Rate

BAB 1

Drama Completed 204

Seorang lelaki tua bersandar pada sebuah bangku kayu, nampak di hadapannya berserakan lembaran kertas yang telah dipenuhi coretan – coretan pena. Tentu, lelaki itu adalah seorang pencerita. Orang – orang memanggilnya lelaki pencerita, dan seperti pencerita lainnya, lelaki itu telah bercerita hampir terkait apapun. Terkait dunia imaji, kehidupan, pahlawan, dan barangkali tentang kisahnya sendiri. Namun satu hal, jangan minta ia bercerita terkait cinta, kerana ia hanya akan tersenyum dan menutup mata.

Hampir 20 tahun sejak peristiwa itu, sebuah kepergian dan kedatangan sekaligus mendera diri lelaki itu. Saat itu ia masih sangat muda, tanpa begitu banyak hal yang dapat dijadikan bahan cerita. Seorang lelaki muda pencerita dengan segenap rasa percaya berusaha membuka kekuatan yang ia percaya. Sebuah dunia imaji menurut mereka, dan sebuah dunia baru bagi lelaki muda pencerita itu. Teringat sebuah masa ketika ia duduk di serambi balai desa, ia termangu dengan tatap tajam memandang langit. Ia terpukau oleh barisan cinta yang dibuat oleh sang Maha Pemilik Cinta. Lantas lelaki itu bergumam lirih, “Adakah yang mampu melukiskan barisan cinta ini dalam bentuk kata-kata ? atau barangkali sebuah kalimat dan sebuah cerita ? adakah itu ? adakah yang mampu ? melepas barisan cinta dari langit ke dalam sebuah kertas kosong berisi kata-kata ?”.

Lelaki muda pencerita itu terus berandai dan ia yakin bahwa ia tak mampu mengubah itu dalam sebuah kertas kosong. ”Tentu janji itu harus aku tepati”, fikir nya. Bahwa ia telah berjanji selalu mengirim cerita baru untuk seseorang, yang ia yakin selalu menunggu. Sebuah cerita yang dikirim melalui apapun, sebuah cerita baru di mana setiap kata adalah hal sederhana yang telah yakin dan tunduk pada sebuah pena hitam, yang sekiranya telah terikat dengan diri lelaki itu.

“Aku ingin menjadi pencerita, pencerita, dan pencerita, untuknya”, fikir nya. Barangkali telah lama ia terikat pada kumpulan kata itu. Baginya, sebuah cerita ibarat sebuah senyuman, tidak dapat ditafsirkan secara langsung. Mungkin di dalamnya terdapat pula jiwa penulis yang bersemayam dan sengaja dititipkan melalui aksara itu. Sebuah cerita adalah jiwa, dan jiwa adalah sesuatu yang membuat manusia hidup dan merasa bahagia. “Aku ingin menjadi pencerita, yang tak terikat dan bisa meletakkan jiwaku pada cerita itu”, tambahnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience