Rate

part 1

Fanfiction Series 606

dear diary,

hallo!! aku helen.. ini diary pertamaku dan entah kenapa aku harus menulisnya..

sebenarnya aku adalah mahasiswa semester akhir yang sedang cuti kuliah. dan sekarang aku malah bekerja menjadi sales promosion girl di salah satu toko tas branded di sebuah mall.

aku tau pekerjaan disini bisa dibilang gampang-gampang susah, yang kulakukan hanyalah terus menahan rasa nyeri selama delapan jam karena sepatu highel yang kupakai belum lagi menghadapi customer-customer cerewet yang membeli produk kami, walaupun gajinya bisa di bilang lumayan besar tapi itu semua tetap tidak bisa mencukupi untuk melunasi semua hutang-hutang di bank. aku harus melakukan kerja paruh waktu lagi di sebuah hotel sebagai seorang waiters sampai jam 05.00 pagi.

ini benar-benar terdengar seperti diriku adalah seorang pekerja keras, Tidak ada waktu istirahat kerja dan terus bekerja!! waktu 24 jam benar-benar ku manfaatkan untuk mencari uang. dan karena insomnia akutku, diriku jadi tidak memperdulikan lagi bagaimana kesehatanku

walaupun ini terdengar menyedihkan, tapi sepertinya aku orang pertama yang bersyukur karena memiliki penyakit ini..

tapi yang lebih ku khawatirkan akhir-akhir ini adalah karena diriku sering mengalami mimisan, kepala ku juga sering dilanda rasa sakit yang luar biasa.. aku tidak ingin berpikir hal-hal yang mengerikan lagi.. mungkin itu hanya sedikit dampak yang muncul karena diriku yang tidak memberikan waktu istirahat yang cukup untuk tubuhku sendiri..

dan semua itu tidak berarti apa-apa ketika aku mengingatnya, dia bagaikan supplement tubuh yang memberikan sinergi yang luar biasa disaat aku mulai menyerah dengan dunia,

bagaimana kabarmu Kukang?

________________________________________________

Helen tiba-tiba saja berhenti menulis perhatiannya teralihkan oleh ponsel nya yang menyala, nampak sebuah nama "Alenno" sedang memanggilnya. tapi bukannya langsung mengangkat Helen lebih tidak percaya bahwa panggilan itu nyata,

" apa ini halusinasi karena sekarang aku merindukannya.. ucapnya tanpa sadar menatap panggilannya yang sudah berhenti,

dan,

DORRR!! DORrrrrr!! DORrrrrr!!

kali ini giliran suara pintu rumah Helen digedor dengan keras. tentu saja Helen benar-benar ketakutan, sampai sebuah suara akhirnya membuyarkan rasa takutnya. suara yang selama tujuh tahun ini sudah tidak ia dengar, sahabat masa kecilnya yang sangat ia rindukan dan dialah Alenno Albert Tama

Leno mengeluh kenapa Helen lambat sekali membukakan pintu!! apa dirinya tidak tau kalau dirinya sedang kebelet. dan lagi kenapa juga Helen tidak mengangkat telponnya, " aku hampir kecing dicelana, ucapnya sambil buru-buru lari ketoilet,

Helen yang masih tidak beranjak dari tempatnya, seakan masih tidak percaya bahwa Leno sahabat kecilnya dulu akan berubah 180° seperti ini, dulu Leno anak yang bertubuh gemuk, mata dan lehernya bahkan hampir tidak terlihat karena lemak yang mengelilinginya. tapi sekarang melihatnya jadi tumbuh tinggi seperti ini ia hampir tidak percaya kalau laki-laki yang datang tadi adalah leno,

Leno baru saja keluar dari kamar mandi,
ia memperhatikan kesekitar melihat kesetiap sudut rumah dan entah kenapa nostalgia-nostalgia masa kecilnya terus bermunculan, ia ingat betul waktu kecil dirinya sering menangis karena memperebutkan yagurt dengan Helen, tapi semenit kemudian mereka akur kembali dan setiap malam dirinya menangis karena harus tidur terpisah dengan Helen, padahal dulu ia tidak pernah beranggapan bahwa diri Helen adalah perempuan, ahh leno nampak senang bisa mengingat momen-momen itu dan lagi ia sangat bahagia karena tidak banyak yang berubah dari rumah masa kecilnya ini.

"ahh, Helen... tapi kau mau kemana?
tanya Leno pada Helen yang terlihat akan keluar..

Helen hanya menyahut kalau dirinya hanya ingin lari pagi, Leno meminta untuk menunggu dirinya karena ia akan mengganti pakaiannya.

huhhh!!! Helen hanya bisa mendesah, entah kenapa ia jadi menyesal karena takjub dengan penampilan luar biasa Leno sekarang, melihat cara sarkasmenya bicara paling tidak ia sedikit lebih lega kalau pria gila itu memanglah sahabat kecilnya si Leno.

Wah!! Wah!! sejak kapan Bandung jadi seindah ini, ucap Leno yang langsung membuyarkan pikiran resah Helen,

Helen langsung to the points, ia tanya sampai kapan Leno berada di Indonesia?

kenapa?kenapa kau menanyakan hal itu? apa kau tidak suka aku kembali? dan terlebih lagi apa itu adalah kalimat pertamamu setelah tujuh tahun kita tidak bertemu, ungkap Leno kecewa.

Helen bilang bukan itu maksud dari ucapannya, hanya saja ia..

ah! aku baru sadar kalau dari tadi kau juga diam saja, kenapa aku baru menyadari ini? hanya aku yang terlihat senang karena bertemu denganmu!! apa kau tau aku hampir menggila karena menunggu momen ini, bahkan saat berada di pesawatpun aku tidak bisa tidur karena memikirkan bagaimana dirimu sekarang?apa kau makan dan istrirahat dengan benar? apa kau sudah punya pacar? dan bagaimana reaksimu melihat diriku yang sudah menjadi seorang laki-laki!! aku benar-benar penasaran dengan semua itu, tapi sebaliknya sedetikpun kau bahkan tidak mau menatapku..

Helen benar-benar bersumpah kalau Leno sedang salah paham, ia juga benar-benar senang bisa bertemu dengan Leno lagi tapi hanya saja saat ini keadaannya, Helen tercekat tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi.

dan Leno hanya bisa menyeringai pergi, membawa semua kekecewaan dihatinya. ia tidak pernah membayangkan kalau momen yang ia tunggu-tunggu selama tujuh tahun ini akan jadi seperti ini,
ia menggenggam sebuah cincin dengan penuh penyesalan..

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience