Di Hina Karena Menikahi Pria Miskin
Bab 1
"Lihat maharnya, cuma seperangkat alat sholat dan emas 4 gram," terlihat tetangga berbisik membicarakan nya.
Aku hanya menghela nafas, berusaha tak terpancing emosi, karena baru saja aku sah menjadi istri dari mas Haris.
Saat malam tiba, aku, mas Haris dan keluarga berkumpul di ruang tengah.
"Kamu sesudah menikah, jangan lama-lama tinggal di rumah ibu ya Van," ujar ibu ku.
"Enggak kok bu, 2 hari lagi, Vania sama mas Haris akan menempati rumah kami,"
"Rumah? Paling juga kontrakan sepetak!" sahut Desi kakak ku yang kedua, aku adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Memang kak Desi menikah dengan mas Tony anak orang kaya. Jadi dia selalu meremehkanku karena menikah dengan mas Haris yang miskin.
"Kenapa kak memang nya, gak usah terus menghina ku..!" aku tak tahan lagi dengan sikap keluargaku, ibu dan bapak juga, dari tadi memasang wajah tak suka pada kami.
"Apa yang di katakan kakak mu benar kan, paling kalian hanya tinggal di kontrakan murah!" ibu ikut menimpali, seketika pipi ku panas mendengarnya.
"Sudahlah bu, biarkan saja Vania mau tinggal dimana pun, yang penting tidak menyusahkan kita," kak ayu ikut berbicara, dia adalah kakak ku yang kedua, sedang mas Endra kakak ku yang pertama hanya diam melihat aku di sudut kan.
"Saya akan berusaha bertanggung jawab menjadi suami, dan memenuhi semua kebutuhan Vania," ujar mas Haris, suamiku ini memang orang yang penyabar, bahkan dia tetap berusaha tenang, pada situasi ini.
"Miskin gak usah belagu, pakai segala bilang mau memenuhi kebutuhan Vania, mungkin nanti buat makan sehari-hari saja kurang hahaaa....." kak Desi semakin menertawakanku
Mas Haris menggenggam tanganku, agar tetap menahan emosi. Tapi aku tak terima, kak Desi memang sombong, karena dia sekarang kaya berkat suaminya.
Keluargaku juga seperti membiarkan, kak Desi mengolokku tanpa pembelaan.
"Ayo mas, kita pergi sekarang saja dari rumah ini, aku tidak mereka terus menghina mu," aku mengajak mas Haris, untuk segera pergi dari sini.
"Lebih cepat kalian pergi, lebih baik," sahut mas Endra, akhirnya dia bersuara dan mengatakan seperti itu. Kurasa rumah ini seperti neraka, hanya berisi orang berhati busuk.
"Baiklah sayang, kita pergi malam ini juga," jawab mas Haris.
Sebenarnya aku mau menginap selama 2 hari, di rumah orangtua ku. Tapi mereka sepertinya tak suka aku di sana, dan terang-terangan mengusirku dan mas Haris.
Mereka memang tak menyukai mas Haris, karena hanya mempunyai motor butut, dan kami menikah juga dengan sederhana, hanya akad nikah. Tanpa resepsi.
Orangtua ku ingin, aku seperti kakak-kakak ku yang berhasil menikah dengan orang berada.
Aku menangis, saat memasukkan baju dan barangku kedalam koper, mas Haris tampak sedang menelfon seseorang.
Usai menelfon Mas Haris menghampiri ku, dan mengusap air mata ini. "
Sudah jangan menangis, kita akan pindah kerumah baru, pasti kamu suka," di mengelus pundak ku. berusaha menenangkan diri ini.
"Keluarga ku semua jahat mas, dia tega menghina mu,"
"Ikhlaskan saja hinaan mereka,"
??????????
Aku dan mas Haris, berjalan keluar dari kamar. semua keluarga ku menatap sinis kami, apalagi kak Desi dia tampak melotot kearah ku.
"Semoga saja hidup kalian tambah sengsara!" celetuk kak Desi.
Aku tak menghiraukan, perkataannya yang jahat itu.
Di teras ada seorang pria berpakaian rapi menunggu kami.
"Pak, biar saya bawakan barangnya," ujar pria itu, dan berniat membawakan koperku.
"Siapa dia mas?" tanyaku.
"Sudah berikan saja padanya," sahut mas Haris.
Mas Haris menggandengku, menuju mobil mewah yang terparkir di depan rumah.
"Mobil siapa mas?" tanyaku heran.
"Mobil bos ku, ayo kita masuk,"
"Baik sekali boss mu mas," aku dan mas Haris masuk kedalam mobil itu.
Tampak semua keluarga melihat di dekat pintu, wajah mereka tampak semakin marah, melihatku dan mas Haris pergi dari rumah ini, menggunakan mobil mewah.
????????
Seorang wanita yang di hina karena menikahi pria miskin, tapi yang mereka tidak tahu, Haris seorang konglomerat.
Share this novel