Rate

Part 1

Romance Series 857

You Are Very Special..

And..

Remember I Love You..

•••

Wanita bercadar itu dipindahkan kesuatu ruangan, dan gue harus menunggunya, karena gue yang membawanya kerumah sakit ini, untuk saat ini gue tidak punya duit sama sekali karena memang gue pengangguran.

Gue duduk di kursi dalam kamar ini dan juga kedinginan menerpa tubuh gue, baju gue yang tadinya basah pun sampai kering dibadan. Menunggu wanita ini sampai bangun dan bertanggung jawab atas dirinya, sebenarnya gue ada urusan dan gue harus menemui Abang gue untuk memulai bisnis dan kesempatannya mungkin hanya hari ini, tapi disisi lain gue gak bisa meninggalkan wanita ini sendirian.

Karena terlalu lama menunggu, mata gue terpejam perlahan dan gue tertidur. Cukup lama gue tertidur, lalu gue di bangunkan oleh seorang suster.

"Mas, mbanya bangun." Katanya

Gue membuka mata gue, dan melihat wanita bercadar ini melihat kearah gue, saat mata kami bertemu wanita ini membuang wajahnya kearah lain. Tidak berselang lama, dia kembali menoleh ke arah gue.

"Aku Bukhari." Kata gue membuka obrolan

"Terimakasih." Jawabnya

Gue tersenyum, karena setidaknya ternyata dia bisa berbicara, gue bangkit dari duduk gue dan mencoba mendekatinya, tapi tangannya memberi isyarat untuk gue tetap menjauh.

"Kenapa?" tanya gue

"Jangan dekat." Ucapnya

"Oke."

Gue kembali duduk dikursi dan melihatnya dari jarak yang cukup jauh, karena memang jarak kursi dan tempat tidur dia sekitar 5--7 meter.

"Tadi suster cerita, anda yang bawa saya kesini." Katanya

Setelah gue dengar-dengar suaranya seperti seorang wanita berumur 20-25 tahun.

"Iya, nama kamu siapa?" tanya gue

"Untuk apa anda tahu, mana tas saya?" tanyanya balik

"Tas kamu tertinggal di mobil yang membawa kamu kesini, mobilnya pergi dan tasnya hilang." Jelas gue

Wanita ini kembali membuang wajahnya, sungguh gue sangat penasaran dengan dirinya, tapi apadaya gue tidak bisa berbuat banyak. Tidak lama kemudian dia menoleh kembali, sangat lucu.

"Lalu, siapa yang biayai pengobatan saya di rumah sakit ini?" tanyanya

"Gak tau."

"Anda punya hp?" tanyanya

"Tidak." Jawab gue

Bahasa yang dia gunakan sangat formal, tapi tetap saja itu seperti dibuat-buat dan terkesan malah lucu dan bukannya berwibawa.

"Lalu, kenapa anda tidak tinggalkan saya saja?" tanyanya lagi

"Aku harus bertanggung jawab."

"Memang anda berbuat apa?"

"Tidak berbuat apa-apa."

"Anda tidak takut dengan saya?"

"Tidak."

Wanita bercadar ini lalu bergerak dan mencoba untuk berusaha duduk, setelah duduk dia menyenderkan punggungnya di dinding.

"Anda sentuh saya?" tanyanya

"Iya." Jawab gue

Dia menunduk, sepertinya dia sangat malu karena ada seorang pria yang menyentuhnya, apalagi bukan mahromnya.

"Nama saya Kayla." Katanya tiba-tiba

Kayla, nama yang bagus.

"Apa artinya?" tanya gue

"Mahkota." Jawabnya

"Arab?" tanya gue

Dia mengangguk.

Setelah gue perhatikan cukup lama, kulitnya memang putih, bisa terlihat dari kelopak matanya, bulu matanya lentik dengan warna mata sedikit kecoklatan. Dengan cadarnya dia terlihat sangat anggun dan cantik.

"Anda pulang saja, nanti biar pihak rumah sakit yang menghubungi rumah saya, biar saya nanti bilang ke dokter agar menghubungi keluarga saya." Katanya

"Beneran?" tanya gue 

Dia mengangguk.

Gue bangun dari kursi dan keluar dari ruangan ini, sebelum gue keluar tepatnya ketika gue berada di pintu, Kayla mengucapkan sepatah kata.

"Terimakasih." Katanya

Gue menoleh dan tersenyum, lalu gue keluar dan meninggalkan ruangan ini dan rumah sakit ini. Diperjalanan pulang gue tidak bisa lepas dari bayang-bayang gue akan Kayla, wanita yang begitu anggun, dan sialnya gue tidak tahu dimana rumahnya, seharusnya tadi gue tanya dimana dia tinggal, kenapa gue malah pergi gitu aja. Pandangan gue akan wanita bercadar berubah drastis, tadinya gue mengira wanita bercadar adalah wanita yang menyeramkan apalagi di tahun 2000an sangat langka orang menggunakan cadar, bahkan bisa dibilang 1 : 10.000.000 orang, tak dapat dipungkiri wanita yang bercadar pasti dianggap asing, tapi jangan pernah kucilkan mereka, karena mereka melindungi harga dirinya sebagai wanita dan menjaga kehormatannya dan mahkotanya untuk suaminya kelak.

Lamunan gue semakin jauh tapi rumah Abang gue semakin dekat, waktu hampir maghrib dan gue janjian dengan Abang gue paling lama jam 3, pasti dimarahin abis-abisan ini gue. Sampai didepan rumahnya, gue menjinjitkan kaki dengan perlahan, sampai sebuah suara mengagetkan gue.

"Dari mana aja lu?" tanyanya

"Eh abang, tadi ada kecelakaan. Bukhari nolongin dulu bang."

"Untung aja, rezeki lu hari ini karena bos nya datang habis maghrib, ada urusan keluarga katanya." Kata Abang gue

Alhamdulillah, gue masih ada kesempatan untuk menjalankan bisnis.

"Gue sholat ashar dulu ya bang, belum sholat nih." Kata gue

"Buruan, dah mau maghrib." Kata abang gue

Tak disangka ya, Allah telah mengatur semua sesuatu sesuai dengan rencananya dan sebuah anomali yang tidak dapat dijangkau oleh logika muncul membuat semua tersusun rapi sesuai pada tempatnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience