The Almighty Devil Of Underworld_60

Action Completed 39702

Mely memandang perempuan tinggi di hadapannya dengan penuh tanda tanya. Kenapa dengan rakan uniknya ini? Adakah salah kalau dia ingin makan di kafeteria? Jika, dia tidak keluar dari sini, bagaimana dia dapat mencari makanan untuk mengisi perutnya? soalan demi soalan memenuhi fikirannya sebelum dia memandang perempuan di hadapannya dengan pandangan penuh humor. Sikap rakannya ini kadang benar-benar pelik, katanya dalam hati sebelum menggelengkan kepalanya perlahan.

"Feb. Aku lapar, kalau kita menunda-nunda masa, nanti makanan di kafeteria akan habis" kata Mely yang berusaha menarik tubuh Febby yang masih terpaku di tempat yang sama.

"Tidak, tidak, tidak! Kita tidak boleh keluar dari sini!" Jerit Febby dengan penuh tekad yang membuat Mely menghela nafas perlahan. Kedua matanya menatap Febby dengan malas sebelum dia menyilangkan kedua tangannya.

"Jadi, kita tidak makan tengah hari?" tanya Mely sambil menaikkan sebalah keningnya. Ada apa dengan rakan uniknya? Dan lagi, tidak biasanya sikap Febby begini.

"Makan di sini! Kita makan di sini! Ini! Aku sudah membeli makanan untuk kita berdua!! Okay, okey, okey. Kita makan tengah hari di sini!!" kata Febby dengan cepat sambil mengangkat kedua tangannya untuk menunjukkan beberapa beg kertas yang berisi makanan kepada Mely.

Kedua mata Mely mengecil ketika melihat sikap Febby yang semakin pelik. Tiada yang dapat meneka apa yang sedang di fikirkannya saat ini. Febby, yang melihat kedua mata Mely yang memandangnya dengan pandangan curiga, berusaha bersikap normal di hadapan rakan barunya. Walaupun, saat ini jantungnya sudah berdegup kencang kerana takut Mely menyedari ada sesuatu yang tidak kena dengannya hari ini. Keringat dingin mulai membasahi belakang tubuhnya ketika dia menyedari Mely masih terus memandangnya dalam diam.

Percayalah dengan aku! Aku mohon percayalah, percayalah! Doa Febby dalam hati. Kedua matanya bergerak dari satu sisi ke satu sisi, berusaha untuk tidak memandang kedua mata kelabu yang memandangnya dengan tajam.

Mely yang memutuskan untuk tidak memaksa Febby mengatakan alasan perubahan sikapnya ini akhirnya menghela nafas perlahan sebelum mengajak perempuan tersebut masuk ke dalam ruang kerjanya.

Melihat sikap Mely yang tidak memaksanya untuk membuka mulut membuat Febby menghela nafas lega secara perlahan sebelum berjalan masuk ke dalam ruang kerja Mely. Dia tidak pernah masuk ke dalam ruang kerja Mely sebelum ini, jangankan masuk ke dalam sini!! Bahkan, dia tidak pernah menjejakkan kakinya ke tingkat ini! Tingkat ini adalah tempat eksklusif untuk President LinDenhof dan pembantu peribadinya dan juga sekertarisnya. Melihat bahagian dalam ruangan yang terlihat mewah membuat Febby terpukau untuk beberapa saat sebelum menjerit dengan penuh rasa teruja.

Ruangan ini sangat jauh berbeza dengan bahagian dalam ruang kerjanya yang boleh dikatakan sangat standard!!

"Ada apa?" tanya Mely sambil memandang Febby dengan ekspresi geli. Dia benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang memiliki sikap lebih kebudak-budakan seperti dirinya dan Nick. Namun, melihat ekspresi excited Febby membuat suasana hati Mely yang mendung sejak kembali dari Fairbanks merasa lebih baik. Ternyata, dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki sikap yang menyenangkan dapat membuat suasana hatinya menjadi jauh lebih baik.

"Astaga, astaga, astaga! Ini adalah kali pertama aku masuk ke ruangan eksklusif pembantu peribadi Presiden LinDenhof! Wahh! Benar-benar mewah dan selesa!" jerit Febby sambil mengelilingi meja kerja Mely yang terlihat kemas di hadapannya. Belum sempat Mely membuka mulutnya untuk mengomel sikap Febby, lagi-lagi jeritan penuh semangat perempuan ini kembali terdengar di seluruh ruangan.

"Lihat pemandangan di hadapan ruanganmu!! Ia sangat sempurna! Dari sudut, ketinggian dan juga luas pemandangan! Ah, sangat menenangkan dapat bekerja dengan pemandangan seperti begini. Apatah lagi dapat melihat Central Park setiap hari!!" jerit Febby penuh semangat yang hanya dapat membuat Mely menghela nafas pasrah sebelum berjalan ke arah meja kerjanya dan memberikan isyarat agar Febby segera duduk di hadapannya.

"Ini hanyalah ruang kerja, Feb. Bukan perkara besar, kau tahukan? Bagi sini, aku sudah lapar" kata Mely lembut sambil tersenyum ke arah Febby yang di balas senyuman lebar olehnya.

"Baiklah, baiklah! Lihat! Aku belikan kau pasta carbonara, kau menyukai, bukan? Tiada seorang pun yang tidak menyukai pasta carbonara! Oleh itu, aku membelikan kau ini untuk makan tengah hari" kata Febby sambil tertawa perlahan sebelum mengeluarkan semua makanan yang baru dibelinya.

Mendengar kata-kata Febby membuat senyuman Mely semakin lebar sebelum dia menganggukkan kepalanya perlahan. Astaga, perempuan pelik ini membelikannya pasta cerbonara kerana semua orang menyukai makanan ini. Mely benar-benar tidak tahu harus memberikan respon apa namun, melihat Febby terus mengeluarkan makanan yang ada di dalam beg kertas tersebut. Perlahan-lahan senyuman yang terbentuk di wajah Mely menegang. Kedua mata kelabunya memandang Febby di hadapannya dengan pandangan tidak percaya.

Kenapa terlalu banyak makanan!?

Bagaimana caranya mereka menghabiskan semua ini!?

Setelah selesai mengeluarkan semua makanan, Febby memandang Mely dengan pandangan penuh kepuasan seakan berkata 'Bagaimana? Semua makanan ini sedap, bukan?' yang membuat ujung bibir Mely berkedut keras. Rasanya kepalanya tiba-tiba sakit melihat semua makanan ini kerana dia tahu mereka berdua tidak mungkin dapat menghabiskan semua makanan ini. Bukankah, tadi Febby kata yang dia membelikannya pasta carbonara? Jadi, kenapa ada sushi di sini!? Bukankah perbezaan ini terlalu jauh? Dari makanan Itali hingga bermacam jenis makanan Jepun.

Mely benar-benar speechless melihat semua makanan yang ada di atas mejanya sebelum memandang Febby dengan ekspresi pasrah. "Bagaimana menghabiskan semua makanan ini?" tanya Mely perlahan sambil memandang Febby yang sedang membuka salah satu penutup container makanan yang ada di hadapannya dan memakan makanan di dalamnya.

Mendengar pertanyaan tersebut membuat Febby menaikkan kedua keningnya dan memandang Mely seperti sedang memandang orang bodoh di hadapannya. "Sudah tentu kita makan! Memangnya kenapa?" jawabnya dengan santai seolah-olah menghabiskan makanan sebanyak ini adalah perkara biasa untuknya.

Baiklah ...lupakan kalau dia sudah bertanya hal bodoh seperti tadi.

Melihat perempuan di hadapannya ini makan dengan santai membuat Mely menggelengkan kepalanya perlahan sebelum meraih satu container makanan di hadapannya dan membuka penutup makanannya. Aroma pasta dengan krim susu menyerang deria baunya, membuat Mely semakin lapar sebaik saja menciumnya, terutama dengan keadaan makanan yang masih hangat. Baru saja sekali dia menyuap makanannya, tangan Mely berhenti bergerak begitu dia merasakan getaran dari poket seluarnya. Dengan gerakan cepat dia segera meraih telefon bimbit di dalam poket seluar sebelum membuka mesej baru tanpa melihat siapa pengirimnya namun, sebaik saja dia melihat kandungan mesej, seluruh tubuhnya berhenti bergerak secara tiba-tiba. Tidak memperhatikan beberapa helai pasta yang masih tergantung di bibirnya, Mely segera membaca mesej tersebut berulang kali, berusaha meyakinkan diri bahawa apa yang dibacanya saat ini adalah mesej sebenar yang dihantar oleh lelaki itu.

[Giovano LinDenhof: Vina, jangan lupa makan tengah hari. Jangan terlambat atau aku menghukummu]

Setelah menyedari mesej tersebut benar-benar dihantar oleh Gio, senyuman lebar terus terbentuk di wajah kecil membuat Mely saat ini terlihat sangat bodoh. Terutama dengan sisa-sisa pasta yang masih tergantung di bibirnya. Febby yang melihat sikap bodoh Mely saat ini tersedak sebelum tawa kuat terdengar memenuhi ruangan tersebut.

"Hahaha, Mely lihat wajah bodohmu!!! Ya Tuhan, benar-benar ekspresi yang sangat berharga!!" katanya di sela tawanya dengan air mata keluar dari kedua matanya.

Mely yang menyedari sikap bodohnya segera menyambar tisu yang ada di mejanya dan membersihkan mulutnya sebelum memandang Febby dengan ekspresi kesal yang bercampur dengan rasa malu. "Diam, Febby! Berhenti tertawakan aku!!" kata Mely dengan nada kesal namun, perempuan tersebut dapat melihat rona merah yang menghiasi kedua pipi Mely.

"Tapi ...tapi ...hahaha, ekspresimu ..hahaha astaga, aku menyesal tidak menyimpan gambarmu tadi dalam telefonku!" kata Febby dengan nada humor.

"Humph!!! Berhenti menertawakan aku, Febby!! Ugh!!" rintih Mely sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Saat ini dia benar-benar malu, mengapa dia boleh bersikap bodoh seperti itu sehingga dia menjatuhkan harga dirinya sendiri. Mengapa semenjak dia bertemu dengan Gio, dia sering bersikap bodoh dengan mudah!? Rasanya, harga dirinya benar-benar semakin habis semenjak dia bertemu dengan lelaki menjengkelkan itu, maki Mely dalam hati dengan nada penuh kekesalan.

"Baiklah, baiklah ...maafkan aku ...hahaha" Febby berusaha menahan tawanya untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia memandang Mely dengan senyum lebar.

Seakan sedar dengan pandangan penuh erti dari Febby membuat Mely benar-benar merasakan perasaan buruk sebelum dia memandang perempuan di hadapannya dengan ekspresi waspada. "Ada ...apa ...kenapa pandang aku begitu?" tanya Mely dengan cemas.

"Siapa lelaki itu?" kata Febby dengan pertanyaan yang  membuat Mely tersedak air liurnya sendiri sebaik saja dia mendengar soalan tersebut. Kedua mata kelabunya berair untuk beberapa saat sebelum memandang Febby dengan ekspresi kesal.

"Apa maksud kau dengan ...lelaki!?" katanya dengan nada tidak percaya yang hanya dibalas gerakan bahu tidak acuh oleh Febby yang membuat Mely memandang jengkel pada perempuan ini.

“Sudah tentu dia lelaki, siapa lagi kalau bukan lelaki yang dapat membuat kau bersikap seperti ini?” kata Febby masih dengan senyuman lebar. Senyuman yang benar-benar membuat Mely semakin kesal dan malu ketika melihatnya.

"Berhentilah senyum-senyum begitu. Kau benar-benar buat aku kesal" kata Mely dengan nada merajuk yang di balas dengan tawa penuh kebahagiaan dari perempuan di hadapannya. Tidak mempedulikan perempuan tersebut, Mely kembali mengeluarkan telefon bimbitnya untuk membalas mesej Gio dengan senyuman kecil yang terlihat di wajah kecilnya.

[Melysah: Mhmm. Aku sudah makan, Febby membawakan makanan tengah hari yang sangat-sangat banyak!!]

Berfikir untuk beberapa saat, Mely akhirnya mengambil gambar makanan yang terlihat memenuhi mejanya sebelum menghantar gambar tersebut kepada Gio.

[Melysah send a photo]

"Oh ...hantar laporan dulu" kata yang diucapkan dengan nada yang terdengar mengejek itu membuat Mely memandang tajam ke arah Febby yang juga memandangnya dengan pandangan geli sebelum tertawa perlahan. Namun, belum sempat Mely membuka mulutnya tiba-tiba satu suara asing terdengar bergema di seluruh ruangan tersebut. 

"Tsk, tsk, tsk ...suara bising itu ternyata berasal dari sini. Pelacur dan rakan baik yang bising."

Dua pasang mata tersebut memandang ke arah pintu untuk melihat perempuan seksi dengan pakaian berwarna hitam yang sangat terbuka. Pandangan Mely berubah dingin ketika melihat perempuan menjengkelkan di hadapannya sebelum menyandarkan tubuhnya ke arah kerusi yang saat ini ditempatinya.

Berbeza dengan reaksi tenang Mely, Febby yang melihat perempuan tersebut, memandang kedua perempuan itu dengan pandangan gugup yang di penuhi ketakutan.

Hilang sudah semua keceriaan yang sejak tadi memenuhi ruangan ini.

"Apa maksud kau, Julia?" tanya Mely dengan tenang namun, pertanyaan itu terdengar seperti cabaran di telinga Julia yang membuatnya memandang tajam ke arah perempuan menawan yang membuatnya di penuhi oleh perasaan cemburu.

Senyuman sinis terbentuk di wajahnya cantiknya membuat ekspresi Julia saat ini terlihat cukup menakutkan. "Tsk, tsk. Pelacur tidak menyedari bahawa dia baru saja dipanggil. Tetapi ...apa yang dapat aku lakukan? Memang pelacur tidak akan pernah mengakui bahawa dia adalah pelacur, bukan?" kata Julia dengan nada mengejek.

Senyuman nipis terbentuk di wajah Mely membuat wajah kecilnya terlihat lebih dingin dari biasanya sebelum menaikkan sebelah keningnya. "Oh? Kenapa aku tidak sedar kalau aku adalah seorang pelacur, ya? Sejak bila seorang pelacur memanggil orang lain pelacur?" balas Mely dengan nada sarkastik yang membuat wajah Julia merah.

"Kau!!! Perempuan Jalang!! Apa maksud kau memanggil aku pelacur, hah!!!?" jerit Julia dengan penuh amarah. Kedua matanya memandang Mely seakan ingin menerkamnya sebelum mencabik-cabik isi tubuh perempuan mungil. Ekspresi Julia saat ini jelas-jelas menunjukkan rasa benci dan dendam terhadap perempuan mungil di hadapannya.

Senyuman Mely semakin lebar ketika mendengar jawapan Julia tadi sebelum menggelengkan kepalanya perlahan. "Hmm. Sebenarnya, aku tidak menyebut namamu tapi kau sendiri sudah mengakui bahawa kau adalah seorang pelacur? Tsk, tsk ...sekertaris utama Presiden LinDenhof ternyata mempunyai reputasi yang rendah, ya?" kata Mely dengan nada mengejek namun, semua orang dapat melihat kedua mata kelabunya memandang perempuan menjengkelkan di hadapannya dengan pandangan dingin.

"You!!! Bitch!!! Reputasi kau sudah hancur dan kau masih bersikap angkuh!? Lihat saja nanti seberapa lama kau akan bertahan di sini!!" jerit Julia dengan penuh amarah. Wajahnya merah kerana dia sama sekali tidak dapat membalas kata-kata perempuan jalang di hadapannya. Kedua matanya memandang Mely dengan dendam sebelum dia berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Sebaik saja suara pintu yang di hempas oleh Julia, perlahan keheningan kembali menyelimuti ruangan tersebut yang di penuhi oleh ketegangan. Dahi Mely berkerut samar memikirkan ekspresi dan pandangan penuh kebencian Julia. Apa yang sudah dia lakukan sehingga memprovokasi perempuan gila itu? Bila di fikirkan dia tidak pernah melakukan kesalahan kepada perempuan gila itu?

Pandangannya perlahan beralih ke arah Febby yang duduk kaku sebelum menaikkan kedua keningnya. "Feb, apa maksud Julia kalau reputasi aku di Syarikat ini sudah hancur?" tanya Mely perlahan yang membuat perempuan di hadapannya tersentak dan memandang ke arahnya dengan pandangan panik.

"Um ... ugh ...tiada apa-apa" jawab Febby gagap yang membuat Mely menyedari bahawa ada sesuatu yang janggal terjadi di sini.

"Kau tidak mau cerita dengan aku? Reputasi aku hancur tanpa aku sedari apa yang sudah terjadi. Adakah kau tidak kasihan dengan aku?" kata Mely dengan nada yang dibuat-buat menyedihkan sebelum memandang Febby dengan ekspresi yang sama yang membuat Febby semakin merasa bersalah.

"Sudah tentu aku ingin menceritakan tentang itu! Hanya, aku tidak mau kau ketahui dan mendengar hal-hal mengerikan yang mereka katakan tentang kau. Aku tidak mau kau memikirkan rumors bodoh itu" gamam Febby perlahan sambil menundukkan kepalanya. 

Perasaan hangat menjalar dalam tubuhnya sebaik saja dia melihat sikap polos dan ekspresi jujur perempuan di hadapannya ini. Dia tidak ingin Mely mengetahui adanya rumors yang beredar mengenai dirinya. Jadi, oleh kerana itu perempuan ini memaksanya untuk makan di ruang pejabatnya dan berusaha menghiburkannya agar dia tidak mengetahui adanya suasana pelik yang terjadi di syarikat ini?

Rakan uniknya ini benar-benar rakan yang baik! 

Oh, sangat-sangat baik!!

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, Feb. Cerita dengan aku. Aku mohon sangat pada kau" kata Mely dengan nada lembut, membuat Febby menganggukkan kepalanya perlahan.

"Um ... ada rumors yang mengatakan, selain kau menggoda Assistants Harmada, kau juga ... um ... menggoda President LinDenhof. Kamu pun tahu President LinDenhof seperti Dewa untuk semua pekerja perempuan yang ada di syarikat ini kan? Begitu mereka mendengar rumors itu mereka semua ... um ... meletup. Mereka semua mengejek dan bercakap buruk tentang kau. Tapi aku tidak percaya. Aku lebih percayakan kau yang kau tidak akan melakukan hal seperti begitu. Kemudian ada rumors mengenai kau suka menjual diri untuk digunakan oleh lelaki lain, jadi banyak pekerja lelaki yang berusaha mencari nombor telefon kau atau berusaha membuat rencana untuk menggoda kau. Tapi, keadaan menjadi semakin panas ketika kau tidak datang kerja pada hari isnin. Walaupun Assistants Harmada mengatakan bahawa kamu sedang mengunjungi keluargamu yang sakit namun, mereka semua tetap tidak mempercayainya, terutama di hari yang sama President LinDenhof tidak masuk kerja dengan alasan dia sedang menyelesaikan pekerjaan di luar negara. Jadi, semua orang menganggap itu hanya untuk menutup kalian berdua, sedangkan kalian sedang berduaan dan sedang melakukan sesuatu seperti ...um ...itu. Semenjak itu rumors tentang kamu semakin buruk dan di tambah lagi khabar-khabar yang lainnya seperti tiga pekerja perempuan di bahagia kewangan di pecat oleh Presiden LinDenhof kerana sempat mengaibkan kau dan sebagainya" kata Febby perlahan dengan ekspresi risau yang jelas terlihat di wajahnya.

Febby benar-benar risau Mely akan terpengaruh ketika mendengar rumors jahat itu, kedua matanya dengan takut-takut melirik ke arah Mely untuk melihat reaksinya, Febby malah terpana ketika melihatnya. Perempuan di hadapannya ini masih terlihat tenang, bahkan tiada tanda-tanda kecewakan, sakit hati atau kemarahan di wajahnya. Kedua mata kelabu itu memandang permukaan meja seperti sedang berfikir, tiada yang dapat meneka apa yang ada di fikirannya saat ini.

Pada dasarnya, apa yang di khabarkan oleh khabar angin itu bukanlah dusta, bukan?

Mereka berdua memang tidak masuk kerja bersama kerana mereka masih bercuti dengan Nick, Raffael, Leo, Deekson dan juga untuk soal dirinya dan Gio ...memang hubungan mereka sekarang masih tidak jelas namun, dengan kedekatan mereka ini ...bukan kah itu sama saja yang mereka berdua sememangnya bersama?

Tetapi, untuk berita selebihnya dan ketika semuanya di satukan memang terdengar tidak sesuai dan itu benar-benar menghancurkan reputasinya.

Astaga, kenapa dia tidak dapat bekerja dengan tenang!? Di Starhouse dia harus berurusan dengan Johnson sialan itu dan disini dia harus berhadapan dengan cerita bodoh seperti ini!? Ada apa dengan setiap syarikat tempatnya berkerja!?

Pandangan Mely menjadi gelap untuk beberapa saat sebelum akhirnya kembali seperti sediakala. Perlahan dia mengalihkan pandangan ke arah Febby yang masih memandangnya dengan gugup. "Terima kasih kerana beritahu aku, Feb" kata Mely dengan lembut berusaha menenangkan perempuan di hadapannya yang masih memandangnya dengan ekspresi penuh kerisauan.

"Kau ...tidak marah?" tanya Febby dengan ekspresi tidak percaya ketika melihat wajah Mely yang masih terlihat tenang.

Mendengar itu membuat Mely tertawa perlahan seperti dia baru saja mendengar pertanyaan paling terbodoh yang pernah dia dengar. "Sudah tentu aku marah. Sangat, sangat marah" jawab Mely masih dengan nada yang sama. Hal itu malah membuat Febby semakin bingung ketika mendengarnya.

"Kalau kau marah ...bukankah kau. Jadi apa yang akan kau lakukan dengan situasi ini?" tanya Febby dengan ekspresi yang penuh tanda tanya.

"Aku tidak akan melakukan apa-apa kerana aku tidak tahu siapa sumber yang menyebarkan cerita bodoh ini. Aku tidak dapat melakukan apa-apa, bukan? Tetapi, sudah tentu aku dapat meneka siapa dalang disebalik semua ini. Kau jangan risau okay, aku tidak akan membuat kau kehilangan reputasi di syarikat ini" kata Mely perlahan yang dibalas gelengan kuat oleh Febby.

"Aku tidak takut dengan hal-hal tidak masuk akal seperti itu! Aku hanya risau tentang kau di syarikat ini. Khabar angin ini mungkin hanya terdengar biasa dan tidak masuk akal tetapi jika sudah begini, keadaan boleh jadi cukup berbahaya untuk kamu" kata Febby dengan penuh kebimbangan.

"Tenang-tenang, aku ada cara untuk mengatasi masalah ini" kata Mely sebelum tersenyum menenangkan ke arah Febby yang dibalas dengan senyum lega ketika melihat kedua mata kelabu yang memandangnya dengan penuh keyakinan. Pandangan Mely teralih ketika dia merasakan getaran yang kembali dari poket seluarnya sebelum dengan pantas dia mengeluarkan telefon bimbitnya dan membuka mesej baru yang muncul di skrin telefon bimbitnya.

[Giovano LinDenhof: Bagus. Makan semuanya tapi perlahan-lahan nanti kamu tersedak. Jangan lupa minum air mineral sesudah itu. Hati-hati selama pergi ke Gloriousness. Aku sudah menghubungi Nick yang kamu akan kesana. Have a nice day, little kitten]

Melihat sikap Gio yang penuh perhatian walaupun lelaki itu tidak berada di sisinya membuat Mely tersenyum hangat. Terutama melihat kata terakhir tersebut. Bagaimana lelaki dingin yang seperti robot ini dapat bersikap sehangat ini? Benar-benar membuat Mely semakin terjerat dengan karisma dan sikap hangatnya, kata Mely dalam hati dengan ekspresi pasrah yang terlihat jelas dari wajah kecilnya.

Memutuskan untuk tidak membalas mesej tersebut akhirnya Mely kembali menyimpan telefon tersebut sebelum pandangannya yang tadinya hangat perlahan berubah dingin ketika menyedari situasi yang mengelilinginya saat ini.

Ingin bermain dengannya?

Baiklah, dengan senang hati dia akan bermain!

TO BE CONTINUED

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience