Kejutan

Action Series 221

Hari ini aku naik sepeda ke sekolah. Hampir satu sekolahan heboh melihatku naik sepeda. Kenapa? Ya karena sekarang aku nggak dianter sopir lagi. Nggak keluargaku, nggak orang lain, semuanya heboh. Dan melihat penampilanku yang nggak seperti biasanya hari ini, mereka juga sedikit terkejut. Terutama Joshua.

"Kamu kesambet ya?" tanya Joshua.

"Kenapa?" tanyaku.

"Lain daripada kemaren," jawabnya.

Kami pun berpisah di kelas masing-masing. Suasana kelas sedikit aneh juga. Mereka memperhatikan aku tak seperti biasanya. Aku sekarang pakai parfum cowok, rambutnya rapi, bajunya rapi. Niken pun agak terkejut melihatku.

"Kamu kesambet ya?" tanyanya.

"AH, kalian ini. Nggak Joshua nggak kamu ngomongnya sama," jawabku.

"Hihihihi, habis kamu ini koq ya aneh banget, tiba-tiba berubah gitu," katanya.

"Berubah jadi jelek?" tanyaku.

"Justru gini yang cewek demen. Dari dulu kek," kata Niken. "Aku yakin pasti hari ini Yunita bakal negur lo."

"Yeah, I wish," kataku.

Jam pelajaran pun dimulai. Guru walikelas masuk. Bu Ratna adalah walikelasku sekaligus guru pelajaran Bahasa Indonesia.

"Anak-anak sebelum pelajaran dimulai ada murid baru. Moon, Come in!" kata beliau. Eit, tunggu dulu, Moon? Nggak salah denger kan?

Saat itulah masuk seorang cewek. Wajahnya oriental, rambutnya merah, tingginya...seaku sih. Dia nggak salah lagi. Mimpi apa aku semalem? Eh, mimpiin dia. Iya, bener mimpiin dia. Koq dia bisa ada di mimpiku?? Dia ini....

"Namanya Jung Ji Moon, dari Korea. Karena ayahnya kerja di konsulat, makanya dia sekolah di sini sekarang," kata Bu Ratna.

"Heokseo, Selamat pagi," katanya sambil membungkuk. Alamaaaak...lebih cute aslinya daripada di fac.

"Pagiii...," sapa seluruh murid.

"Moon, duduk di sana ya, di sebelah Hiro," kata Bu Ratna.

Moon melambai ke aku sambil tersenyum. Aku membalasnya. Semua mata langsung menoleh ke arahku.

"Lo kenal dia?" tanya Arief teman di sebelahku.

Aku tak menjawabnya. Moon melangkah menuju ke bangku di sebelahku yang kosong. Aku masih tak percaya. Dia beneran Moon.

"Hai, apa kabar?" sapa Moon.

"B..baik," jawabku.

"Ok anak-anak, kita lanjutkan pelajarannya," kata Bu Ratna mengalihkan perhatian. Semua murid langsung menghadap ke papan. Sebagian masih menoleh kepadaku nggak percaya. Terutama Niken.

Singkat cerita jam istirahat tiba. Langsung si Moon dikerumuni anak-anak satu kelas. Barang baru maklum. Apalagi dari Korea. Bahasa Indonesia Moon agak lancar, walaupun ada beberapa kata yang dia tidak faham.

"Moon, kenal sama Hiro?" tanya Niken.

"Iya sih, teman fac," jawabnya.

"OOOOOOOoooo....," seluruh orang kompak banget bilang O.

"Udah ah, aku mau keluar dulu," kataku.

Aku segera keluar dari kelas. Sumpek juga di dalam sana. Semuanya ngerubuti Moon, seperti semut. Tapi emang di manis sih. Aku berjalan-jalan ke perpustakaan. Seperti biasa. Sampai kemudian pundakku disentuh. Aku menoleh dan kudapati Moon sudah berjalan di sebelahku.

"Hai?" sapanya.

"Hai juga," sapaku.

Aku masih tak percaya dia beneran Moon. Well, kalau menurutku dia lebih dewasa daripada foto dia di fac. Apa bener dia usianya 17 tahun? Mataku mengarah ke boobsnya. Masa' sih? Lalu aku mengalihkan pandangan ke yang lain.

"Mau kemana?" tanyanya.

"Mau ke perpustakaan," jawabku.

"Makasih ya," katanya.

"Makasih untuk?"

"Makasih aja."

Apaan sih? Dia tersenyum kepadaku. Senyumnya cukup manis.

"Boleh ikut ke perpustakaan? Hmmm...please show me all about this school," ujarnya.

"Ok, siapa takut,"

Maka, jam istirahat itu aku berkeliling sekolah. Aku ngasih tahu ruangan-ruangannya. Di mana kantin, di mana gym, kelas-kelas dan seterusnya. Kami juga banyak ngobrol. Ada perasaan aneh waktu aku jalan ama dia. Nyaman sih iya. Dan entah bagaimana aku dan Moon lebih lancar berkomunikasi. Saat aku jalan itulah aku berpapasan dengan Yunita.

"Hai Nit?" sapaku.

"Hai," jawabnya. Dia melihat Moon, "Murid baru?"

"Iya, aku ngajak dia lihat-lihat sekolah ini. Kenalin namanya Jung Ji Moon, baru masuk hari ini," kataku.

Moon membungkuk sambil menyalami Yunita.

"Yunita," kata Yunita memperkenalkan diri.

"Jung Ji Moon, just call me Moon," kata Moon.

"Sampai nanti ya," kata Yunita.

"OK," kataku.

Setelah Yunita pergi menarik nafas dalam-dalam.

"Itu ...perempuan yang kamu suka?" tanya Moon. Tahu aja dia.

"Actually yes," jawabku. "How did you know?"

"Because, the way you are looking at her it's different," katanya.

Kadang cewek lebih sensitif daripada cowok ya? Kalau Moon saja tahu cara aku memandang Yunita beda, tapi kenapa Yunita nggak ada rasa?

"Begini saja, Hiro. Aku akan membantumu biar Yunita suka sama kamu," kata Moon.

"Hah? But how? I mean...why?"

"We are friends don't we? Trust me," Moon mengedipkan matanya kepadaku. Aduuuuh...cute banget. Sayang dia bukan cewekku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience