Lima tahun setelah bersahabat dengan Nara, tiba-tiba hari itu pun datang. Hari itu petir serasa menyambar kepalaku, padahal tak ada angin ataupun hujan. Nara sahabatku mengucapkan perpisahan, "Narae, besok aku dan keluargaku akan pindah ke ibukota, tahun ini usaha ayah maju pesat dan ayah ingin kami pindah agar bisa mengembangkan usahanya. Maaf aku tidak bisa memberitahumu dari sebelumnya, ini benar-benar berat untukku bahwa kita harus berpisah." Nara menatap mataku sembari menahan air mata. Tangannya memegang tanganku sembari gemetar.

Aku tau ini bukan keinginan Nara untuk pergi, tapi aku juga tak bisa menghalanginya. Aku pun tak mampu menahan air mataku. Mereka mereka menetes berhamburan kemana-mana. "Nara kau ingat kata-kata mu dulu sekali? Berjanjilah, walau nanti kau pergi jauh atau kemanapun, kau akan tetap bersahabat dan berhubungan denganku. Aku selalu jadi sahabatmu sampai kapanpun." Kataku sembari memegang erat tangannya.

Esoknya Nara dan keluarganya pun benar-benar pindah. Aku hanya bisa mengantarnya dengan senyuman walau berat untukku. Kami berjanji untuk tetap saling mengirim surat dan bertelepon. Tahun demi tahun pun berlalu kami tetap mempertahankan persahabatan kami. Semua perasaan kami curahkan disurat maupun telepon. Sambil berharap suatu saat kami dapat bertemu kembali.