~ FINA ~

Horror & Thriller Series 1114

Bagian III

Ada di Hatiku

Hari ini aku berencana untuk ke kampus menemui beberapa teman dan dosen pembimbing yang katanya hari ini punya banyak waktu untuk menerima bimbingan dari anak bimbingannya termasuk aku.

Seperti biasa aku ke kampus hanya menggunakan transportasi umum selain lebih hemat juga lebih ramai sekalian aku bisa bertemu dengan banyak orang tiap pagi nya. Aku berhenti dan turun tepat di sebuah halte depan kampus saat itu aku merasa sedikit aneh dan heran ketika melihat seorang anak cewek sekitar umur 7 tahun lengkap dengan seragam sekolah bersiap untuk ke sekolah. Orangtuanya entah kemana, namun yang menjadi sedikit aneh ketika pandanganku tertuju padanya dia seolah berbicara kepada seseorang tampak seperti meminta dengan manja namun ketika aku lebih fokus menatapnya tiba-tiba saja dia menatap ke arahku sambil tersenyum ramah menatapku. Seketika aku pun membalas senyumannya kemudian berbalik berjalan, sesekali sambil berjalan aku berbalik melihatnya sambil menatap kakinya kalau kakinya masih menyentuh tanah berarti aku masih normal dan dari arah samping anak tersebut tiba-tiba saja datang seorang Pria yang mungkin saja Ayahnya kemudian mereka berdua berjalan ke arah mobil kemudian pergi.

Beberapa jam berlalu setelah aku mendapatkan bimbingan berupa ceramah, nasehat, coretan dan sedikit curhatan bersama dosen pembimbing akhirnya aku bisa sedikit legah. Disaat aku berjalan keluar ruangan melalui sebuah koridor tepat di depan sebuah toilet sepintas aku melihat pria menatapku dan berlalu begitu saja, aku melihat jika itu Raihan namun aku juga tak yakin jika itu dia. Aku sempat berhenti kembali menatap kesana namun tak ada siapapun disana. Hanya tampak beberapa mahasiswa berjalan namun tak ada seorang pun menatap ke arah ku. Tak hanya itu saja sempat beberapa detik daun beberapa tumbuhan di sebelahku bergoyang bagai tertiup angin namun tak  ada angin di koridor ini. Hari ini aku merasa sedikit aneh. Aku bagaikan berada di sebuah film horror, kalau hantunya itu Raihan aku senang dan sedih sih meskipun juga sedikit takut tapi jika itu hantu penunggu kampus ini? Aku tak ingin berpikir macam-macam maka dengan cepat aku meninggalkan tempat itu.

Hari ini aku juga berencana ke kost Mirna untuk mengembalikan beberapa buku yang sempat aku pinjam beberapa minggu yang lalu. Di dalam perjalanan aku merasa sangat lapar mengingat tadi pagi aku hanya meminum dua gelas air putih. Aku turun di halte yang jaraknya bebrapa blok dari tempat Mirna lumayan jauh juga tapi kebetulan disana berjejer warung makan diantara selah beberapa bangunan besar seperti gedung perkantoran.

Tanpa pilih warung aku pun masuk ke salah satu warung dan langsung memesan makanan. Warung disini sangat bersih karena kebanyakan yang makan disini tampaknya karyawan kantoran bukan tampak seperti warung mahasiswa. Tak butuh waktu lama aku pun duduk di salah satu meja dan ingin memulai makan namun ketika aku menatap ke depan aku melihat anak cewek yang tadi pagi kali ini dia bersama ayahnya. Aku tidak terlalu memikirkan mereka namun entah mengapa anak itu beberapa kali menatapku kemudian menghampiri dan duduk tepat di hadapanku sambil menunggu ayahnya yang lagi memesan makanan.

“Kakak namanya siapa?” Dia bertanya sambil tersenyum.

Dia anak yang sangat cantik dan ramah menurutku, mungkin ibunya juga cantik. Beberapa detik aku menatap ke arahnya namun belum menjawab pertanyaannya hingga akhirnya dia bertanya lagi untuk kedua kalinya.

“Kak.. Kak.. Namanya kakak siapa?”

“Oh.. Nama kakak Fina, kalau kamu namanya siapa cantik?”

“Namaku Armina Purnama, Kakak boleh panggil aku Nana.”

“Nana umurnya berapa?”

Saat ini aku hanya bisa bertanya seadanya sambil tersenyum karena perutku masih terasa lapar.

“Aku umurnya tujuh tahun, kelas satu SD.” Jawabnya dengan ceria.

“Ohh.. Nana kesini sama Ayah? Ibunya kemana?”

“Iya sama Ayah, Ibu kenyang tidak mau ikut makan.”

“Kok kamu cantik banget sih dek.. Ibu kamu pasti juga cantik?”

Anak yang memang cantik, lucu dan cerewet persis dengan aku yang dulu. Kebanyakan yang bilang kalau aku dari kecil memang cerewet dan banyak tanya.

“Iyaa Ibu nya cantik namun cerewet sama seperti dia.”

Tiba-tiba saja tanpa sadar aku tak menduga dari arah sebelah ayah nya datang dan menjawab pertanyaanku. Sebenarnya aku sedikit malu namun entah mengapa aku juga penasaran dengan anak ini. Jika Nana dewasa nanti mungkin dia akan seperti diriku yang suka penasaran dengan orang baru dan selalu suka bertanya dan mungkin saja jika Nana menjadi aku maka dia pasti ingin bertanya kepada Sang Ayah ini dengan segudang rasa penasarannya meskipun sebenarnya sangat malu memulai percakapan.

“Ehh.. Maaf Pak.. Saya juga daritadi banyak tanya ke Nana.” Aku mencoba membangun sebuah percakapan.

“Iya tidak apa-apa lagian Nana juga kalau suka sama orang pasti ditanya atau diajak cerita meskipun sebenarnya kadang orang itu sedikit merasa jengkel.”

Ayah Nana mulai merespon kemudian kembali berbicara padaku setelah meminum seteguk air yang ada di hadapannya.

“Nana ini sedikit tomboy mirip ibu nya yang dulu juga bergaulnya kebanyakan dengan cowok, begitu juga dengan Nana dari kecil selalu dengan Ayah nya dan semua serba Ayah, hahaha..” Sambil tetawa memegang rambut anak nya.

“Oh.. Nana dekatnya sama Ayah? Tapi mirip dengan Ibu nya.. Hehehe..” Aku mencoba memulai pertanyaan.

“Iya dong Nana dekat dengan Ayah nya.” Sambil menatap anak nya yang makan kemudian melanjutkan.

“Nana dari kecil sudah ditinggal Ibu nya, sampai saat ini Nana belum pernah melihat sosok Ibu nya.”

Dari perkataan Ayah Nana timbul beberapa pertanyaan di dalam hatiku. Kemana Ibu nya Nana? Apakah mereka bercerai atau jangan-jangan??

“Ibu nya Nana kemana yah Pak? Kalau boleh tahu?” Tanyaku penuh harap.

“Ibu nya telah pergi jauh di alam sana, sudah tenang tersenyum bahagia. Tapi bagiku dia selalu ada di hatiku, disaat aku melihat Nana rasanya aku seperti merasa kehadirannya.”

Meskipun dengan senyum tampak ceria menjawab pertanyaanku namun aku bisa merasakan apa yang dirasa Ayah nya Nana. Aku sangat paham bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang sangat kita sayangi dan sangat paham bagaimana rasanya menyimpan perasaan yang ada di hati.

“Maaf Pak saya jadi banyak tanya tentang keluarga bapak jadinya menyinggung perasaan bapak.” Kali ini aku benar-benar merasa malu dan merasa sedih.

“Tidak masalah, awalnya aku memang sedih tiap ada yang menanyakan tentang Ibu nya Nana namun aku selalu mencoba belajar Ikhlas dan memaafkan segalanya hingga aku bisa terbiasa”

Aku tiba-tiba merasa mendapatkan suatu pelajaran dari kata Sang Ayah ini. Benar katanya kita harus belajar ikhlas dan memaafkan segalanya untuk bisa mengobati luka di hati.

“Nama mbak siapa? Kalau bisa jangan panggil Bapak aku merasa sangat tua, panggil saja Firman.”

“Namaku Fina Pak ehh Mas, aduhh.. aku harus panggil anda dengan sebutan apa? Tidak enak rasanya harus langsung menyebut nama.”

“Hahahaa… Kalau begitu panggil Kak saja supaya sedikit lebih muda.” Katanya sambil tertawa.

 Bagiku Nana dan Kak Firman ini adalah orang yang baik, mudah bergaul dan cepat akrab. Kebetulan mereka bertemu dengan orang yang sama dengan tipe mereka jadi semakin terasa akrab. Ayah nya Nana kalau mau dibilang tua sama sekali tidak karena dilihat dari wajah dan postur tubuhnya kalau dibandingkan dengan mahasiswa seumuranku Kak Firman ini bisa dibilang kita tampak seumuran, entah dia yang awet muda atau aku yang ketuaan yah?

Tak lama berselang ketika makanan telah habis, perut kenyang dan pembahasan juga sepertinya telah berakhir Ayah nya Nana berdiri menuju ke kasir aku mencoba berdiri juga ingin ke kasir namun dia menahan, katanya “Sudaahh aku yang traktir.” Aku hanya bisa berkata “Terimakasih.”

Sebelum berpamitan aku memeluk Nana dan mencium pipi nya sambil berpamitan ke Ayah nya. Hari ini banyak hal yang terjadi di hidupku, sambil berjalan menuju tempat Mirna aku berharap punya kekuatan super untuk berlari kencang agar cepat sampai ke tempat tujuanku.

Dibawah terik sinar matahari aku berjalan di trotoar berlindung di bawah bayangan gedung tinggi saat itu aku berharap ada keajaiban dan benar keajaiban itu adalah Nana. Tampak lima meter di hadapanku aku melihat sebuah mobil hitam berhenti dan juga tampak seorang anak memanggilku dari kaca depan mobil yang terbuka dan benar itu adalah Nana. Entah mengapa aku berlalri menghampiri dan memegang tangan Nana. Ketika aku tersadar aku bertanya dalam hati “Kenapa aku menghampiri? Tadi kan juga sudah ketemu kok aku senang ketemu Nana?”

Dari dalam mobil Ayah nya berkata “Fina.. Ayo naik di luar sana panas, bareng kita ajaa..”

“Tidak usah kak, lagian juga sudah dekat.” Entah mengapa saat itu hatiku bimbang ingin ikut namun juga lebih ingin berjalan.

“Ayo kakak Fina ikut sama Nana, Ayah ku pasti antar kok.” Kata Nana sambil memegang tanganku.

Entah mengapa juga aku luluh oleh permintaan Nana kemudian membuka pintu dan naik di kursi belakang. Saat berada di dalam mobil aku merasa kehangatan sebuah keluarga meskipun tanpa Ibu namun aku merasa mereka bagaikan keluarga yang utuh.

 “Kamu arah nya kemana Fina?” Tanya Kak Firman.

“Lurus saja kak nanti perempatan setelah lampu merah ada perumahan sebelah kiri. Aku turun di depan gerbang perumahan saja kak.”

Dari depan Nana menghampiri Ayah nya sambil berkata dengan pelan dan kedengaran olehku “Ayahh.. Disitu kan juga rumah kita?”

“Iyaa nak… Ehh.. Fina kamu juga tinggal di perumahan itu yah?”

“Bukan kak aku hanya ingin ke kost teman kebetulan kost nya di perumahan itu.”

“Kebetulan sekali kita juga tinggal disana, kamu tidak usah turun di gerbang perumahan sekalian aku antar kesana.”

“Aduhh kak jadi sangat merepotkan.” Aku merasa sangat malu.

Setelah beberapa percakapan akhirnya kami tiba tepat di perumahan tersebut. Aku mencoba menjelaskan tempat tinggal Mirna namun ternyata tempat tinggal mereka hanya berjarak beberapa rumah saja, sungguh kebetulan yang sangat ajaib.

“Maaf kak sangat merepotkan dan aku sangat berterimakasih atas segalanya kak, Nana jadi anak yang baik yah jangan nakal.”

Aku berpamitan bersalaman dan mencium Nana. Sebelum masuk ke kost Mirna aku melihat mereka masuk ke dalam rumah mereka sambil ku lambaikan tangan untuk mereka. Aku merasa sangat senang bercampur haru dan sangat akrab dengan mereka meskipun hanya dengan perkenalan dan percakapan singkat.

Setibah di tempat Mirna tanpa banyak kata aku bercerita tentang hal yang aku laui hari ini termasuk juga perkenalanku dengan Nana dan Kak Firman. Mirna sangat merespon ceritaku dan sesekali bertanya padaku.

“Kamu berkenalan dengan kakak duda yang tinggal disana?” Tanya Mirna.

“Iya, memang kenapa?” Jawabku.

“Kamu ditraktir dan diantar kesini jugaa?” Tanya dia lagi.

“Iyaa Mirnaaa…. Memangnya kenapaaa??” Jawabku meledek.

“Tidak apa-apa sih, aku Cuma sedikit cemburu tapi kamu tahu nggak??”

Jika diantara dua wanita saling bercakap dan muncul pertanyaan “Kamu tahu nggak?” Itu adalah awal dari pembahasan gosip, informasi, mistis hingga yang tak masuk akal.

“Apa?” Jawabku singkat demi mendapat informasi tersebut.

“Kakak duda itu adalah idola semua wanita disini loh, mulai dari mahasiswa sperti kita, ibu-ibu hingga yang berumur pun juga mau dengannya”

“Ahh.. masa sih?”

“Iyaa.. dia itu ramah, baik ke semua orang. Dia itu salah satu pimpinan di salah satu perusahaan terkenal dan bisa dibilang dia itu orang kayaa, anaknya cuma satu dan dia itu tidak punya istri alias dudaa..”

“Disana mereka tinggal cuma berdua anak nya yah?”

“Iya cuma berdua tapi hampir tiap hari sih orangtua atau mertua nya datang hanya untuk sekedar bantu-bantu membersihkan dan bermain dengan anak nya.”

“Oh begitu, tapi dia itu baik dan tampak masih muda seperti seumuran dengan kita yah?” Kataku sambil tersenyum.

“Jangan-jangan kamu suka sama dia? Hati-hati loh sama duda apalagi yang berduit bisa-bisa kamu cuma di permainkan lagian kamu sudah bisa move on?”

“Tidak kok, lagian aku hanya suka dan lebih akrab dengan anak nya yang cantik cerewet itu. Lagian juga aku masih bisa menjaga hati kok.”

“Maaf yah Finn bukannya bermaksud menyinggung perasaanmu tapi hanya ingin menjagamu saja dari gangguan orang lain.”

“Iya.. Iyaa.. Aku ngantuk mau tidur sebentar yah.. Nanti sore antar aku pulang yah sis..”

“Oke siss… selamat tidur semoga mimpi indah.”

Mulai saat ini aku akan mebcoba belajar untuk lebih Ikhlas, mencoba untuk memaafkan diriku yang dulu, mencoba tidak khawatir dengan yang akan terjadi dan akan mencoba berdamai dengan diriku yang ada saat ini.

*****

Terimakasih,
[Next]

Salam,

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience