Rate

PART 1

Romance Series 5813

Cerpen ini bukanlah mengenai seorang gadis cantik jelita yang kehilangan sepatu kacanya sebelah, melainkan seorang gadis dari kampung yang bernama Sanda. Sanda tinggal bersama ibu kandungnya. Bapa kandungnya telah lama meninggal, sebab dihimpit oleh kayu balak waktu menebang pokok di hutan. Ibunya, Jenny, hanya menjual sayur-sayuran kampung dan sigup (tembakau) di pasar. Orang kampung biasa menggelarnya Sandarela, disebabkan dia seorang yang rela dan sanggup lakukan apa sahaja untuk ibu tercintanya, bahkan jika ada orang-orang sekampungnya yang dalam kesusahan, dia rela berbuat apa sahaja untuk menolong. Namun, pemakaiannya agak sedikit selekeh. Gadis-gadis di kampungnya selalu mempercantikkan penampilan. Namun Sanda, pemakaiannya setiap hari seperti orang yang hendak pergi menoreh getah dan berperangai agak kebudak-budakan sedikit, sedangkan dia sudah pun berumur dua puluh tiga tahun. Suatu hari, Sanda sedang menolong ibunya mengiris-iris daun tembakau. Bermulalah perbualan Sanda bersama ibunya.
"Mak, sya bosan sudah oh di kampung." (Sanda)
"Jadi ko mau tinggal di mana? Di bandar?" (Jenny)
"Sya bukan bosan tinggal di kampung mak." (Sanda)
"Jadi???" (Jenny)
"Sya cuma bosan diam-diam saja di kampung tiada buat apa-apa. Sya rasa macam sya mau cari kerja oh di bandar mak." (Sanda)
"Selama ni kan ko tulung-tulung mama juga. Manada diam-diam pun. Lagipula, kalau ko kerja di bandar, siapa kawan ko di sana? Terus, ko mau tinggal di rumah siapa? Rumah sewa sekarang bukan murah-murah." (Jenny)
"Ya jugakan mak. Sampai bilalah sya mau di kampung saja ni. Kalau sya ada kerja di bandar, bulih juga sya kasi mama duit tiap bulan." (Sanda)
"Mama pun suka kalau ko ada kerja. Tapi untuk sementara waktu ni, ko di sini sajalah dulu, tulung-tulung mama. Mama kasi duit juga selalu kan, kalau sigup-sigup sama sayur-sayur kita tu habis kana beli." (Jenny)
"Yalah mak." (Sanda)
Kemurungan terlihat pada wajah Sanda, sambil menongkat dagu, dengan gayanya yang manja. Ibunya memperhatikan gayanya, kemudian ibunya tersenyum-senyum. Ibunya mencubit pipi gebunya. Sanda semakin larut dengan gayanya yang manja.
"Bah pigilah tidur. Malam sudah ni." (Jenny)
"Ok mak. Gut nait mak." (Sanda)
Ibunya mejawab.
"Kopisanangan totuong." (Jenny)
"Miagal." (Sanda)
Ibunya hanya ketawa. Sanda menuju ke arah bilik tidurnya, kemudian membaringkan diri di atas katilnya. Sebelum tidur, dia sempat berkhayal. Dalam khayalannya, dia mengenakan gaun berwarna biru muda, dengan menaiki sebuah kereta labu emas, yang ditarik oleh sejumlah kuda-kuda. Dia menuju ke istana raja. Waktu tiba di istana, setiap mata tertumpu kepadanya. Prince Charming pun jatuh cinta pandangan pertama setelah melihat kecantikannya. Prince Charming mengajaknya untuk menari bersama. Jam menunjukkan 11.50 malam, dengan segera, Sanda berlari keluar dari istana.
"Ko mau pigi mana?" (Prince Charming)
"Sorry Prince, sya mau takancing baini. Tulah sya mau cepat-cepat ni." (Sanda)
Waktu berlari menuruni tangga istana, kasut adidas kampung yang dikenakannya terlepas sebelah dari kakinya. Itulah kasut yang dipakainya setiap kali dia mengikuti mendiang bapanya pergi menoreh getah. Prince Charming memanggil pegawai istana.
"Tulung cari pemilik kasut adidas kampung ni." (Prince Charming)
"Macam mana cara mau cari prince?" (Pegawai Istana)
"Kamu pigi round-round satu daerah ni. Kalau ada sumandak yang ngam sama ni kasut di kaki dia, dialah pemilik kasut adidas kampung ni." (Prince Charming)
Sanda asyik berkhayal, tiba-tiba seekor cicak terjatuh ke atas wajahnya.
"Kurang asam punya cicak. Ganggu sya mengkhayal saja! Bilalah sya bulih jumpa sama Prince Charming sya ni arr?" (Sanda)
Sanda mendengar suara ibunya di depan pintu bilik tidurnya.
"Malar angan-angan jadi princess saja ko ni San." (Jenny)
"Ih, mama ni. Terkejut sya oh. Biarlah bah, mana tau jadi kenyataan nanti, siapa juga yang senang? Kan mama juga yang senang kalau anak mama yang cute ni jadi princess. Hihi." (Sanda)
"Yalah tu." (Jenny)
Sanda menutup kedua-dua matanya, dan memaksakan diri untuk tidur. Keesokannya, sinar matahari mulai terlihat di sebalik bukit. Sanda segera bangun dari katilnya sambil menguap. Waktu dia pergi ke dapur, dia membuka tudung saji di atas meja, cuma ada piring kosong.
"Mak!!!" (Sanda)
Ibunya menyahut dari bawah, sambil menebas-nebas rumput.
"Apaitu San?" (Jenny)
"Mana sarapan mak?" (Sanda)
"Siou San, habis gas. Mama belum beli lagi. Sabar-sabar dulu arr." (Jenny)
"Jadi sya mau sarapan apa laini?" (Sanda)
"Ko makan saja biskut yang ada di lemari tu. Ada kupi tu tinggal sikit di tikuan yang mama simpan di meja dekat pintu dapur tu." (Jenny)
"Biskut macam ni mana bulih kenyang mak." (Sanda)
"Ish, makan saja bah apa yang ada." (Jenny)
"Yalah yalah." (Sanda)
Sanda mengambil biskut itu dari almari. Dia membawanya ke meja, kemudian duduk sambil menyantapnya. Waktu dia menuang kopi di gelas, dia amat terkejut melihat seekor cicak berendam di dalam kopi.
"Mak!" (Sanda)
**
Bersambung...
**

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience