“Sebelum kita panggil kontestan nomor urut dua, kita perkenalkan dulu dewan juri kita hari ini,”seru sesosok pari-pari cahaya yang menjadi pembawa acaranya. “Lima pimpinan singgasana pari-pari sudah hadir di sini. Beri tepuk tangan yang meriah untuk Terranum Humus, Ignis Flamma, Unda Aqua, Ventusia Extran dan... Luxia Milkyway .” Sekali lagi suara riuh tepuk tangan kembali terdengar menyambut kelima pimpinan singgasasana pari-pari itu berdiri di tempatnya. “Oleh kerana pimpinan Singgasana Tanaman, Sero Boralis menjadi kontestan festival ini, maka posisinya di dewan juri digantikan oleh Ratu Pari-pari .. Cristabell Milkyway ... Beri tepuk tangan untuk ratu kita yang tercinta ini...”
“Wow, cantik sekali ratu pari-pari kita, Exora ! Baru kali ini aku melihatnya,” gumam Voda sambil ia bertepuk tangan. “Kabarnya, selain cahaya, beliau juga menguasai unsur-unsur yang lain, ya?”
“Kita seharusnya bersyukur, Geo, kita adalah kontestan terakhir. Kerana kita boleh melihat dan menilai penampilan kontestan lain sebelumnya, sehingga kita boleh memotivasi diri kita supaya lebih baik daripada mereka,” kata Exora menasihati Gero yang sejak tadi murung terus tanpa memperhatikan kata-kata Voda.
“Lihat, Exora ! Sekarang gilirannya Sero!” seru Voda setengah melonjak.
“Eh? Mana? Mana?” Akhirnya Exora terpengaruh dengan kata-kata Voda dan ia pun dengan segera memalingkan pandangannya ke arah pentas.
Sero Boralis tampil bersama kelompok band-nya, membawakan lagu “Harmoni Alam ”secara akustik dengan iringan tiga alat musik perkusi dari bilah-bilah bambu dan kayu yang disusun berjejer dalam sebuah kolom, menghasilkan musik yang merdu ketika dipukul. Dengan nuansa rancak, wakil Singgasana Tanaman itu berhasil membuat penonton riang bertepuk tangan sepanjang lagu dinyanyikan.
“Mari kita bernyanyi bersama
Harmoni Alam penuh irama...”
Share this novel