapur. Mak!!!, ada urang mau jumpa mama." (Sanda)
"Siapa?" (Jenny)
"Ntah. Nda kenal." (Sanda)
"Bah, suruh tunggu sekejap." (Jenny)
"Tunggu sekejap arr." (Sanda)
Sambil senyum-senyum sama tu lelaki separuh tua.
"Ok ok." (Lelaki Separuh Tua)
Si Jenny pun datang.
"Kenapa Sep?" (Jenny)
"Bila ko mau bayar hutang mendiang laki ko sama sya?" (Lelaki Separuh Tua / Joseph)
"Siou Sep. Sya belum ada duit lagi sekarang." (Jenny)
Si Joseph pun menjawab dengan nada suara yang marah.
"Malar belum ada duit. Dari hari tu lagi cakap mau bayar, sampai sekarang satu sen pun tiada. Beginilah, sya mau tanya sama ko, ko sanggup bayarkah tidak hutang mendiang laki ko sama sya?" (Joseph)
"Sanggup. Tapi sikit-sikit saja sya mampu bayar. Sya dari pihak mendiang laki sya mau minta maaf sama ko, sebab dia berhutang banyak sama ko." (Jenny)
"Ahh! Sya malas sudah mau dengar penjelasan ko tu. Sya bulih hapus semua hutang mendiang laki ko sama sya. Tapi satu syarat." (Joseph)
"Syarat apa Sep?" (Jenny)
Si Joseph pun mulai memperhatikan si Sanda yang sedang fokus mendengar perbualan diorang. Terus dia kasi alih pandangan dia balik pigi si Jenny.
"Sya bulih hapus semua hutang mendiang laki ko, asalkan ko kasi izin sya bawa sumandak ko ni ikut sya balik rumah." (Joseph)
Si Sanda pun punyalah terkejut. Apalagi mama dia si Jenny.
"Apa? Ko mau bawa anak sya ni pigi rumah ko? Untuk apa?" (Jenny)
"Jangan dulu ko sangka yang bukan-bukan. Sya mau bawa dia bekerja di rumah sya, sebagai urang gaji, sama bekerja di kedai kek bini sya. Lagipula, anak ko ni manada kerja kan." (Joseph)
"Tapi..." (Jenny)
"Jangan ko susah, sya kasi gaji juga anak ko ni. Makan sama pakaian biar kami yang tanggung. Dia cuma perlu buat saja apa yang kami suruh. Macam mana?" (Joseph)
"Macam mana San?" (Jenny)
Si Sanda pun garuk-garuk kepala.
"Macam mana arr?" (Sanda)
"Ko fikir-fikirlah dulu San." (Joseph)
"Oklah, sya mau." (Sanda)
"Ko seriuskah San?" (Jenny)
"Ya mak. Saya serius. Lagipula, kasian kalau mama terpaksa guna duit mama menjual di pasar cuma semata-mata mau bayar hutang mendiang bapa saja." (Sanda)
"Kalau ko rasa berat hati, tidak payalah San. Mama bulih juga bayar pelan-pelan." (Jenny)
"Tidak mak. Biar sya ikut uncle Joseph pigi rumah dia." (Sanda)
"Oklah kalau itu keputusan ko San. Jadi, bilalah ko bawa dia ni pigi rumah ko?" (Jenny)
"Minggu depan." (Joseph)
"Berapa urang yang tinggal di rumah uncle?" (Sanda)
"Sya, bini sya, dua anak perempuan sya, sama saturang anak lelaki sya. Urang gaji kami baru saja berhenti kerja, sebab dia mau jaga mama dia yang sakit di kampung." (Joseph)
"Di mana rumah uncle?" (Sanda)
"Di KK." (Joseph)
"Sebenarnya, sya ni belum biasa baini hidup di bandar. Maklumlah, budak kampung. Terpigi di KK nga baru 3 kali. Bikin malukan. Hihihi." (Sanda)
"Tidak apa. Lama-lama ko biasa juga tu." (Joseph)
Angguk-angguk saja si Sanda.
"Bah. Kalau begitu, sya balik dululah. Minggu depan sya datang balik pigi sini, bawa si Sanda pigi rumah sya." (Joseph)
"Bah bah bah." (Jenny)
Si Joseph pun masuk pigi kereta dia, terus jalan.
"Ko butul-butulkah mau ikut dia San?" (Jenny)
"Ya mak." (Sanda)
**
Bersambung...
**

*Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????*

#CinderellaDariKampung
#Part3
**
Untuk part-part sebelum ini, lawati album saya di sini:
**
Bisuknya, waktu pagi, si Jenny mau jalan sudah pigi pasar. Dia sikut barait (sejenis beg tradisional kaum Dusun di Sabah) di bahu dia yang sudah dia kasi isi sigup (tembakau) kasar, langkum (sigup halus yang biasa kana kasi sisip di antara gusi dengan bibir) sama kirai (daun nipah). Di tangan dia ada bakul rotan yang sudah dia kasi isi sayur manis (cekur manis), sayur bayam, tuhau ('upak kecelak' urang Iban di Sarawak bilang), sama jeruk bambangan dalam bekas plastik.
"San, mama jalan dulu. Tulung tinguk-tinguk rumah kino. (kata 'kino' selalu diguna oleh kaum Dusun Bundu. Kalau kaum Dusun Liwan bilang 'kio', yang memiliki banyak makna.) Kalau ko mau pigi mana-mana, jangan lupa kunci rumah, terus tu kunci ko simpan di tempat biasa. Si Gunsagau tu pandai masuk pigi rumah urang tu kalau dia nampak tiada urang." (Jenny)
"Ya mak. Intang-intangan mamanau (hati-hati berjalan)." (Sanda)
Mama dia pun jalan menuju pigi pasar dengan berjalan kaki, sebab bukan jauh sangat juga tu pasar. Urang tua, biasa sudah berjalan kaki dari muda lagi. Baru saja si Sanda mau masuk, terus bestfriend dia si Selvia memanggil dia di depan rumah.
"San! San!" (Selvia)
"Arr, kenapa Sel?" (Sanda)
"Ko busy kah nanti petang?" (Selvia)
"Tidak jugalah. Kenapa daa?" (Sanda)
"Kita jogging." (Selvia)
"Bah. Nanti ko panggil saja sya karang." (Sanda)
"Ok. Bah, sya balik dulu." (Selvia)
"Naiklah bah dulu, sya saturang saja ni teda kawan." (Sanda)
"Siou San, mama sya suruh sya pigi beli ubat gastrik di farmasi." (Selvia)
"Oh yalah." (Sanda)
Si Selvia pun jalan. Time si Sanda mau kasi pusing badan dia mau masuk di dalam rumah, dia ternampak si Gunsagau berdiri di kaki lima rumah dia yang bersebelahan sama rumah si Sanda. Si Gunsagau perhati saja si Sanda sambil kenyit-kenyit mata.
"Makin lawa oh ni sumandak si Jenny ni. Sudah ada yang punyakah?" (Gunsagau)
Si Sanda pun tinguk si Gunsagau dengan pandangan yang sinis tanpa berkata apa-apa.
"Mokirayou (minta puji) saja sana bah. Siapalah yang mau sama ko tu." (Dalam Hati Si Sanda)
"Siapa kawan ko di rumah sekarang San?" (Gunsagau)
"Saturang!!!" (Sanda)
Si Sanda menjawab dengan nada suara yang kasar.
"Wah, bulih sya pigi rumah ko kah? Bulih kita main subit-subit." (Gunsagau)
"Ihh! Logiut punya lelaki. Tidak pandai malu!!!" (Sanda)
"Jangan ko sumbung-sumbung bah sama sya mandak. Tanpa logiut, tiadalah zuriat. Logiut tu pun penting baitu." (Gunsagau)
"Tidak payahlah ko bercakap pasal zuriat-zuriat sana kalau sampai sekarang pun masih bujang lagi." (Sanda)
"Sya masih bujang sebab juduh sya bulum sampai bah." (Gunsagau)
"Atuk atuk! Juduh kunun. Siapalah yang mau sama ko tu, sudahlah jarang-jarang mandi, terus onsod (bau menyengat) lagi tu pokilok (keletiak) ko. Sya di sini pun bulih tercium oh. Sudahlah hari-hari pun moginum saja. Kalau ko ada bini, bini ko pun lari oh kali. Siou arr, bukan sya mau kasi buruk-buruk ko, cuma sya mau kasi nasihat ko saja." (Sanda)
"Sampai hati ko sakap sya begitu. Sya sinta baini sama ko mandak, mopor-kopor sudah sya punya sinta ni sama ko." (Gunsagau)
"Siou, sya nda sinta sama ko. Nampak gindut (tahi gigi) ko saja pun hilang terus mod sya mau teruskan hidup." (Sanda)
"Jadi, ko tulak laini sinta sya sama ko ni?" (Gunsagau)
"Bukan lagi tulak, tapi sya kasi buang di sana sungai Kinabatangan." (Sanda)
Si Sanda masuk rumah, terus dia tutup pintu rumah dia. Jam 5 petang, si Selvia pun datang memanggil si Sanda.
"San! San!" (Selvia)
"Arr?" (Sanda)
"Bah, jum lah." (Selvia)
"Sekejap Sel, sya tukar baju dulu." (Sanda)
"Cepat sikit." (Selvia)
Si Sanda pun siap tukar baju.
"Bah, marilah." (Sanda)
Si Sanda kunci pintu rumah dia, terus diorang pigi berjogging di tanah yang lapang, yang ada satu jalan kecil, khusus untuk urang berjogging. Pemandangan di sana cantik butul, dengan sentuhan angin sepoi-sepoi yang makin membuat diorang tambah rileks dan semakin semangat berjogging.
"Ni kali ketiga sudah kita jogging di sini kan Sel." (Sanda)
"Ko sajalah haha, sya banyak kali sudah jogging saturang di sini." (Selvia)
"Kenapa ko tidak bawa sya." (Sanda)
"Sya takut gia ganggu ko. Mana tau ko sibuk tulung-tulung mami ko di rumah." (Selvia)
"Nda juga terlampau sibuk baini. Hehe." (Sanda)
"Oklah, nanti sya panggil ko saja di rumah arr." (Selvia)
"Ok." (Sanda)
Siok-siok berjogging, diorang tidak sedar ada satu tanak wagu yang turut berjogging di sana, yang berlawan arah dengan diorang, sebab diorang tidak tinguk di depan, diorang cuma saling tinguk antara diorang saja. Tu tanak wagu pun tidak sedar ada dua sumandak di depan dia, sebab dia berwhatsapp sama kawan dia sambil berjogging. Nama tu tanak wagu si Larry. Si Larry ni pun berlanggarlah sama si Sanda, sampai si Larry terpigi di siring, terus dia termasuk di dalam parit yang ada di siring tu jalan tempat berjogging. Nasib baik tu parit kering. Si Sanda pun buat muka cemas.
**
Bersambung...
**

#CinderellaDariKampung
#Part4
**
"Sorry sorry sorry." (Sanda)
Si Selvia pun buat muka cemas juga. Si Larry kesakitan sudah. Muka dia pun menunjukkan reaksi kesakitan. Dia pun berdiri, terus keluar dari tu parit. Dia pun pasang muka marah. Mata dia meninguk si Sanda dengan tatapan yang mengancam.
"Oi mandak!!! Di mana mata ko arr? Lain kali, kalau mau berjogging tu, tinguk depan!!! Bukan tinguk langit." (Larry)
"Manada sya tinguk langit, sya tinguk depan juga tu tadi." (Sanda)
Dia lupa yang dia memang tidak tinguk di depan time terlanggar sama si Larry tadi.
"Ko yang main-main hp sambil jogging tadi, sampai tidak perasan ada sumandak-sumandak cantik di depan ko ni." (Sanda)
"Hoi, ko ingat sya ni buduhkah? Kalau ko memang butul-butul tinguk di depan tadi, mesti ko pigi siring bah, kalau ko sudah nampak ada tanak wagu hensem di depan ko. Ko mesti sengaja-sengaja ni kan mau langgar sya. Sorrylah, bukan selera sya sumandak kampung macam kamu ni. Lawa lagi sumandak sya di sana KK." (Larry)
"Oh, jadi urang bandarlah konon ko ni. Patutlah tembirang!!!" (Sanda)
"Sudahlah bida, pakaian lagi macam yang satu tahun tidak kana cuci." (Larry)
Si Larry ni bulih tahan juga hensem dia. Tapi disebabkan si Sanda ni terlampau marah sama si Larry selepas dia dengar percakapan si Larry tu, dia pun tidak dapat pastikan sudah, sama ada si Larry ni hensem atau tidak. Begitu juga si Larry. Cantik bah si Sanda ni. Kulit putih, bibir merah delima, muka pun ayu.
"Sendiri tidak sedar!!! Muka macam tu gorilla yang kesakitan mau beranak!" (Sanda)
Si Larry pun mencari hp dia yang terjatuh. Sekali dia jumpa, berampai tu hp dia di simen jalanan. Bila dia kasi on hp dia, tidak juga pandai marak-marak.
"Ni gara-gara ko laini langgar sya tadi, tidak dapat on sudah hp sya. Ko ganti arr kalau rusak." (Larry)
Si Sanda mulai senyum-senyum manis. Tapi senyuman dia tu terlihat macam ada makna yang tersembunyi.
"Oh. Senang saja baitu. Sini sya bikin." (Sanda)
"Arr? Urang kampungan macam ko pandai bikin hp? Haha. Bikin sinalau (daging panggang) pandailah kali. Haha." (Larry)
Panas hati sudah si Sanda.
"Cara mau kasi on hp yang nda pandai marak-marak, macam begini!!!" (Sanda)
Terus si Sanda kasi hempas hp si Larry tu di simen jalanan kuat-kuat.
"Kurang ajar punya perempuan!!!" (Larry)
Si Larry pun cepat-cepat pigi ambil balik hp dia yang kana kasi hempas tu. Time dia tinguk hp dia, pecah sudah skrin dia. Si Larry pun cepat-cepat kasi pusing kepala dia meninguk si Sanda, terus dia berdiri. Si Sanda tulak pinggang saja, sambil senyum-senyum sinis.
"Cuba ko tinguk ni. Habis!! Pecah!! Sekarang sya minta ko ganti!! Ganti cepat!!! Sya mau tinguk, ko ada duitkah untuk ganti." (Larry)
"Hahaha. Kalau sya tidak mau? Macam mana?" (Sanda)
Si Larry genggam sudah dua-dua tangan dia seolah-olah mau menumbuk.
"Ko kan urang kaya. Ko belilah bah hp baru. Hahaha." (Sanda)
Si Larry diam-diam saja. Tapi mata dia masih lagi meninguk si Sanda dengan tatapan tajam, dengan kening sebelahnya yang terangkat.
"Jangan mentang-mentang sya ni urang kampung, terus sya mau hormat sama ko? Sya mau segan sama ko? Hahaha. Sorrylah." (Sanda)
Si Selvia fokus saja meninguk diorang dua bergaduh.
"San, sudahlah. Jum kita balik. Nanti dia panggil geng-geng dia, habis kita. Mana tau ada geng dia. Kita ni cuma dua urang saja ni, terus perempuan lagi." (Selvia)
"Mana geng-geng dia? Mana? Panggillah. Ingat sya takutkah. Sorry to say lah sya mau takut." (Sanda)
Si Selvia pun tarik tangan si Sanda mau bawa balik. Tapi si Larry tarik tangan si Sanda. Dia pegang dagu si Sanda, terus dia kasi dekat muka dia sama muka si Sanda, sambil mengangkat kening dia sebelah.
"Hoi mandak!!! Ko taukah. Baru pertama kali sya jumpa perempuan yang berani sama sya. Terus berani kasi rusak hp sya lagi. Ko mau sya buat apa sama ko? Jangan ko pulang sebelum ko ganti hp sya yang ko kasi pecah!" (Larry)
Si Sanda pun kasi lepas tangan si Larry dari dagu dia.
"Jangan harap!!! Satu sen pun sya tidak mau kasi sama ko. Ko fahamkah???" (Sanda)
Terus si Sanda sama si Selvia pun jalan kasi tinggal si Larry yang masih berdiri di situ, dengan wajah yang penuh kemarahan. Time sudah jauh sikit, si Sanda meninguk si Larry, terus dia jeling. Si Larry pun teriak!!!
"Hoi perempuan gila!!! Ko tunggu saja sya cari ko nanti. Habis ko. Ko tunggu saja." (Larry)
Si Sanda pun angkat tangan kanan dia, terus dia kasi tunjuk jari tengah dia sama si Larry, tapi dia sama sekali tidak meninguk si Larry. Time berjalan-jalan, si Selvia pun berbual-bual sama si Sanda.
"Berani butul ko San." (Selvia)
"Buat apa sya mau takut. Manusia juga." (Sanda)
"Tapi... Ko tidak dengarkah dia teriak tadi tu? Sya mau cari ko nanti diabilang. Macam mana laitu San?" (Selvia)
"Hahaha. Carilah kalau dia dapat. Palui tu lelaki tu." (Sanda)
"Mmmm. Ntahlah..." (Selvia)
Si Sanda pun sampai di rumah dia.
"Baru balik joggingkah San?" (Jenny)
**
Bersambung...
**

*Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????*

#CinderellaDariKampung
#Part5
**
Untuk part-part sebelum ini, lawati album saya di sini:
**
"Ya mak. Tapi sekejap ja, sebab ada monster tadi." (Sanda)
"Monster?" (Jenny)
"Ya." (Sanda)
"Siapa bogia yang ko sakap monster ni San?" (Jenny)
"Adalah..." (Sanda)
Selepas buka kasut sukan yang dia pakai, dia pun masuk pigi rumah. Mama dia si Jenny sedang pungut-pungut daun timadang (buah tarap) kering di siring rumah. Akhirnya tibalah hari di mana si Sanda akan dibawa pigi KK untuk bekerja di rumah si Joseph. Hp si Jenny berbunyi.
"Hello." (Jenny)
"Hello. Macam mana si Sanda? Sudah sediakah?" (Joseph)
"Ya. Dia tengah lipat-lipat pakaian dialah tu sekarang, mau kasi masuk di dalam beg." (Jenny)
"Ok. Karang dalam jam 11.00 am sya sampai." (Joseph)
"Bah bah bah." (Jenny)
Si Jenny pigi masuk di bilik si Sanda, yang sedang zip beg dia. Si Sanda meninguk mama dia, terus dia pun senyum seolah-olah senyum paksa.
"Bila uncle Joseph sampai mak?" (Sanda)
"Karang dalam jam 11.00 am, dia sampai sudah tu." (Jenny)
Si Sanda tinguk jam hp dia baru pukul 9.33 am.
"Kalau ko sudah sampai di rumah urang, bagus-bagus ko di sana arr San." (Jenny)
"Ya mak. Niat sya pigi sana pun untuk bayar hutang mendiang bapa, bukan untuk mau tinggal di sana selama-lama. Sya tidak mau kasi tinggal mama lama-lama di sini." (Sanda)
"Tapi mama rasa, masa sekaranglah ko perlu berdikari sudah San. Uncle Joseph ada cakap, ko kerja di rumah dia cuma 2 tahun saja. Selepas tu, ko bulih cari kerja sendiri. Nanti kalau sudah selesai kerja ko di rumah dia, pandai-pandailah ko cari kerja sendiri San. Bukan selama-lama gia mama sihat. Nanti kalau seandainya mama sudah tiada, sekurang-kurangnya ko sudah pandai berdikari sendiri, ada kerja sendiri." (Jenny)
"Mak, kada mimboros tirad dino boh (mak, jangan cakap macam begitu bah)." (Sanda)
"Ini betul-betul San." (Jenny)
"Mama tidak bulih kasi tinggal sya mak." (Sanda)
"Mama tidak cakap gia mau kasi tinggal ko. Tapi kita tidak tau macam mana nasib kita nanti. Tulah mama kasi tau sedia sama ko." (Jenny)
"Sudahlah mak sudah! Tukar topik." (Sanda)
Ketukan pintu berbunyi. Si Sanda bertinguan sama mama dia.
"Uncle Joseph kaitu?" (Sanda)
"Takkan awal." (Jenny)
Si Sanda pun pigi meninguk. Rupanya si Selvia pula.
"Kenapa Sel?" (Sanda)
"Ko kompomkah mau ikut uncle Joseph pigi KK San?" (Selvia)
"Ya Sel. Sya terpaksa." (Sanda)
"Ala, sunyilah sya ni San. Ko lah satu-satu bestfriend sya di sini kampung nga ko pigi pula di KK." (Selvia)
"Apa bulih buat Sel, semata-mata mau bayar hutang mendiang bapa sya." (Sanda)
"Ya. Sya faham juga tu. Tapi, kalau ko sudah jadi urang KK nanti, jangan ko lupa sama urang kampung macam sya arr." (Selvia)
"Ih, tidaklah. Lagipula bukan lama sya di sana. Cuma dua tahun saja. Kalau sudah selesai sya bekerja di sana, sya pulanglah pigi sini kampung. Jangan ko susah bah. Hihi." (Sanda)
"Sya rindulah sama ko ni San." (Selvia)
"Kita kan selalu whatsapp-whatsapp. Apa susah. Hehe." (Sanda)
"Betul juga. Tapi tidak macam sekarang ni, berjumpa depan-depan mata." (Selvia)
"Itulah tu." (Sanda)
Time berbual-bual, si Joseph pun datang mau pigi mengambil si Sanda. Si Jenny berpeluk sama anak dia si Sanda. Keluar jugalah air mata si Jenny, tapi sikit saja.
"Bagus-bagus ko di sana arr San. Kerja bagus-bagus di rumah uncle Joseph. Kalau ko ada apa-apa di sana, whatsapp saja sama mama. Jangan diam-diam." (Jenny)
"Ya, sya tau juga tu mak." (Sanda)
Si Sanda berpeluk sama si Selvia.
"Kalau ada kerja kosong di KK, ko kasi tau sya arr San. Sya mau masuk. Hehehe." (Selvia)
"Ok baitu. Nanti sya kasi tau juga sama ko. Hehehe." (Sanda)
Si Sanda masuk pigi kereta si Joseph, terus diorang pun jalan. Dia melambai ke arah mama dia sama si Selvia. Gara-gara perjalanan masih jauh, si Sanda pun tertidur. Time sudah sampai, si Joseph kasi guyang-guyang bahu dia.
"San. Oh San. Sampai sudah kita." (Joseph)
Si Sanda terbangun. Punyalah dia terkejut nampak rumah si Joseph yang besar. Kereta dia pun ada 6 buah.
"Inikah rumah uncle?" (Sanda)
"Ya San. Mari masuk. Hehe." (Joseph)
Si Sanda turun dari kereta. Dia ambil beg dia, terus dia ikut si Joseph masuk pigi rumah si Joseph. Langkah dia pelan-pelan saja, sebab first time dia injak rumah besar macam tu. Rasa segan pun meluap-luap dalam hati dia. Time diorang masuk, diorang ternampak ada empat urang duduk di sofa ruang tamu. Muka diorang serius saja meninguk si Sanda, kecuali anak lelaki si Joseph yang senyum-senyum mesra sama si Sanda.
"San. Ini isteri uncle, nama dia Stefanie. Mami, inilah yang abang kasi cerita sama mami hari tu. Nama dia si Sanda Robert." (Joseph)
"Hai auntie." (Sanda)
"Ya, hai." (Stefanie)
Si Stefanie cuma buat-buat senyum paksa saja.
"Yang tiga urang ni pula anak uncle. Si Clara, si Claudia, sama si Spencer." (Joseph)
"Hai..." (Sanda)
"Hai..." (Clara, Claudia & Spencer)
Si Clara sama si Claudia berbisik-bisik, terus diorang ketawa-ketawa sambil tutup mulut. Ntah apa yang diorang bisik tu.
**
Bersambung...
**

*Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????*

#CinderellaDariKampung
#Part6
**
Untuk part-part sebelum ini, lawati album saya di sini:
**
Si Sanda pun perasan yang si Clara sama si Claudia berbisik-bisik sambil ketawa. Dia tau dia kana umpat-umpat, tapi dia buat-buat tidak tau saja.
"Apa bah yang kamu bisik-bisik ni?" (Spencer)
"Haha tedalah." (Claudia)
"Kalau teda, kenapa tiba-tiba ketawa?" (Spencer)
"Kami cuma lucu bah tu perempuan yang kami nampak tadi time kami beli KFC. Pakaian dia macam style 80an punya fesyen ni. Haha." (Claudia)
"Seluar jeans dia pun kana jait-jait lagi tu. Kasian butul, nda mampu beli seluar. Wkwkwkwk." (Clara)
"Jangan menyakap urang!!" (Spencer)
"Bah, memang betul bah. Bukan kami buat-buat cerita. Hahaha." (Claudia)
Mama diorang, si Stefanie pun ikut ketawa.
"Kasian juga tu perempuan oh kan. Apa kamu bilang tadi? Fesyen 80an? Haha lawaknya." (Stefanie)
Si Sanda pun perasan, dia yang kana sindir-sindir. Dia pun senyum-senyum saja sama diorang.
"Biarlah pakaian sya macam 80an bah, bukan sya minta duit kamu pun bikin beli pakaian sya. Ketawa-ketawa macam tu rogon saja sana. Baguslah kalau muka tu cantik sangat mau cakap-cakap urang. Ini, macam tu kara si Gunsagau saja sya tinguk." (Dalam Hati Si Sanda)
Si Joseph geleng-geleng kepala saja nampak bini dia sama anak-anak perempuan dia yang tidak pandai stop mengumpat.
"Sanda." (Stefanie)
"Kenapa auntie?" (Sanda)
Si Sanda senyum-senyum mesra.
"Ko tau kan apa ko punya tugas-tugas di sini?" (Stefanie)
"Tau auntie." (Sanda)
"Bagus. Memandangkan ko kerja di sini semata-mata mau kasi langsai hutang-hutang mendiang bapa ko, so, ko mesti buat apa saja yang sya sama laki sya suruh. Ok?" (Stefanie)
"Ok auntie." (Sanda)
"Bukan saja mami sama daddy, tapi sama kami pun ko mesti ikut apa yang kami suruh." (Claudia)
"Ya sis." (Sanda)
"Sanda, ko bulihkah tukar sikit fesyen ko ni." (Clara)
Si Clara meninguk si Sanda dari atas sampai bawah, dengan pandangan sinis.
"Kenapa sis?" (Sanda)
Si Sanda pun tinguk pakaian dia sendiri sambil buat muka yang kehairanan.
"Hahaha bukan bah. Kan sekarang ko ni tinggal di KK, bukan di kampung. So, ko mestilah ikut style bandar. Bikin malu betul bawah-bawah style kampungan pigi sini. Wkwkwkwk." (Claudia)
"Kalau ko tidak mampu beli pakaian yang lawa-lawa sikit, ko cakap saja bah sama sya, tidak payalah malu-malu. Nanti sya kasi beli juga ko bisuk. Buruk bah pakaian ko ni." (Stefanie)
"Hehe tidak payalah. Sya memang suka fesyen sya macam ni." (Sanda)
"Ohya lupa pula sya. Family kamu kan banyak hutang, manalah mampu beli pakaian yang lawa-lawa." (Claudia)
"Cuma mampu beli adidas kampung saja. Wkwkwk." (Clara)
"Sambil pegang pisau putung gatah. Hahaha." (Claudia)
"Hahaha sudah sudah. Tidak berhenti mama ketawa hey." (Stefanie)
Si Sanda tahan hati saja dia kana ejek-ejek oleh si Stefanie sama dua urang anak perempuan dia tu. Muka dia masih lagi mampu tersenyum.
"Kamu tidak bulih begitu bah. Walaupun si Sanda ni cuma kerja sebagai urang gaji saja di rumah kita, kamu tidak bulih ejek-ejek dia sampai macam tu. Mami pun satu! Sepatutnya ko tegur anak-anak ko ni! Bukan ko pun ikut-ikut diorang ketawa-ketawa." (Joseph)
"Ya bah. Teruk betul oh." (Spencer)
Diorang tiga-tiga terdiam, tapi senyuman sinis diorang masih lagi terukir di muka diorang.
"Jadi, sya bulih mula kerja sudahkah sekarang?" (Sanda)
"Yalah! Jadi bila? Tahun depan? Banyak tu piring belum kana cuci di dapur." (Stefanie)
"Sya teda masa mau kasi kemas bilik sya. Jadi, ko tulung kasi kemas bilik sya bagus-bagus arr San." (Claudia)
"Bilik sya pun." (Clara)
"Kamu ni kan!! Bagilah bah si Sanda ni masa berehat sekejap. Ni terus-terus saja kamu suruh dia buat itu ini." (Joseph)
"Mau berehat apa pula? Dia belum buat apa-apa pun." (Stefanie)
"Yalah. Tapi sebelum abang bawa dia pigi sini, banyak bah kerja yang dia buat tadi." (Joseph)
"Bang!! Kerja di kampung tu lain, kerja di sini lain. Jangan kasi sama." (Stefanie)
"Biarlah uncle. Bukan terlampau banyak pun kerja-kerja sya tadi, sikit saja." (Sanda)
"Ohya!! Jangan lupa cuci baju-baju kami sampai bersih arr." (Stefanie)
"Di mana mesin basu auntie?" (Sanda)
"Ada di sana. Tapi sya tidak mau ko cuci guna mesin basu." (Stefanie)
"Kenapa pula auntie. Kan lebih senang kalau guna mesin basuh." (Sanda)
Si Sanda merungut.
"Yalah bah. Tapi pakaian cepat rusak kalau pakai mesin basu. Jadi, ko mesti guna tangan cuci pakaian-pakaian kami. Takkanlah urang kampung macam ko ni tidak pandai cuci kain guna tangan." (Stefanie)
"Oklah auntie." (Sanda)
"Buat apalah beli mesin basu mahal-mahal kalau tidak mau diguna. Ganjil juga ni manusia ni." (Dalam Hati Si Sanda)
"Sama ko mesti pakai apron time ko buat kerja di dapur arr." (Stefanie)
"Ok auntie." (Sanda)
"Ko campin masak jugakah?" (Claudia)
"Bulihlah sikit. Hehe." (Sanda)
"Bah masak sedap-sedap arr nanti. Kalau tidak sedap, kami suruh lagi ko masak balik sampai makanan yang ko masak tu sebati sama lidah kami." (Clara)
"Ok sis. No problem baitu." (Sanda)
**
Bersambung...
**

*Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????*

#CinderellaDariKampung
#Part7
**
Untuk part-part sebelum ini, lawati album saya di sini:
**
"Sekarang ko bulih start sudah." (Stefanie)
"Ok auntie." (Sanda)
Si Sanda melangkah pigi dapur. Dia nampak banyak piring, mangkuk, kuali, sudu sama garfu bertimbun di sinki.
"Silaka!!! Mentang-mentang sya mau kasi lunas hutang mendiang bapa sya, macam sengaja-sengaja pula diorang kasi timbun banyak piring-piring di sini. Mmm, sabarlah wahai hati." (Dalam Hati Si Sanda)
Si Sanda mencuci semua tu satu persatu. Waktu sudah setengah siap, mulai sudah dia kana panggil.
"Sanda!!! Sandarela!!! Sandarela!!! Sini kau!!!" (Stefanie)
"Aik? Ingatkan di kampung saja sya kana gelar Sandarela ni. Rupanya di sini pun sama. Ini kebetulan atau ada kaitan sama urang kampung ni arr? Mmm biarlah. Si Sanda ni kan baik hati, rela buat apa saja." (Dalam Hati Si Sanda)
Si Sanda berlari pigi tempat si Stefanie.
"Ada apa auntie?" (Sanda)
"Sya lupa mau kasi tau ko. Jangan lupa tebas tu rumput di situ." (Stefanie)
Si Stefanie menunjuk ke arah belakang rumah.
"Alamak! Lebatnya rumput. Tiada ular kaitu arr?" (Sanda)
"Di sini bukan macam di kampung ko. So, don't worry. Tiada juga ural di situ tu." (Stefanie)
"Tapi auntie, mau tebas pakai apa?" (Sanda)
"Pakai sabitlah." (Stefanie)
"Di mana sabit?" (Sanda)
"Cari di stor situ." (Stefanie)
Si Stefanie menunjuk ke arah stor yang ada di belakang rumah.
"Ok ok. Tapi sya kasi habis dulu cuci piring di sinki kio." (Sanda)
"Dari tadi ko belum siap cuci piring lagikah pula? Aduilah ko ni. Laju sikit bah buat kerja." (Stefanie)
"Sorry auntie. Mulai bisuk, sya cubalah buat kerja cepat sikit." (Sanda)
"Bagus. Tapi jangan sampai ada barang-barang yang jatuh arr, terus pecah. Barang-barang di sini rumah ni semua mahal-mahal. Kalau suruh ko ganti, kompom ko tidak dapat ganti tu." (Stefanie)
"Ok auntie." (Sanda)
Si Sanda kasi siap cuci piring. Lepas tu, dia tebas tu rumput-rumput tebal di depan rumah sampai bersih. Si Spencer perhati saja si Sanda buat kerja, sambil buat senyuman mesra. Si Sanda pun perasan kana perhati, dia balas balik senyuman mesra si Spencer. Si Spencer maju sikit pigi dekat si Sanda dengan langkah yang pelan-pelan.
"Hai San." (Spencer)
"Hai juga Spen." (Sanda)
"Sya mau minta maaf kio, sebab mami sya sama adik-adik perempuan sya buli-buli ko macam ni." (Spencer)
"Ini bukan buli lah Spen. Hehehe. Ini memang tugas-tugas yang mesti sya buat, sebab mau kasi bayar habis hutang-hutang mendiang bapa sya sama bapa ko." (Sanda)
"Ya sya tau. Kalau bulih sya tau, berapa gia hutang mendiang bapa ko tu?" (Spencer)
"Sya pun tidak tau Spen. Yang sya tau, selepas 2 tahun sya kerja di sini, hutang mendiang bapa sya pun lunas sudah." (Sanda)
"Tapi sya tinguk, ko macam biasa sudah buat kerja oh." (Spencer)
"Bulihlah. Tulung-tulung mama sya di kampung iris-iris daun sigup, tanam sayur, bikin bosou, kasi bersih-bersih kawasan rumah, kasi kemas-kemas rumah, cuci kain, banyak lagilah." (Sanda)
"Rajin oh. Kalau dua urang adik perempuan sya, cuci baju sendiri pun tidak mampu." (Spencer)
"Hehe. Biasalah tu." (Sanda)
Diorang tidak sedar, si Clara sama si Claudia berdiri sambil tulak pinggang di belakang diorang.
"Kurang asam betul ko Spencer, cakap-cakap kami!" (Claudia)
"Memang kenyataan bah. Sampai terkencing di seluar pun suruh urang gaji cuci. Ko tu kan Clara. Hahaha." (Spencer)
"Ko diam sana Spen!!! Teda guna punya abang, kasi malu adik sendiri." (Clara)
Si Sanda ketawa-ketawa sambil tutup mulut, tanpa bunyi. Si Claudia sama si Clara pun nampak si Sanda ketawa. Terus diorang pun jeling-jeling sama si Sanda, terus masuk balik pigi dalam rumah. Akhirnya siap juga si Sanda tebas-tebas tu rumput-rumput lebat di belakang rumah. Tu rumput-rumput yang sudah dia tebas dia kasi kumpul satu tempat. Baru saja dia mau duduk di kerusi belakang rumah, terus kana panggil lagi dia.
"Sandarela!!!" (Clara)
"Sandarela!!! Oh Sandarela!!!" (Claudia)
Si Sanda cepat-cepat pigi tempat diorang.
"Kenapa sis?" (Sanda)
"Tulung cuci ni kasut sukan sya." (Claudia)
"Kasut sukan sya juga" (Clara)
"Ok ok. Tapi, macam mana kamu tau nama gelaran sya Sandarela? Mami kamu tadi pun panggil sya Sandarela." (Sanda)
"Jadi sebelum ni, nama ko memang Sandarela lah?" (Sanda)
"Urang-urang di kampung sya pun biasa panggil sya si Sandarela. Kalau bulih sya tau, kenapa kamu panggil sya ni Sandarela?" (Sanda)
"Sebab daddy kami kasi tau sama kami, ko rela buat apa saja untuk mami ko di kampung. Tulah kami panggil ko si Sandarela." (Claudia)
"Sama. Urang kampung panggil sya si Sandarela pun sebab kunun sya ni rela buat apa saja untuk mami sya." (Sanda)
"Bagus. Kami harap, ko pun rela buat apa saja yang kami suruh. Ohya, mami suruh sya kasi tau sama ko, yang bisuk ko mesti tulung-tulung di kedai kek dia." (Clara)
"Apa nama kedai kek dia tu?" (Sanda)
Si Clara pun kasi tau nama kedai kek mama diorang.
"Oklah." (Sanda)
"Sekarang cepat, cuci kasut sukan kami." (Claudia)
"Ok." (Sanda)
**
Bersambung...
**

*Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????*

#CinderellaDariKampung
#Part8
**
Untuk part-part sebelum ini, ikuti album saya di sini:
**
Si Sanda pun cucilah tu kasut sukan diorang si Clara sama si Claudia. Si Stefanie pigi jumpa si Sanda yang sedang mencuci kasut.
"Bisuk, jam 9 pagi, ko ikut sya pigi kedai kek ahh San. Ko kerja di sana." (Stefanie)
"Jadi sya tidak payah kerja di sini lagilah?" (Sanda)
"Siapa bilang? Mulai bisuk, dari jam 9 pagi sampai jam 12 tengah hari, ko kerja di kedai kek sya. Selepas tu ko kerja balik di sini rumah." (Stefanie)
"Ok ok." (Sanda)
Si Stefanie kasi tinggal dia. Selepas selesai semua kerja-kerja dia, dia pun duduk di sofa ruang tamu. Si Stefanie berdiri sambil tulak pinggang meninguk si Sanda. Di kiri sama kanan dia berdiri dua urang anak perempuan dia, si Clara sama si Claudia.
"Wah wah wah. Sioknya ko duduk di sofa sya arr." (Stefanie)
"Sorry auntie." (Sanda)
Terus si Sanda cepat-cepat berdiri sambil tunduk di depan diorang.
"Sudah siapkah semua kerja-kerja ko ni?" (Clara)
"Sudah sis." (Sanda)
"Cuci pakaian kami, sudah?" (Claudia)
"Sudah." (Sanda)
"Ko cuci pakai mesin basuh ni kan?" (Clara)
"Tidaklah, sya cuci guna tangan." (Sanda)
"Bersikah ko cuci?" (Stefanie)
"Bersih..." (Sanda)
"Ok. Kalau tidak bersih, sya suruh ko cuci dua kali ganda arr." (Stefanie)
Si Sanda angguk-angguk. Si Stefanie, si Clara sama si Claudia pun jalan kasi tinggal si Sanda yang masih berdiri di situ. Si Spencer nampak si Clara berdiri.
"Kenapa ko berdiri di sana San? Duduklah bah." (Spencer)
"Mami ko tidak suruh sya duduk di sofa. Hehe." (Sanda)
"Teruk juga sampai macam tu. Jadi buat apalah ni sofa kana beli kalau bukan untuk diduduk." (Spencer)
"Biarlah. Mungkin dia tidak mau ni sofa terkena peluh. Sebab sya baru saja siap kerja, terus badan sya ni pun banyak peluh." (Sanda)
"Tapi takkanlah sampai macam tu sekali." (Spencer)
"Tidak apa. Hehe." (Sanda)
"Ko masih ada kerjakah mau dibuat?" (Spencer)
"Setakat ni belum ada lagi." (Sanda)
"Jom kasi kawan sya jogging." (Spencer)
"Di mana?" (Sanda)
"Ko ikut saja sya." (Spencer)
"Sya kasi tau mami ko dululah. Nanti dia tercari-cari sya." (Sanda)
Si Sanda pigi tempat si Stefanie yang sedang main hp di dapur.
"Auntie Fanie..." (Sanda)
"Stefanie... Bukan Fanie ok..." (Stefanie)
"Sorry auntie Stefanie..." (Sanda)
"Ah, kenapa?" (Stefanie)
"Bulihkah sya pigi jogging sekejap auntie? Sebab petang-petang macam ni sya biasa jogging di kampung sya." (Sanda)
"Ko mau jogging sama siapa?" (Stefanie)
"Sama si Spencer." (Sanda)
"Oh bah. Pigilah. Jangan lama-lama arr. Sya tidak mau kalau urang gaji sya lama-lama keluar dari ni rumah." (Stefanie)
"Ok auntie." (Sanda)
Si Spencer sama si Sanda jogging di suatu tempat.
"Ko suka jogging jugakah San?" (Spencer)
"Biasa. Di kampung sya." (Sanda)
"Sama siapa?" (Spencer)
"Sama bestfriend sya." (Sanda)
"Perempuankah lelaki?" (Spencer)
"Perempuanlah. Sya manada bestfriend lelaki." (Sanda)
"Siapa nama dia?" (Spencer)
"Si Selvia." (Sanda)
"Selvia? Nama full dia?" (Spencer)
"Selvia Dion." (Sanda)
"Selvia Dion? Ko ada pic diakah?" (Spencer)
"Sekejap arr." (Sanda)
Si Sanda kasi keluar hp dia dari poket seluar dia, terus dia kasi tinguk pic si Selvia sama si Spencer.
"Ini gf sya ni." (Spencer)
"Betul bah?" (Sanda)
"Betul. Sya kenal dia dari group whatsapp. Sya selalu chat sama dia ni." (Spencer)
"Kamu sudah pernah jumpalah?" (Sanda)
"Belum. Sya mau bawa dia jumpa, tapi dia malu." (Spencer)
"Ya, memang pemalu tu dia. Tapi best jadi bestfriend dia." (Sanda)
"Bulihkah sya ikut ko di kampung ko nanti? Sya mau jumpa dia. (Spencer)
"Bulih bah. Nantilah kalau sya ada masa." (Sanda)
"Janji arr." (Spencer)
"Ya janji." (Sanda)
"Lama sudah kamu berbestfriend?" (Spencer)
"Dari kecil. Satu sekolah lagi. Dialah satu-satunya bestfriend sya yang sya anggap macam keluarga sya sendiri. Mama dia sama mama sya pun berbestfriend. Ko pula siapa bestfriend terbaik ko?" (Sanda)
"Dari sya kecil sampai sekarang, sya cuma ada satu bestfriend saja." (Spencer)
"Perempuan laitu kan?? Hehe." (Sanda)
"Lelakilah. Daddy dia sama daddy sya pun bestfriend dari kecil. Syarikat milik daddy sya sama syarikat milik daddy dia bersebelahan saja. Setiap minggu, dia sama daddy dia selalu pigi rumah. Mami dia sama mami sya pun berkawan baik. Kami sama diorang macam kazen sudah. Kami banyak berhutang budi sama daddy dia tu." (Spencer)
"Oh. Bulih tinguk pic dia?" (Sanda)
"Bulih. Sekejap arr." (Spencer)
Si Spencer ambil hp dia dari poket seluar dia, terus dia kasi tinguk pic bestfriend dia sama si Sanda. Punyalah si Sanda terkejut sekali dia ternampak pic si Larry, lelaki yang bergaduh sama dia time jogging di kampung, yang si Sanda kasi hempas hp dia sampai pecah. Si Spencer pun hairan nampak reaksi muka si Sanda.
"Kenapa San? Ko kenalkah dia ni?" (Spencer)
"Tidak." (Sanda)
"Kenapa ko macam terkejut saja?" (Sanda)
"Tidaklah, ada semut gigit kaki sya bah tadi. Hehe. Siapa nama dia tu?" (Sanda)
"Si Larry. Kenapa, hensemkan?? Hehe." (Spencer)
**
Bersambung...
**

#CinderellaDariKampung
#Part9
**
Untuk part-part sebelum ini, ikuti album saya di sini:
**
"Hensem jugalah. Hihihi." (Sanda)
"Adui, matilah sya. Hari ni hari minggu lagi ni. Matilah sya kalau si Larry nampak sya kerja di rumah si Spencer." (Dalam Hati Si Sanda)
"Spen." (Sanda)
"Ah?" (Spencer)
"Di dekat-dekat sini ada mini market kah?" (Sanda)
"Ada. Di situ." (Spencer)
Si Spencer kasi tunjuk si Sanda satu mini market yang ada jauh sikit dari tempat diorang berdiri.
"Apa juga ko mau beli daa?" (Spencer)
"Adalah." (Sanda)
"Bah marilah." (Spencer)
Time sudah sampai di mini market, si Sanda fokus cari sesuatu.
"Harap-haraplah ada jual di sini." (Sanda)
Akhirnya si Sanda jumpa juga yang dia cari: surgical mask. Si Spencer kehairanan.
"Ko buat apa ni surgical mask San?" (Spencer)
"Sya rasa sya mau selesma baini. Tulah sya beli sedia ni surgical mask supaya urang-urang di rumah nanti tidak terjangkit." (Sanda)
"Oh, macam tu."
Hp si Spencer berbunyi tanda ada pesanan whatsapp yang masuk.
"Ohya San, sya mau pigi rumah kawan sya oh, sebab ada dia minta tulung sama sya. Ko bulihkah saturang jogging? Sorry." (Spencer)
"Bulih bah, biasa sudah. Hehe". (Sanda)
"Siou arr San." (Spencer)
"Tidak apa bah. Hihi." (Sanda)
"Bah, kalau begitu sya jalan dulu arr." (Spencer)
"Ok ok." (Sanda)
Si Spencer jalan kasi tinggal si Sanda di situ dengan langkah yang cepat. Si Sanda terus jogging. Tiba-tiba, si Sanda nampak ada lelaki jogging di depan dia, yang berlawan arah dengan dia. Bila dia perhati betul-betul, rupanya si Larry pula. Si Sanda cepat-cepat pakai tu surgical mask di mulut dia supaya si Larry tidak kenal dia. Time si Larry sudah hampir dekat, si Larry perhati saja si Sanda. Si Sanda cepat-cepat kasi alih pandangan dia pigi tempat lain dengan reaksi muka yang cemas. Si Larry tidak sedar, di depan dia ada ular tedung. Time si Larry tidak sengaja terinjak tu ular tedung, terus kaki dia kena patuk sama tu ular, sampai dia terduduk sambil teriak-teriak kesakitan. Si Sanda pusing belakang, terus dia cepat-cepat pigi dekat si Larry.
"Bro. Kenapa bro?" (Sanda)
Si Sanda sengaja ubah suara dia, supaya si Larry tidak kenal sama dia.
"Ada ular patuk kaki sya." (Larry)
Sambil kasi tunjuk si Sanda kesan patukan tu ular tedung di kaki dia. Si Sanda cepat-cepat ambil sapu tangan dia yang dia kasi gantung di bahu dia, terus dia ikat kaki si Larry ketat-ketat supaya bisa tu ular lambat mengalir pigi badan si Larry. Si Sanda isap bekas patukan tu ular di kaki si Larry pakai mulut dia, untuk kasi keluar tu bisa dari kaki si Larry. Ngam-ngam si Sanda ternampak ada teksi yang limpas, terus dia pigi tahan tu teksi sampai tu teksi berhenti. Dia angkat si Larry kasi naik di teksi, terus diorang jalan menuju pigi klinik yang terdekat. Nasib baiklah si Sanda ada terbawa duit di dompet dia. Time sudah sampai di klinik, si Larry pun kena rawat. Time sudah siap, diorang pun keluar dari tu klinik.
"Ko ok kah bro?" (Sanda)
"Sekarang sya rasa ok sudah sikit. Thank you very much arr mandak, sudah tulung sya. Kalau tidak, mati sudah sya tadi tu." (Larry)
"Sama-sama. Lain kali hati-hati kio." (Sanda)
Si Larry ambil dompet dia dari poket seluar dia, terus dia kasi si Sanda duit. Si Sanda kehairanan.
"Ini untuk apa?" (Sanda)
"Untuk kasi ganti duit ko yang ko guna untuk bawa sya pigi klinik, sama sebagai tanda terima kasih sebab ko sudah kasi selamat nyawa sya tadi." (Larry)
Sambil si Larry perhati saja mata si Sanda yang cantik.
"Tidak semua perkara dapat dibeli dengan duit bro. Hehe. Sebagai manusia yang masih ada perasaan, mana mungkin sya kasi tinggal ko macam tu saja tadi. Mestilah sya tulung ko. Walaupun..." (Sanda)
"Walaupun apa?" (Larry)
"Tedalah... Hehehe... Bah, sya pulang dululah. Jaga diri bagus-bagus arr bro, lain kali hati-hati kalau pigi di mana-mana saja. Malang tu tidak berbau, sama tidak wangi." (Sanda)
"Sekali lagi terima kasih banyak arr mandak." (Larry)
"Ok ok." (Sanda)
Si Sanda pun masuk pigi teksi yang bawa diorang pigi klinik tadi. Si Larry perhati saja dia. Time dia mau masuk sudah pigi dalam tu teksi, tiba-tiba kasut sukan yang dia pakai untuk jogging terlepas sebelah dari kaki dia. Dia mau ambil balik tu kasut dia, tapi tiada masa sudah dia mau pigi ambil, sebab tu teksi mau jalan sudah.
"Arr, masih ada dua pasang lagi bah kasut sukan sya. Biarlah tu." (Dalam Hati Si Sanda)
Tu teksi pun jalan. Si Larry perhati saja kasut sukan si Sanda yang terlepas sebelah dari kaki si Sanda tu, terus dia pigi pungut. Dia tinguk tu kasut ada bertulis nama "Sandarela".
"Sandarela? Jadi nama dia si Sandarela kah pula. Harap-harap sya dapat jumpa dia lagi nanti." (Dalam Hati Si Larry)
Time duduk bersandar di dalam teksi, si Sanda tiba-tiba terbayang muka si Larry.
"Sya benci butul sama tu lelaki. Tapi kenapa tiba-tiba saja sya pigi tulung dia tadi arr? Ni lah keburukan kalau jadi urang yang baik hati ni. Musuh sendiri pun mau ditulung. Odoi dogo." (Dalam Hati Si Sanda)
**
Bersambung...
**

*Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????*

#CinderellaDariKampung
#Part10
**
Untuk part-part sebelum ini, ikuti album saya di sini:
**
Time sudah sampai di rumah, dengan muka yang sedih, si Joseph kasi tau sesuatu sama si Sanda.
"San, uncle mau kasi tau ko sesuatu, tapi uncle harap ko rileks arr selepas ko dengar apa yang uncle kasi tau." (Joseph)
"Kenapa uncle." (Sanda)
"Mama ko tiada sudah San." (Joseph)
Si Sanda punyalah terkejut.
"Apa? Maksud uncle Joseph apa?" (Sanda)
"Mama ko tiada sudah San. Jiran ko si Gunsagau yang kasi tau uncle tadi, time uncle pigi melawat di kampung ko. Dia kasi tau sama uncle, dia ternampak mama ko terbaring di bawah jemuran. Tangan dia masih pegang kain basah lagi masa tu, mungkin dia jatuh time dia mau jemur kain. Waktu si Gunsagau cuba kasi bangun mama ko, tiada sudah nafas dia." (Joseph)
Si Sanda pun terjatuh di lantai sambil berlutut. Dia menangis sekuat-kuatnya sambil menutup mulut dia. Si Joseph usap-usap kepala dia.
"Sabar ko San. Ini sudah kehendak Tuhan." (Joseph)
Si Sanda peluk kaki si Joseph sambil kasi guyang-guyang kaki si Joseph.
"Uncle tulung sya uncle. Tulung hantar sya pulang rumah uncle. Tulung uncle. Sya yakin, mama sya cuma pengsan saja. Tulung bah uncle." (Sanda)
"Iya San iya. Mari kita jalan." (Joseph)
Si Stefanie sama dua urang anak perempuan dia berdiri di belakang sambil buat muka serius.
"Mami, abang jalan sedih." (Joseph)
"Hati-hati bang." (Stefanie)
Diorang pun berangkat menuju pigi kampung si Sanda. Time sudah sampai di perkarangan rumah si Sanda, ramai sudah jiran-jiran yang ada di sana. Kem pun kena pasang sudah di sana. Si Sanda pun cepat-cepat masuk pigi rumah. Dia berdiri terpaku nampak jasad mama dia di dalam keranda, berselimut kain putih, dan terdapat dua batang lilin putih yang bernyala di atas meja yang berada di atas bahagian kepala jasad mama dia. Si Sanda pigi dekat keranda mama dia, terus dia usap-usap dahi mama dia yang sudah tidak bernyawa. Air mata dia terus mengalir tiada henti-hentinya.
"Mak. Kenapa mama awal betul kasi tinggal sya mak? Padahal sya belum buat sesuatu lagi yang bikin mama bangga sama sya." (Sanda)
Si Selvia pun pigi peluk si Sanda.
"Sabar arr ko San. Ini sudah kehendak Tuhan." (Selvia)
"Tapi sya hairan bah Sel. Mama sya tiada sakit apa-apa. Time sya kasi tinggal dia pigi KK pun, dia sihat-sihat saja bah. Kenapa tiba-tiba saja dia begini?" (Sanda)
"Mungkin mama ko memang ada sakit, cuma dia tidak mau kasi cerita sama ko. Dia tidak mau ko stress pikir pasal penyakit dia." (Selvia)
Bisuknya, jasad si Jenny pun selamat dikebumikan. Time si Sanda kasi tabur bunga di atas kuburan mama dia, air mata dia makin lagi mengalir deras.
"Mak. Bagus-bagus jalan arr mak. Sya minta maaf mak, sebab sya tiada di sebelah mama waktu mama jalan. Apapun, sya selalu kasi doa mama supaya jiwa mama tenang di sana. Banyak kenangan-kenangan manis sya sama mama. Selamat jalan mak. Sya yakin, dari jauh lagi pintu gerbang syurga sudah terbuka luas untuk sambut jiwa mama, sebab cukup banyak penderitaan mama selama ni, apalagi waktu mendiang bapa balik-balik kasi sakit mama, mama tetap sabar saja." (Sanda)
Si Joseph pigi peluk si Sanda.
"Mulai sekarang, uncle hapus semua hutang-hutang mendiang bapa ko San. Sekarang ko bebas sudah." (Joseph)
"Terima kasih uncle." (Sanda)
"Kalau ko tidak keberatan, ko maukah jadi anak angkat uncle?" (Joseph)
"Mana saja uncle. Ikut keikhlasan hati uncle." (Sanda)
Selepas selesai upacara pengebumian jenazah, si Sanda pun masih tinggal di rumah dia selama seminggu. Selepas tu, si Joseph pun bawa si Sanda tinggal di rumah dia. Semua berkumpul di ruang tamu rumah si Joseph.
"Mulai sekarang, daddy sudah hapus semua hutang-hutang mendiang bapa si Sanda. Terus si Sanda sekarang jadi keluarga angkat kita." (Joseph)
Si Stefanie, si Claudia, sama si Clara terkejut.
"Apa dad? Si Sanda jadi adik angkat kami?" (Claudia)
"Daddy seriuskah?" (Clara)
"Daddy serius." (Joseph)
Si Sanda diam-diam saja sambil tunduk.
"Apasal pula abang mau ambil ni budak kampung jadi anak angkat kita? Tidak cukupkah si Clara sama si Claudia ni jadi anak kandung abang sendiri?" (Stefanie)
"Rileks dulu mami. Biar abang kasi explain sama mami." (Joseph)
"Lagi pula, sepatutnya dia ni dapat berdikari sendiri sudah bah." (Stefanie)
"Yalah, tapi si Sanda ni bukan urang senang. Tiada siapa-siapa lagi tempat dia bersandar. Tulunglah kasian dia mami." (Joseph)
"Ok. Dia bulih jadi anak angkat abang, tapi bukan anak angkat sya! Kalau dia mau tinggal di sini, makan tidur di sini, dia mesti jadi urang gaji seumur hidup di sini rumah. Bukan mau bermalas-malasan saja di sini! Faham???" (Stefanie)
Anak lelaki diorang si Spencer membantah mama dia.
"Mami! Daddy kan sudah kasi langsai semua hutang-hutang mendiang bapa si Sanda. Kenapa pula mami mau suruh-suruh lagi si Sanda jadi urang gaji di sini?" (Spencer)
"Ko diam sana Spen!! Selama ko kenal sama ni perempuan kampung, ko mulai sudah berani lawan cakap mami." (Claudia)
**
Bersambung...
**

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience