Ulangan Matematika

Fantasy Series 544

"TIDAK !!!" kami berteriak usai pelajaran Matematika.
"I hate Math" Jawab Tyo.
"ARGH !!"
"Besok ulangan lagi" Javano semakin Kesal.
"Bukan besok, Lusa" Kata Alex memperbaiki.

Keesokan harinya Javano pergi ke kantin untuk Membeli minum.
Bersama Jose dan Nanta.

Setelah itu pelajaran Matematika.
Walaupun Nanta pintar, Ia tetap pusing dengan rumus rumus matematika tersebut.

"Bagaimana ? Sudah belajar" Tanya Javano pada Nanta.
"Udah" Nanta meyakinkan diri.
Lalu Jose datang dengan nafas terengah engah.
"Kalian udah belajar ?" Tanya Jose yang masih berkeringat dan nafas sesak.
"Dikit sih" Kata Javano.
"Aku belajar tapi gak masuk masuk, Nyampe sini lupa lagi lupa lagi" Jelas Nanta lalu menggaruk kepalanya.
Jose menjawab
"Aku belum belajar, Ajarin dong" Jose meminta.
"Alex aja dah, Dia pinter" kata Javano.
Akhirnya mereka meminta Alex untuk mengajari mereka.
"SIAPA KAMU ?!!!" Alex berkata seolah olah bercanda pada Nanta.
"Lex ini bukan bercanda" Nanta bertanya seraya meyakinkan Alex.
"SIAPA KAMU ?!!" Kata Alex masih bercanda.
"Au ah" Nanta Javano dan Jose meninggalkan Alex dengan Kesal.
Lalu Mereka bersepakat bertanya Pada Marsel.
"Sel Ajarin dong" Tawar Jose.
"Ah aku lagi bingung !" Jawab Marsel Karena Kesal.
"Ayolah, Kan kamu pintar" Jawab Nanta
"Kan kamu lebih pintar lagi" Jawab Marsel pada Nanta.
Lalu Marsel Memasang muka Malas.
"Huh, MARSEL PELIT" Javano memasang muka kesal.
Lalu mereka pergi meninggalkan Marsel.

Tiba Tiba Pelajaran di mulai Dan Bu.Endang Datang.
"Bersiap" Jose memberi salam.
Kami semua berdiri.
"Beri Salam"
"Selamat Pagi Bu...." Kata kami semua.
"Duduk"
Kami semua Duduk.
"Saya sudah memberitahu Kalian bahwa besok kita akan ulangan matematika. Sekarang saya akan memberikan Kisi kisinya, Mohon Di catat di buku Catatan kalian" Jelas Bu. Endang.
Kami mengambil buku Catatan Kami.
"Simak Baik Baik, Hanya Ada 1 nomor Yaitu Darah Manusia"
"Hah ?" Tanya Kami bingung.
"Tulis sekarang" kata Bu Endang.
"Tapi----"
"CATAT SEKARANG !!!!"
Kami buru buru mencatatnya.

Saat Javano pulang.
"Aduh Ada ada aja sih, Matematika, Disuruh Bawa darah, Darah Manusia lagi. Apa coba Hubunganya Matematika Sama Darah ? Guru IPA nyasar kali." Javano Mengeluh dalam Hati.
Lalu Ia Mencari Akal Agar Tau penyebabnya.
"Oh Iya, Aku Harus Wa Bu Endang, Tapi No Hpnya ?" Javano Berpikir.
"Oh iya, Minta Saja Pak Wala" Lalu ia melihat Whats appnya

??Selamat Siang pak, Saya boleh meminta No
Telfon Bu Endang ??

Tak Lama menunggu Chat Javano Di balas.

??Tentu Saja, ??

Lalu Javano Membalas Chat itu dengan Ucapan Terimakasih.

Lalu Ia Add Nomor itu di akun Whatsappnya.
"Sepertinya Ini"
Lalu ia menulis nama "Bu Endang" Di Akun No Bu Endang yang telah ia Add itu.
Dan Ia Chat Bu Endang.

??Selamat Siang Bu Endang, Saya Javano Kelas
7C, Saya mau menanyakan, Apa hubungan
Matematika Dengan Darah Manusia bu ? Saya
Bingung, Karena disuruh bawa Darah Besok.
Mohon Di balas ya??

Lalu Ia menunggu Balasan Dari Bu Endang.

Dilihatnya Group 7C Yang pesannya sudah 35.
Dan Saat di buka mereka membicarakan Tentang Bu Endang Yang Meminta mereka membawa Darah.

Malamnya.
"Wow, Ada Chat dari 3 Kontak"
"Dari Group 7C, Pak Wala Dan Bu Endang"
Ia melihat Group 7C yang masih membicarakan Bu Endang.
Lalu Melihat Kontak Pak Wala yang membalas Rasa terimakasih Javano Karena telah memberikan no Bu Endang, Dengan Cara Memberikan Emoticon Jempol.
Dan dari Bu Endang.
Dia Membacanya
??Oh, Ini Javano,Sebenarnya ibu tidak masuk
Karena Ibu dibawa ke suatu Tempat Seperti
Gudang Sekolah, Dan Saya tidak dapat
Memberitahu Kepala Sekolah. Tolong Beritahu
Kepala Sekolah tentang ini, Dan Beritahu
Teman Teman sekelasmu, Jangan bawa darah
Kesekolah, Materinya Hanya Sudut dan
Bilangan Bulat, Tolong Di beritahu Ya,
Ulangan Di Undur Minggu Depan Jika Saya
Belum Masuk Pada besok.Terimakasih.??

Javano Kaget Seketika.
"Kayaknya Tadi Yang Ngajar Bu Endang Deh" Kata Javano dalam hati.
Lalu Ia Mengirimkan Screenshot itu Ke Group 7C
Hasilnya...
Banyak Yang Kaget Dan mereka setuju untuk tidak Membawa darah.

Keesokan Paginya....
Javano Memasuki kelas dan Langsung di serbu beberapa Pertanyaan.
Ternyata, 1/2 Kelas 7C tidak membawa darah.
Yang 1/2nya Lagi Membawa Tipuan.
Ada Yang Membawa Darah Kambing.
Ada Yang Membawa Cat Air Merah Mawar.
Dan Ada yg membawa Air biasa yang sudah Di campur Pewarna Makanan semerah merahnya sampai Menyerupai Darah.
"Jav, Lo bawa Darah gak ?" Tanya Jose.
"Gak , Gua Takut Sama Mama" Kata Javano.
"Lo kata lo doang, Gua Juga Gak Bawa" Kata Jose
"Tapi Yang lain pada bawa Tipuan kan ? Nanta Aja Bawa Tipuan, Kan Tadi malam, Sepakat Gak Bawa Darah" Jawab Javano.
"Iya, Untung lo kasih Bukti, Kalau gak ?, Macam mana Nasibku ini" Jawab Jose.
Javano Tersenyum...
"Eh Temenin Gua ya, Cari Bu Endang Yang Asli Pas Istirahat" Kata Javano
"Ok, Ajak Nanta Yak.." Kata Jose.
Javano berkeringat Dingin yang tandanya tidak yakin ingin mengajak Nanta, bisa jadi di tengah jalan Nanta ingat dengan Utang Javano sebanyak Rp 20.000 Kepada Nanta Yang belum di bayar Padahal sudah Hampir 1 bulan dia belum bayar.
Jika ketauan belum bayar, Pasti utangnya jadi Meningkat.
"Jose Gu.... a.." Kata Javano terputus dengan kelakuan Jose yang membuatnya tambah keringat dingin.
Jose Menaikan dan menurun kan Alisnya dengan cepat sebanyak 2 kali, Dan memasang Senyum yang tak biasanya, Seolah olah Jose sedang menggoda Javano, Agar Javano Jatuh Cinta Padanya.
Javano Berusaha menghindarinya.
"Tidak... Tidak ....." Javano berusaha menolaknya.
Tapi Jose menambahkannya, Ia Mengedipkan Matanya seperti layaknya perempuan.
"Jose.... Gua.................... Ck, F............f.........Fu.........FINE !!" Javano menerimanya dengan kesal, Hampir ia mengeluarkan kata kata kasar.

Waktu Istirahat Tiba.
Pelajaran Matematika Masih Lama Karena Hari Ini Hari Rabu.
Setiap Rabu, Matematika ada di jam terakhir, Pas Sebelum Waktu pulang.
Saat Ini Masih istirahat Pertama.
Matematika mulai Setelah jam Istirahat kedua.
"Kita Mau Kemana Sih ?" Kata Nanta Yang dari tadi ditarik Tangannya Oleh Javano.
"Nyari Bu Endang" Jawab Javano.
"Ok, Tapi tangan gua ini jangan ditarik tarik begini" Nanta Berusaha melepaskan Tangannya dari tarikan Javano.
Lalu Javano Melepaskannya.
"Trus Mau apa ?" Jose Menghentikan Langkahnya.
Lalu Nanta Menatap Jose Dan Meluruskan kedua tangannya miring ke arah Jose.
"Apa maksudnya ?" Tanya Jose.
"Mau Gendong" Nanta Memanyunkan Dirinya.
"Ya, Gak Bisalah Badan gede begitu kok"
"AKU PENDEK !"
"Gak mau !"
"A...... JOSE !"
"Iya iya, Aduh... Orang Pinter Rangking 3 minta kendong udah Gede juga".
Akhirnya Jose Berhasil menggendong Nanta.
Javano menahan ketawanya.
"APA KAU HAHAHAHA HEHEHEHE ?!" Kata Jose sok Galak pada Javano.
Javano menunjukan telapak Tangannya yang berarti Kata "Tidak"

Sampai mereka di Ruang Mr.Warno.
Dan Pas sekali, Dia Ingin keluar dari ruangan itu.
"Pak Warno"
"Oh, Ada yang bisa saya bantu ?"
"Iya pak, Tentang Bu Endang, Dia di culik dan katanya dia ada di gudang sekolah pak, Dia menyuruh Saya menemui bapak, Dan mencari dia" Javano menjelaskan.
"Saya Tidak percaya, Dia tidak mengabari saya, Apakah Kamu punya buktinya ?" Jawab Mr.Warno.
"Ada pak, Tapi Di HP saya"
"Baiklah, Ambil HPmu, Saya Antar ke Lemari kotak HP"
"Baik pak, Ayo Jos" Javano mengajak Jose yang tadi kelelahan Menggendong Nanta.
"Loh, Ini Nanta Kan ? yang Ranking 3 Di Kelas 7C?" Tanya Pak Warno.
"Iya pak" Jawab Nanta.
"Oh Begitu, Tingkatkan prestasimu ya"
"Iya Pak"
Jose lega karena ia pikir Nanta Tidak akan Memintanya menggendongnya lagi.
"Jose, Gendong Lagi" Nanta Memintanya lagi.
"AMPUN TUHAN !!!! " Jose terpaksa menggendong Nanta.

"Ini Buktinya Chatnya Bu Endang Tadi Malam" Kata Javano Sembari Menunjukan Chatnya pada Bu Endang Semalam Pada Mr.Warno.
Pak Warno mencermati Chat Tersebut dengan Teliti.
"Ok, Saya Akan Mencarinya, Javano, Nanta Dan... Siapa namamu nak ?" Tanya Pak Warno Pada Jose.
"Jose pak"
"Nah, Iya, Kalian bertiga Wajib Ikut."
"Baik Pak"

"Hahahahah, Lihat Saja"
"LEPASKAN AKU PENGHIANAT !!" Bu Endang berteriak.
"Aku akan melepaskanku Setelah proyekku selesai"

"Memang di sekolah ini ada gudang ?" Tanya Javano Pada Mr.Warno.
"Ya, Biasanya barang barang bangunan Atau alata kebersihan Di taruh disana"
"Oh, Benarkah ?" Tanya Jose.
"Ya, Mungkin kalian tidak menyadarinya"
"TOLONG !"
"Pak, Itu suara Bu Endang !" Kata Nanta.
"Ayo Kita cari arah suara itu !" kata Jose sambil mendengar Teriakan itu Dengan seksama.
"Asalnya dari pintu Kayu Gudang sekolah, AYO!"

Bu Endang semakin ketakutan karena pisau hampir di tusuknya.
"DUAR"
"Pak Warno" Bu Endang Lega Saat Pak Warno berusaha Mendobrak Pintu.
"Anda Tak Apa ? "
"Saya tidak apa apa"
Javano Jose dan Nanta Melepas Tali yang mengikat Bu Endang.
"PERGI DARI SEKOLAH INI SEKARANG JUGA !"
"Tidak Secepat Itu" Lalu penjahat itu mengarahkan pistol kearah Pak Warno.
Pak Warno Mundur sampai mentok di tembok
"Sekolah ini AKAN MENJADI MILIKKU"
"AUW !" Penjahat itu kesakitan karena Bagian Belakangnya di tendang Nanta.
"Wow, Hebat Nanta" Kata Javano.
"Itu Aku pelajari di Ekskull Taekwondo"
Javano, Jose dan Bu Endang Berusaha Menolong Pak Warno.
Sedangkan Nanta berkelahi dengan Penjahat Itu.
Ternyata Pukulan Nanta berhasil di tangkis oleh penjahat itu dan menyebabkan Ia terjatuh.
"DASAR ANAK BODOH !!" Penjahat itu mau memukul Nanta.
Nanta sudah menutup matanya.
"DOR DOR DOR DOR"
"Javano ?"
"Kau melupakan pistol mu ini penjahat ?" Javano melempar Peluru kearah Kaki Penjahat Sehingga ia tidak Dapat berjalan.
Polisi pun datang.
"Dari mana Polisi Ini ?" Tanya Nanta
"Tadi Ibu yang menelfon saat kamu sedang berkelahi Nanta, Kebetulan Kantor polisinya Tidak Jauh Dari Sekolah ini, Jadi bisa datang tepat Waktunya" Jelas Bu Endang.
"Oh Baiklah"

"Terimakasih Buat Kalian yang sudah menolong Ibu" Bu Endang berterimakasih.
"Tentu bu."
"Bagaimana dengan Ulangan ?" Tanya Nanta.
"Sepertinya, 2 Minggu lagi kita ulangannya."
"HOREEEEE"
"Buat kalian, Klo buat teman teman kalian Besok"
"Baiklah, Terimakasih bu"
"Sama Sama, Istirahat ya, Javano, Jose dan Nanta"
"Iya Ibu, Terimakasih."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience