Part 1

Romance Series 2123

"Aaaaa ... " teriakan yang sangat kencang dari bibir mungil gadis SMA dengan seragam putih abu-abu tersebut membuat gadis mungil di depannya tertawa riang.

Wajah konyol gadis itu sangat menggelikan bagi Melisya. Yap, gadis kecil yang menertawakan gadis SMA tersebut adalah Melisya. Anak berusia empat Tahun yang tengah berjalan-jalan di depan rumah membawa peliharaan kesayangannya.

Namun, peliharaan kesayangan Melisya adalah hewan yang paling di takuti gadis tersebut. Apalagi saat masih kecil, mereka akan berlari membuntuti kemanapun langkah kaki orang yang dia rasa menarik.

"Heh! Bawa pergi ini temen kamu!" Teriaknya dengan kencang. Bahkan dia sudah berlari berputar-putar untuk mengindari kucing kecil milik Melisya. Bukannya pergi menjauh, kucing tersebut justru suka dan terus mengikuti langkah kaki Azzura.

"Kakak kok lucu sih? Udah gede tapi takut sama kucing." Kekeh Melisya sembari mengambil kucing kesayangannya.

Azzura bernapas lega saat makhluk berbulu berwarna kuning keemasan tersebut sudah tak mengikutinya. Namun, dia juga mendelik ketika diejek oleh gadis kecil didepannya.

"Kamu masih kecil berani ngatain orang gede. Bandel banget." Kesal Azzura sebelum meninggalkan Melisya sendirian.

Di perjalanan pulang, Azzura terus berpikir. Siapa gadis kecil tadi. Rasa-rasanya Azzura tak pernah melihat ada anak seusia tadi di kompleknya. Bahkan yang ada hanya bocah-bocah nakal berjenis kelamin lelaki.

Kalau mereka, Azzura kenal bahkan sangat tahu. Bocah mungil yang selalu memalak Azzura saat di minimarket. Mau tak mau Azzura juga menurutinya, semua itu karena ketua geng bocah bernama Alex pernah melihat Azzura pulang larut malam diantar teman-temannya.

Yang semakin membuat Azzura heran, untuk apa bocah ingusan seusia Alex masih belum tidur di jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Apakah bocah sekarang sedang mencari ilmu sakti, atau ada hal lain?

"Non?" panggil pembantu Azzura yang melihat anak majikannya bengong didepan gerbang rumah.

"Apa?" tanya Azzura dengan wajah polos.

"Non Azzura kenapa? Kok bengong dari tadi?" tanya pembantunya dengan wajah heran.

"Mbak, anak kecil yang rumah pojok samping gerbang itu siapa sih? Kok aku baru lihat?"

"Melisya, dia anaknya Pak Gavril, Non. Cantik banget, ya?"

"Pak Gavril? Orang dari sekte mana itu? Kok baru denger namanya?" gumam Azzura heran.

"Baru pindah sih, katanya istrinya baru beberapa bulan lalu meninggal. Beliau mau membuka lembaran baru dan membuat anaknya lupa sama kenangannya dengan mendiang istrinya."
Azzura mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Dia cukup senang dengan pembantunya yang sekarang, walaupun baru beberapa bulan bekerja di rumahnya. Semua gosip dan berita tentang penghuni baru di komplek rumahnya dia tahu.

"Kok gitu? Bukannya anaknya biar inget sama orang yang ngelahirin malah di ajak pergi. Aku yakin si Pak Gavril itu niat nyari istri baru." Ujar Azzura dengan keyakinan penuh.

Pembantu di rumahnya menggeleng sembari menggaruk tengkuknya pelan. Dia juga tak tahu kenapa Gavril sang duda muda tersebut pindah di saat istrinya baru beberapa bulan lalu meninggal.

"Zura masuk!" teriak kakak tertuanya yang sudah berdiri di ambang pintu.

Tanpa mendekat maupun mendengar, Kenzo sudah tahu kalau Azzura tengah bergosip dengan pembantu baru di rumahnya. Beberapa kali Kenzo mendengar gosip terbaru dari Azzura, dan kata Azzura dia mendapatkan gosip hot tersebut dari Mina.

Jadi, kalau Azzura dan Mina tengah berbincang dengan nada suara berbisik. Sudah bisa di pastikan kalau dua perempuan tersebut tengah bergosip. Apalagi ekspresi wajah Azzura yang sangat serius dengan mata melotot.

"Kak Kenzo kok udah pulang?" tanya Azzura sembari menarik tangan kakaknya untuk salim.

"Udah kelar kerjaannya." Sahut Kenzo. Setelah bersalaman, Kenzo merangkul bahu adiknya dan membawanya masuk rumah. Jika dibiarkan tetap diluar, pasti akan ada sesi gosip selanjutnya.

Di ruang keluarga, Azzura melihat kakak kedua dan juga kakak ketiganya. Jika ketiga kakak Azzura berkumpul sudah bisa dipastikan gadis muda tersebut tak dapat pergi dengan leluasa. Pasti banyak pertanyaan dari sang kakak yang akan membatalkan rencana Azzura.

"Ra, ganti baju dulu terus makan." Tegur Alvi saat melihat adiknya bersiap untuk rebahan di permadani depan televisi.

"Udah makan tadi pagi di sekolah, aku gak makan siang sekali gak bikin body goalsku ini berubah, Kak." Kesal Azzura.

"Kalau sakit siapa yang repot? Kamu bisa urus pendaftaran di rumah sakit sendiri? Bisa nyetir mobil sendiri? Bisa ngurus semuanya sendiri? Enggak, 'kan?" tanya Kenzi dengan wajah datar.

Azzura menatap kakak keduanya dengan garang, oh tapi dia teringat kalau Kenzi bukan lawan yang seimbang bagi Azzura.

"Pengen jadi anak tunggal, punya tiga kakak cowok bawelnya ngalahin kakak cewek." Teriak Azzura di tengah anak tangga. Walaupun dia berjalan malas-malasan, tapi Azzura tetap melaksanakan perintah kakak-kakaknya.
~~~
Pada sore hari, Azzura duduk di depan rumah menikmati suasana sore sembari menunggu penjual bakso adalah hal yang sangat mengasyikan bagi Azzura. Seperti saat ini, dia sudah duduk di teras rumah membawa mangkuk dan uang sepuluh ribu.

Azzura adalah tipikal gadis yang suka beli namun tak suka makan. Saat dia melihat jajanan apapun, pasti dia akan beli. Namun belum tentu dia akan memakannya. Kedua orang tua serta kakak-kakaknya sudah hafal betul dengan hal itu. Maka dari itu, Azzura diwanti-wanti untuk membeli secukupnya.

"Anak muda kok nongkrongnya didepan rumah, anak muda itu jalan-jalan dong. Kayak kita." Ejek Alex dan kawan-kawannya.

Azzura yang awalnya fokus pada layar ponselnya kini menatap bocah ingusan tersebut dengan kesal. Kenapa di sore hari yang begitu indah harus ada Alex didalam kisahnya.

"Dih, nongkrong doang kagak berani sunat. Malu dong." Ejek Azzura balik. Alex dan teman-temannya saling pandang sebelum kembali mengayuh pedal sepedanya.
Azzura yang merasa menang terkikik geli, padahal biasanya dia tak pernah menang melawan bacotan bocil-bocil kurang asupan gizi seimbang tersebut.

"Ra, makanan di rumah banyak kenapa harus nunggu penjual bakso sih?" tanya Widi heran.

Azzura menatap kekasih Kenzo dengan alis terangkat sebelah, sejak kapan gadis muda dengan perut lumayan membuncit tersebut berdiri didepannya. Kekasih Kenzo tak gemuk, hanya perutnya saja yang lumayan buncit. Kata kakaknya karena setelah makan dia rebahan, tak duduk menunggu nasi dan makanan lainnya turun sampai perut. Azzura yang tak terlalu mengerti hanya iya-iya saja. Kalaupun di bohongi dia juga tak tahu.

"Ini bukan sekedar membeli dan memakan, tapi ini lebih ke rutinitas sore. Lagi pula ada Kak Kenzo, Kenzi sama Kak Alvi. Kalau aku gak habis, mereka pasti mau abisin." Bantah Azzura dengan senyum mengembang.

"Ya sudah, Kakak ke taman dulu nyamperin Kak Kenzo." Pamit Widi sembari berjalan kesamping rumah. Azzura mengangguk, tatapan matanya mengikuti langkah kaki Widi menuju taman samping rumahnya.

Namun, alis Azzura mengernyit tatkala melihat Kenzi yang tengah duduk diatas rerumputan sembari mengotak-atik laptopnya. Apakah Widi belum bisa membedakan Kenzo dan Kenzi?

"Lah? Salah orang. Kalau nikah salah orang juga Kak Widi punya dua suami dong." Kekeh Azzura pelan. Walaupun bagi orang lain gumaman Azzura terdengar sangat receh, namun Azzura sudah tertawa terbahak-bahak saat ini.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience