Rate

PART 2

Short Story Completed 1175

#Part2
**
Maka tibalah Yanak-Anak di rumahnya.
"Dari mana ko dapat tu labu Nak?" (Nella)
Ibunya bertanya, sambil membancuh air kopi di dalam teko.
"Si auntie Teresia kasi mak, sebab sya tulung dia cari kutu dia tadi." (Yanak-Anak)
"Sanggup oh ko cari kutu dia kan? Nasib baiklah ko tidak kana singot (sengat) sama tu kalajengking di rambut dia." (Nella)
"Biasa ja. Sya hati-hati juga pungut tu kalajengking dari rambut dia." (Yanak-Anak)
Nella meletakkan teko berisi kopi yang telah dibancuhnya itu di atas meja.
"Sebenarnya sya nda sabar baini mau belah ni labu mak, sya rasa macam ada sesuatu di dalam." (Yanak-Anak)
"Labu biasa ja pun mama tinguk tu." (Nella)
Pisau berukuran besar sudah berada di tangannya. Ketika Yanak-Anak membelah labu pertama, terkejutlah mereka terdapatnya banyak kepingan-kepingan emas di dalam labu itu, bahkan banyaknya melebihi isi labu itu sendiri. Nella memindahkan kepingan-kepingan emas itu ke dalam tempayan kecil yang baru sahaja diambilnya dari dapur.
"Bah, cuba balah labu yang satu lagi Nak." (Nella)
Ketika Yanak-Anak membelah labu yang kedua, didapatinya sebutir mutiara berukuran besar di dalam labu itu. Ketika Yanak-Anak menggenggamnya, ia bergerak-gerak dan akhirnya terlepas dari genggaman Yanak-Anak, dan terjatuh ke lantai rumah. Selang beberapa saat, mutiara itu pun bercahaya, dan akhirnya menjelma menjadi seorang gadis yang sungguhlah cantik jelita. Yanak-Anak dan ibunya tercengang.
"Terima kasi sebab sudah kasi keluar sya dari dalam labu." (...)
Kata gadis itu.
"Sebenarnya ko ni siapa? Kenapa ko bulih ada di dalam labu?" (Yanak-Anak)
"Nama sya Kinomulok. Sya ni seorang puteri dari kayangan. Sya kana sumpah jadi sebutir mutiara, terus kana kasi masuk di dalam labu sebab sya tidak sengaja membunuh burung merpati kesayangan Ratu Sumilau, burung yang mampu menjawab setiap pertanyaan Ratu Sumilau. Sya cuma dapat menjadi manusia balik kalau ada urang yang sudi membelah labu yang ko belah tadi tu." (Kinomulok)
"Siapa Ratu Sumilau tu?" (Nella)
"Dia tu bangsa pari-pari di kayangan. Dia sama enam pari-pari lain bertugas menjaga keamanan Kerajaan Tinulud." (Kinomulok)
Kinomulok dan Yanak-Anak pun berkahwin, dan hidup mereka mulai berubah menjadi kaya raya. Namun, mereka tidak lupa untuk menolong orang-orang yang tidak berkemampuan, maka kebahagiaan rumah tangga mereka pun tetap utuh. Kini, Dongkor sudah pun kehilangan satu-satunya isteri tercinta, disebabkan seekor ular tedung telah mematuk betis isterinya, tatkala isterinya pergi ke hutan mencari rebung. Dia bekerja membanting tulang seorang diri, untuk menghidupi dua orang anaknya dan juga dirinya sendiri. Pagi itu, Dongkor mengunyah daun sirih beserta buah pinang di luar rumah, sambil memikirkan sesuatu.
"Apa bah yang bikin si Yanak-Anak tu jadi kaya raya arr? Padahal apalah sangat ladang dia tu?" (Dongkor Berkata Dalam Hati)
Kebetulan, seorang lelaki separuh tua, yang merupakan jirannya, lewat di depan rumahnya.
"Uncle!" (Dongkor)
"Kenapa Kor?" (...)
Dongkor menuruni tangga rumahnya, dan mulai bertanya mengenai perihal kekayaan Yanak-Anak. Maka jirannya itu menceritakan semuanya kepadanya.
"Oh, jadi gara-gara labu si auntie Teresia?" (Dongkor)
Jirannya itu sudah pun beranjak pergi dari situ.
"Lina! Rino!" (Dongkor)
"Kenapa pak?" (Rino)
"Bapa mau pigi rumah auntie Teresia sekejap! Jangan pigi mana-mana arr! Diam-diam di rumah!" (Dongkor)
"Ok pak!" (Lina)
"Harap-harap bapa bawa makanan sedap-sedap karang, waktu dia pulang, hihi." (Rino)
"Harap-haraplah! Kakak bosan sudah malar makan ikan sungai saja!" (Lina)
"Sya pun sama kak." (Rino)
Dongkor sudah pun berdiri di perkarangan rumah Teresia, sambil menghadap pintu rumah Teresia.
"Auntie Teresia! Auntie Teresia!" (Dongkor)
Teresia muncul di jendela.
"Kenapa Kor?" (Teresia)
"Sya mau cari kutu auntie!" (Dongkor)
"Kutu? Bah bulih." (Teresia)
Waktu itu juga, Dongkor mulai mengutip beberapa ekor kutu dari rambut Teresia, yang berupa kalajengking berbisa dan gonggok. Namun, Dongkor memperlakukan kepala Teresia dengan amat kasar, sehingga Teresia mulai merasakan lehernya seakan-akan hampir patah.
"Sudah sudah! Cukup! Mau patah terus leher auntie ko kerjakan!" (Teresia)
Teresia pergi ke kebun yang berada di belakang rumahnya, kemudian mengambil dua biji labu. Labu-labu itu diberikannya kepada Dongkor.
"Nah! Tapi sebelum ko bawa balik ni labu-labu pigi rumah ko, jangan lupa cuci dulu di air jernih kio, jangan cuci di air kutur." (Teresia)
Belum selesai berkata-kata, Dongkor segera merebut labu-labu itu dari tangan Teresia.
"Terima kasih auntie." (Dongkor)
Dongkor melangkah pulang ke arah rumahnya. Ketika dia melihat sebatang parit yang berisi air yang berlumpur, dia pun segera mencuci labu-labu itu menggunakan air parit itu.
"Haha, siapa bilang ni labu tidak bulih cuci pakai air kutur? Tembirang saja si Teresia tu! Nda sabar mau tau apa isi ni labu-labu." (Dongkor)
Dongkor menggumam seorang diri. Dia pun meneruskan perjalanannya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience