The Almighty Devil Of Underworld_52

Action Completed 39702

"Apa? Kenapa kau pandang aku begitu, hah!?" kata Mely dengan nada kesal sambil mengecilkan kedua matanya. Apa yang lelaki ini inginkan? Mengapa lelaki ini memandangnya seperti mengejeknya?

"Culik kau?" kata Gio perlahan sebelum senyum nipis terbentuk di wajahnya sambil menggelengkan kepalanya perlahan. Kenapa kucing kecilnya ini kadang-kadang bersikap bodoh begini.

"Ya! Jadi apa lagi?" kata Mely sambil mendengus kesal sebelum kedua matanya membulat ketika melihat Gio bangun dari posisi duduknya, membuatnya memandang Gio dengan pandangan penuh waspada.

"Ka ...kau m ..mau apa, hah!?" kata Mely tergagap kerana rasa gugup yang dia rasakan. Jantungnya semakin berdegup kencang ketika melihat lelaki tanpa baju berjalan santai ke arahnya sambil tersenyum kearahnya. Kedua mata biru itu terlihat cerah membuat penampilan Gio saat ini terkesan seperti remaja yang sering digelar bad boy oleh orang-orang kebanyakan.

Damn, how can a man be this...this magnificent...this...handsome...

Ah, stop!!!!

Berhenti berpikir yang bukan-bukan, Melysah! makinya sebelum menggelengkan kepalanya dengan cepat berusaha menghilangkan fikiran kotor yang terbentuk di dalam pikirannya.

Melihat gerak-geri kucing kecilnya yang pelik membuat senyuman Gio semakin lebar. Apa yang perempuan ini fikirkan sehingga membuat sikapnya begitu, fikir Gio dengan pandangan humor sebelum dengan gerakan pantas dia melingkarkan tangannya ke arah pinggang kucing kecilnya sebelum mengusap perlahan kepala perempuan dalam pelukannya ini.

"He-hey!!! Ap-apa yang kau buat!? Lepaskan, aku!!" jerit Mely dengan kedua mata yang memandang wajah Gio dengan ekspresi terkejut. Kedua tangannya refleks memukul dada bidang lelaki di hadapannya. Wajahnya merona merah ketika dia merasakan kehangatan kulit lelaki ini menyelimutinya.

Sentuhan antara kulit dengan kulit yang terjadi diantara mereka membuat tubuh Mely seperti di sengat oleh arus elektrik yang membuat seluruh tubuhnya bergetar.

Screw this god damn perfect guy!

Merasakan reaksi Mely yang tidak luput dari perhatiannya membuat kedua mata Gio berubah gelap perlahan. Tubuhnya menunduk untuk mendekatkan wajahnya ke arah kucing kecil yang memandangnya dengan ekspresi terkejut sebelum suara berat dengan sedikit serak bergema di seluruh ruang bilik yang membuatkan suasana bilik perlahan-lahan berubah menjadi semakin intim.

"Vina, untuk apa aku menculik kau sekarang kalau aku sudah melakukannya dari awal" kata Gio sebelum senyuman nipisnya terlihat semakin jelas di wajahnya. Kedua matanya memandang Mely dengan pandangan humor yang membuat Mely membesarkan kedua matanya ketika melihatnya.

"YOU!!!!" jerit Mely sambil mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Gio dengan ekspresi penuh kemarahan. Dia sama sekali tidak dapat membalas kata-kata Gio kerana pada dasarnya apa yang dikatakan lelaki ini adalah benar!

Untuk apa lelaki menjengkelkan ini menculiknya sekarang kalau dia sudah menculiknya sejak dia menolongnya di lorong kecil beberapa minggu yang lalu!?

Kau memang benar-benar bodoh Melysah!

Memperhatikan kucing kecilnya yang masih sibuk mengutuk kebodohannya, membuat Gio mengusap perlahan puncak kepala Mely yang segera di tepis olehnya sebelum pandangan kesal diarahkan pada Gio yang masih memandangnya dengan humor. 

"Jangan sentuh-sentuh! Kau senangkan mentertawa kebodohan aku, humph!" kata Mely dengan nada merajuk yang membuatnya tanpa sedar mengembungkan kedua pipinya kerana kesal. 

"Aku tidak mentertawakanmu, Vina" kata Gio dengan nada lembut, semua orang dapat mendengar bahawa Gio saat ini benar-benar sedang memanjakan kucing kecilnya. 

Tanpa menyedari nada yang digunakan Gio kepadanya, Mely kembali memandang Gio dengan ekspresi kesal yang jelas terlihat di wajah kecilnya sebelum mendengus kuat. "Humph! Matamu jelas-jelas menunjukkan yang kau mentertawakan, aku!" kata Mely sambil menyilangkan kedua tangannya.

This silly little kitten of his...

Gio menghela nafas perlahan sebelum tersenyum pasrah dan terus mengusap rambut panjang kucing kecilnya dengan lembut dengan usaha menghilangkan kekesalan yang kucing kecilnya ini rasakan. "Baiklah, baiklah. Aku mengalah. Aku yang salah. Maafkan aku, okey? Aku tidak seharusnya mentertawakanmu, okay" jawab Gio dengan senang hati mematuhi apa saja yang dikatakan oleh kucing kecilnya ini.

Sekiranya Nick atau Butler Chong melihat sikap Gio pagi ini, mereka berdua pasti akan mengalami serangan jantung. Sejak bila seorang Giovano LinDenhof meminta maaf kepada seseorang!?

Jawapannya adalah ...tidak pernah!!!

Giovano LinDenhof tidak pernah meminta maaf kepada sesiapa pun seumur hidupnya bahkan, tidak kepada datuk, nenek, ayah atau adiknya. Sejak kecil Gio tidak pernah menyebut kata maaf kepada sesiapa pun, kerana dia merasa apa yang dia lakukan adalah betul dan terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada dan saat ini ...saat ini adalah pertama kalinya Giovano LinDenhof meminta maaf kepada seseorang.

Dan seseorang itu adalah perempuan!!

Mungkin jika mereka melihat sikap Gio sekarang, mereka akan berfikir bahawa lelaki ini bukanlah Head Master Of LinDenhof yang terkenal dengan sikap kejam, dingin dan tidak pandang bulu itu. Apatah lagi, senyuman dan aura hangat yang mengelilingi tubuhnya pagi ini. Sudah pasti Nick akan segera memanggil seorang paranormal untuk melakukan ritual pengusir roh untuk saudaranya ini, kerana dia pasti bahawa abangnya ini sedang dirasuk!

Namun, berbeza dengan Mely, dia selalu melihat Giovano LinDenhof bukan sebagai lelaki kejam dan dingin melainkan sebagai lelaki yang menjengkelkan dan tidak tahu malu. 

Totally a shameless man!

"Mhmm. Bagus. Awas kalau kau mentertawakan aku lagi" jawab Mely dengan ekspresi puas sambil menganggukkan kepalanya perlahan seakan dia benar-benar puas dengan jawapan yang diucapkan Gio.

"Adakah kau mau kita sarapan sekarang?" tanya Gio sambil memandang perempuan mungil dalam pelukannya dengan pandangan hangat.

"Ya. Aku lapar. Makanan apa yang ada untuk sarapan?" tanya Mely dengan ekspresi polos namun, beberapa saat kemudian kedua matanya mengecil sambil memandang ke arah Gio yang menaikkan sebelah keningnya seakan bertanya mengapa pandang dia dengan ekspresi begitu. "Di mana kita sekarang?" tanya Mely dengan nada serius. 

"Kita makan dulu, selepas itu baru aku beritahu di mana kita berada" kata Gio dengan nada lembut sambil melingkarkan tangannya di bahu kecil Mely sebelum membawa perempuan yang masih memandangnya dengan pandangan berfikir. Apa yang kucing kecilnya fikir sehingga memandangnya begitu. Fikir Gio dengan pandangan geli.

Tersedar dari lamunannya kedua pipi Mely terus merah ketika menyadari tindakan bodohnya beberapa saat yang lalu. Idiot! Mengapa dia boleh tercengang melihat lelaki menjengkelkan ini!? katanya dalam hati. Perlahan Mely melirik ke arah Gio, memperhatikan setiap lekuk wajahnya yang terlihat semakin tampan semakin lama dia memandang wajah lelaki ini.

Oh, damn, damn, damn! Berhentilah melakukan hal bodoh dan berfikir pelik-pelik! Kutuk Mely sambil memaki dirinya sendiri. 

"Apa yang kau fikir, hm?" tanya Gio sambil menaikkan sebelah keningnya dan memandang Mely yang juga memandangnya dengan ekspresi malu.

"Ti-tidak! Aku tidak memikirkan apa-apa!" kata Mely dengan cepat sambil menggelengkan kepalanya. Kedua matanya memandang Gio dengan penuh keazaman kuat yang dibalas Gio dengan kedua kening yang diangkat sempurna.

Apa lagi yang kucing kecilnya fikirkan sekarang?

"Aku tidak jadi sarapan! Aku hanya mau di bilik sehingga kita kembali ke mansion" kata Mely dengan tegas sebelum berusaha melepaskan tangan Gio yang berada di atas bahu kecilnya.

"Adakah kau yakin?" tanya Gio dengan nada yang terdengar seakan jika Mely menolak untuk sarapan pagi ini, dia akan menyesali keputusannya saat ini juga.

"Ya! Yakin!" balas Mely dengan nada serius sebelum berpusing dan berjalan kembali ke bilik tidur yang berada tidak jauh dari posisi mereka sekarang.

Gio menghela nafas kuat sebelum menunjukkan ekspresi yang terlihat seperti orang yang menahan kekecewaannya sebelum menggelengkan kepalanya perlahan. "Sayang betul, sedangkan aku sudah meminta Chef untuk menyediakan salmon untuk sarapan. Hm! Adakah ini bermakna aku yang harus menghabiskan semuanya sendiri?" gumam Gio dengan suara yang kuat agar Mely dapat mendengarnya dengan jelas. Dari ujung matanya, Gio terus memperhatikan gerak-geri Mely sebelum kedua matanya mengecil penuh jangkaan. Ujung bibirnya tertarik ketika melihat tubuh mungil itu berhenti melangkah sebaik saja mendengar kata-katanya.

Bingo.

Langkah kaki Mely terhenti ketika dia mendengar kata yang diucapkan oleh Gio tadi. Kedua matanya terus bersinar ketika mendengar satu kata yang menarik perhatiannya.

Salmon! Dia sangat menyukai semua makanan yang mengandungi salmon!

Namun, setelah menyedari posisinya saat ini, Mely berusaha menghilangkan sinar excitement yang dapat dilihat di kedua matanya. Dengan batuk perlahan dia berusaha menutup rasa canggungnya. Perlahan Mely menoleh untuk memandang Gio yang saat ini masih terlihat bimbang, seperti menghabiskan semua sarapan itu sendiri adalah sesuatu yang membimbangkannya.

"Salmon?" tanya Mely cuba menahan nada teruja yang masih dapat di dengar dengan jelas dari cara dia bertanya.

Berusaha manahan senyuman yang terbentuk di wajahnya, Gio mengerutkan keningnya perlahan sebelum menganggukkan kepalanya perlahan. "Mhm. Mungkin aku harus memberikan sisa sarapan itu nanti kepada pelayan" gumamnya pada diri sendiri namun, dengan suara yang sengaja dibuat kuat agar kucing kecilnya ini dapat mendengar apa yang dia katakan. "Atau, membuangnya" sambungnya lagi dengan ekspresi yang sama. Namun, ujung matanya masih memperhatikan perubahan ekspresi di wajah kucing kecilnya.

Memberikan sarapan mereka kepada pelayan!?

Atau ...membuangnya!?

MEMBUANGNYA!?

Kedua mata Mely membulat ketika mendengar kata-kata Gio tadi. Ekspresinya dipenuhi oleh rasa tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya sebelum berubah menjadi penuh kesedihan dan menyesal memenuhi wajahnya.

Salmon! Makanan kegemarannya! Dan lelaki ini dengan mudahnya ingin membuang sisa makanannya!?

TIDAK!!

Dia tidak boleh membiarkan hal itu!!

Menyedari perubahan ekspresi di wajah Mely membuat Gio tidak dapat menahan senyum nipis yang terbentuk di wajahnya sebelum berjalan meninggalkan Mely yang saat ini masih memandangnya dengan ekspresi suram, di tengah-tengah koridor tempat mereka berada saat ini.

Gio melangkahkan kakinya perlahan, menunggu reaksi apa yang akan dilakukan oleh Mely setelah dia melihat Gio meninggalkannya. Namun, sebaik saja merasakan tangan kecil melingkar di lengannya, kedua kaki Gio berhenti untuk seketika. Tanpa Mely sedar kedua mata Gio dipenuhi oleh sinar kepuasan yang membuat kedua mata birunya terlihat semakin cerah. Perlahan pandangannya beralih ke arah perempuan mungil yang sedang memandangnya dengan ekspresi menyedihkan. Kedua matanya bersinar penuh rasa teruja, pipinya merona merah kerana menahan rasa malu yang dia rasakan, bibir kecilnya terbuka perlahan sebelum tawa kaku terdengar dari celah bibirnya.

"Um, aku memutuskan untuk sarapan. Aku tiba-tiba rasa lapar" gumam Mely perlahan sambil melepaskan rangkulan tangannya yang dia lakukan secara refleks ketika mengejar Gio yang sudah berjalan meninggalkannya. Dia tidak boleh membiarkan makanan kesukaannya diberikan kepada orang lain ...apalagi dibuang! Dia benar-benar tidak dapat terima hal itu!

Kedua pipinya merona merah menahan rasa malu yang dia rasakan. Ugh, my ego has been totally ruined, keluhnya dalam hati namun, begitu dia teringat makanan kesukaannya yang akan dia nikmati ketika sarapan nanti, suasana hatinya bertambah baik.

Tiada yang dapat membuatnya menolak makanan yang sedap ini, Humph!

Gio memandang Mely dengan pandangan yang seakan berkata, 'Bukankah tadi kau tidak ingin sarapan? Dan sekarang sikapmu seperti menjilat semula kata-katamu tadi?'

Menyedari maksud dari pandangan Gio ketika memandangnya, membuat wajah Mely semakin merah sebelum memalingkan wajahnya dengan cepat dan mendengus kuat sebelum menjawab pertanyaan Gio dengan nada kesal. 

"Humph! Aku sudah kata kalau aku tiba-tiba lapar!" kata Mely sambil menyilangkan kedua tangannya membuat Gio hanya menggelengkan kepalanya perlahan sebelum merangkul bahu kecil Mely dan membawanya menuju ke ruang makan.

"Mm, aku tidak akan membahas perkara itu lagi. Kita akan makan salmon sama-sama untuk sarapan, okey?" kata Gio dengan nada lembut membuat Mely menganggukkan kepalanya dengan senyuman lebar yang terbentuk di wajah kecilnya. Ekspresinya saat ini terlihat seperti kanak-kanak yang baru saja mendapatkan gula-gula kesukaannya, penuh dengan rasa teruja, terutama kedua matanya yang bersinar membuat pandangan Gio dipenuhi oleh sinar kepuasan yang terlihat jelas di kedua mata birunya. 

I know it, this trick will work on her.

Ketika mereka berjalan menuju ke ruang makan, kedua mata Mely tidak luput untuk memperhatikan bahagian dalam villa tempat mereka tinggal sekarang. Villa ini sangat bertentangan dengan LinDenhof Mansion. Bahagian dalam villa ini didominasi oleh warna putih yang membuat suasana bangunan ini terlihat mewah dan selesa, terutama dengan musim salji sekarang.

Langkah Mely terhenti saat dia melihat pemandangan di tingkap kaca besar yang berada tidak jauh di sisi kirinya. Kedua matanya memandang penuh kagum ke arah pemandangan yang terbentang di hadapannya. Salji yang memenuhi seluruh dataran membuat pemandangan pagi ini terlihat semakin indah. Mely tidak pernah melihat salji sebanyak ini dalam hidupnya. Walaupun, dia tinggal di New York selama beberapa tahun namun salji yang memenuhi jalan-jalan di New York City tidak setanding dengan ketebalan salji yang di lihatnya saat ini.

Pemandangan ini benar-benar terlihat seperti pemandangan yang ada di dalam cerita dongeng.

Perlahan kedua mata Mely mengecil ketika melihat sesuatu bayang yang bergerak di tengah halaman yang dipenuhi salji. Langkah kakinya perlahan menghampiri pintu kaca untuk melihat bayangan tersebut dengan lebih jelas namun, begitu dia melihat bentuk asli dari bayangan itu. Kedua mata kelabunya terus bersinar dengan penuh kagum sebelum secara refleks dia mengejar bayangan tersebut.

"OH MY GOD!! RUSAAA!!"

Langkah Gio terhenti ketika dia melihat Butler Marton berjalan ke arahnya dengan membawa kemeja putih dan sweater berbulu di kedua tangannya.

"Master" ucap Butler Marton sambil menundukkan tubuhnya perlahan untuk menyapa majikannya.

Perlahan tangan Gio meraih kemeja putih yang terlihat kemas di hadapannya, dia segera memakai kemeja tersebut tanpa membutangnya sebelum kedua matanya memandang ke arah sweater berbulu yang terlihat lembut di tangan Butler Marton dengan pandangan puas.

"Adakah master berpuas hati dengan reka bentuk sweater ini? Saya meminta pada seorang designer untuk membuatnya sesuai dengan permintaan anda. Sweater ini adalah satu-satunya buatan tangan oleh designer terkemuka yang mempunyai profesion khas dalam membuat sweater berbulu. Dengan menggunakan bulu musang putih sebagai bahan utama, sweater ini akan menjadi lebih hangat dipakai" kata Butler Marton perlahan sambil menyerahkan sweater itu untuk Gio rasakan.

"Hm. Kerja bagus" jawab Gio sambil menggerakkan tangannya di atas permukaan sweater, merasakan kelembutan yang terasa di bawah telapak tangannya. Dia sudah dapat membayangkan jika kucing kecilnya memakai sweater itu. Tubuh mungil yang dibalut dengan sweater berbulu pasti akan membuatnya terlihat semakin comel. 

Belum sempat Gio membuka mulut untuk bercakap dengan kucing kecilnya, tiba-tiba dia mendengar jeritan penuh excited dari arah belakangnya. Namun, belum sempat dia memproses apa yang terjadi tiba-tiba Gio merasakan udara sejuk menerpa tubuhnya yang membuat seluruh tubuhnya menegang untuk seketika, seakan dapat meneka apa yang terjadi saat ini. Tubuhnya dengan cepat berpusing sebelum kedua matanya melihat apa yang terjadi di hadapannya. Pandangan terkejut dan tidak percaya terlihat jelas di kedua mata birunya.

Shit!

Dengan cepat Gio berlari mengejar susuk tubuh mungil yang berlari ke arah halaman belakang sambil memaki dirinya yang tidak peka kerana tidak memperhatikan tingkah laku Mely beberapa saat yang lalu.

"MASTER!!!"

Jeritan Butler Marton yang panik bergema di belakangnya namun, hal itu tidak menghentikan langkah Gio untuk mengejar kucing kecilnya yang bersikap seperti budak kecil.

Kucing kecil ini memang tidak boleh di tinggalkan walaupun hanya sesaat! Lihat apa yang jadi sekarang!!? Dia berlari hanya dengan memakai gaun tidur nipis dan selipar rumah menuju ke arah halaman yang di liputi oleh salji tebal!

How can she be this stupid!?

Bagaimana jika dia jatuh sakit nanti!? Atau bagaimana jika dia terjatuh kerana tersandung gaun tidurnya!?

Memikirkan semua itu membuat pandangan Gio dipenuhi oleh kerisauan yang membuat kedua kakinya semakin berlari lebih cepat untuk mengejar perempuan mungil yang sudah tidak jauh dari posisinya saat ini.

Tangannya bergerak cepat menarik tubuh mungil Mely ke dalam pelukannya sebelum dengan cepat menutup tubuh Mely dengan sweater bulu yang ada di tangannya. Tanpa menunggu respon dari kucing kecilnya, Gio segera mengangkat tubuh mungil tersebut dan mendekatkan tubuh mungil itu ke arah tubuhnya.

Kilatan dingin terlihat di kedua matanya sebelum dia mengalihkan pandangannya ke arah wajah kecil di hadapannya namun, belum sempat mulutnya terbuka untuk memarahi kucing kecilnya kerana sikapnya tadi, semua kata yang sudah siap dia katakan tiba-tiba tertahan ketika dia melihat sepasang mata kelabu yang bersinar terang penuh kebahagiaan itu memandangnya dengan penuh excited.

Seluruh tubuh Gio membeku begitu melihat wajah penuh kebahagiaan itu seakan apa yang dilihatnya saat ini benar-benar membuat semua deria yang ada dalam tubuhnya berhenti, sehingga membuatnya tidak dapat bertindak balas apa pun.

Those sparkling beautiful eyes, that beautiful smile...

"Oh, oh, oh!! Vano!!! Lihat, lihat!! Ada kawanan rusa!!!" jerit Mely dengan nada teruja, tidak mempedulikan pandangan speechless Gio yang saat ini memandangnya. 

"Hey, Vano!!! Adakah kau dengar!? Lihat, lihat!! Ada juga yang warna putih! Astaga!! Aku belum pernah melihat seekor rusa sebelum ini dan sekarang aku melihatnya secara nyata!! Aku fikir rusa hanya berwarna coklat tapi, ada juga yang berwarna putih! Bukankah mereka sangat cantik!!?" kata Mely dengan nada teruja yang sama. Kedua matanya bergerak dari kawanan rusa yang berada tidak jauh dari mereka ke arah Gio yang saat ini masih memandangnya dalam diam.

Tidak begitu mendengarkan apa yang Mely katakan saat ini, Gio masih memandang Mely dengan ekspresi yang sukar untuk dijelaskan. Kedua matanya memandang ke arah manik mata yang bersinar di hadapannya ini.

Bagaimana ada perempuan secerah perempuan mungil ini?

Her entire being is so bright that she almost blinding him completely, it feels like she engulfed him with all those light and warmth.

So, tell me...

Bagaimana aku dapat melepaskanmu jika kamu adalah satu-satunya cahaya yang dapat menyinari kegelapanku, Vina?

Hanya kamu satu-satunya yang dapat mengusir bayang-bayang kegelapan yang selalu menghantuiku.

Tenggelam dalam fikirannya sendiri, pandangan Gio masih terarah pada perempuan mungil yang berada dalam pelukannya. Kedua matanya memperhatikan setiap inci lekukan wajah kecilnya, memperhatikan kedua mata kelabunya yang mempunyai campuran sedikit coklat yang membuatnya terlihat unik, kulit halusnya terlihat mulus, bibir kecilnya terlihat kering kerana udara sejuk yang menerpa wajahnya. Semua itu tidak luput dari pandangan Gio. Namun ketika akhirnya Gio mendengar Mely memanggil namanya berulang kali membuat Gio tersedar dari lamunannya dan mengedipkan kedua mata beberapa kali sebelum memperhatikan sikap Mely yang masih terlihat sangat teruja.

Bagaimana dia dapat marah kalau dia melihat kedua mata itu bersinar?

Bagaimana dia dapat marah kalau dia melihat senyum lebar yang membuat wajah kecilnya dipenuhi oleh rasa kebahagiaan?

Menghela nafas berat, perlahan Gio mengeratkan pelukannya, dengan usaha menjaga tubuh mungil ini dari menyentuh permukaan salji sebelum memandangnya dengan sedikit pandangan pasrah yang jelas terlihat di kedua mata birunya. 

"Silly little kitten, adakah kau sedar apa yang kau buat? Bagaimana jika kau jatuh ketika berlari tadi?" kata Gio dengan nada lembut. Dia benar-benar tidak dapat marah ketika melihat kedua mata dan senyuman lebar itu.

Dan pada akhirnya ...

The great devil is totally defeated by a cute and harmless little kitten without her realizing it.

"Tapi, tapi, tapi ini adalah kali pertama aku melihat kawanan rusa! Bagaimana mungkin aku mensia-siakan kesempatan ini!?" jerit Mely masih dengan nada yang sama tanpa memperhatikan ekspresi Gio yang pasrah ketika dia mendengar kata-kata tersebut.

Ah, lupakan. Apa pun yang ingin dilakukan oleh kucing kecilnya ini selagi dia tidak meninggalkannya dia tidak akan keberatan.

"Baiklah, baiklah. Kau boleh melihat rusa ini bila-bila pun kau mahu" jawab Gio lembut sambil mengusap pipi Mely yang terlihat pucat kerana udara sejuk yang saat ini menyelimuti mereka.

"Betulkah? Betulkah? Betulkah!?!?" jerit Mely dengan teruja, sikapnya saat ini benar-benar seperti kanak-kanak yang baru dibenarkan bermain dengan mainan kesukaannya. Sangat teruja sehingga dia tidak peduli dengan keadaan persekitarannya.

"Mm. Mari kita masuk" gumam Gio sambil merapikan rambut Mely yang terlihat tidak kemas sebelum membetulkan posisi tangannya agar kucing kecilnya semakin selesa dalam pelukannya.

"Tapi, tapi, tapi" rengek Mely dengan nada sedih sambil memandang kawanan rusa yang tidak jauh dari mereka dengan pandangan sedih seakan tidak rela berpisah dengan mereka.

Hujung bibir Gio berkedut menahan senyum saat melihat ekspresi kucing kecilnya. Menghela nafas perlahan Gio mengusap rambut Mely dengan dengan usaha menghilangkan rasa sedih yang dirasakan oleh kucing kecilnya ini.

"Nanti kau dapat melihat rusa itu lagi," sambungnya dengan sabar yang terdengar sedikit pasrah.

"Bagaimana, kalau mereka pergi. Aku tidak dapat melihat mereka lagi" gumam Mely dengan ekspresi dan nada yang sama membuat senyum nipis terbentuk di wajah Gio sebelum menyentuh dahi Mely perlahan.

"Silly little kitten, rusa-rusa itu milik aku. Rumah mereka adalah seluruh halaman villa ini. Kau masih dapat melihat mereka sepuas-puasnya nanti. Apa yang penting sekarang adalah memanaskan tubuhmu. Adakah kau sedar kalau kulitmu sekarang sudah putih seperti salji? Jadilah budak baik, jika tidak. Aku tidak akan membenarkan kau melihat rusa-rusa itu lagi" kata Gio perlahan, membuat kedua mata Mely memandang Gio dengan ekspresi kagum bercampur gembira sebelum menganggukkan kepala dengan cepat. 

"Baiklah, baiklah!! Tapi kau kena janji akan membenarkan aku menyentuh mereka dan memberikan mereka makan!" kata Mely dengan semangat yang di balas anggukan setuju dan dengan senang hati Gio berikan kepada kucing kecilnya ini.

"Master" panggil Butler Marton perlahan sebelum meletakkan kasut yang dibawanya di sisi kaki Gio agar majikannya ini dapat menggantikan selipar rumah yang dipakainya dengan kasut yang lebih sesuai untuk berjalan di halaman yang dipenuhi salji. Melihat majikannya dengan santai menukar kasutnya, Butler Marton segera meletakkan kot tebal di bahu majikannya ketika melihat persetujuannya.

Kedua mata Butler Marton mengikuti majikannya yang berjalan kembali ke arah villa sambil membawa perempuan asing dalam pelukannya. Astaga, adakah suhu yang melampau di wilayah ini membuat penglihatannya mulai tidak berfungsi dengan baik? Adakah lelaki yang baru dilihatnya ini adalah majikan mereka yang pendiam dan dingin? Kenapa lelaki yang dilihatnya hari ini sangat berbeza dengan master yang pernah datang ke villa ini?

Dia masih ingat dengan kejadian semalam, jantungnya benar-benar hampir berhenti berdegup ketika dia dan beberapa pelayan menyambut kedatangan master. Mereka semua melihat majikan yang tidak pernah datang dengan sesiapa pun ini tiba-tiba membawa seorang perempuan yang berada dalam pelukannya. Dan itu hampir membuat semua pelayan yang melihat kejadian itu hampir mengalami serangan jantung. 

Tetapi kejadian semalam tidak seberapa dengan kejadian sekarang!!!

Ini adalah kali pertamanya dia melihat master bersikap begini. Kedua mata biru itu memandang perempuan tersebut dengan pandangan lembut, bahkan Butler Marton tidak menyangka bahawa majikannya ini mempunyai pandangan seperti itu ketika dia melihat ke arah perempuan dalam pelukannya.

Perkara yang membuat Butler Marton merasakan nyawanya hampir melayang adalah ketika dia melihat interaksi master dengan perempuan tersebut.

Astaga ...bahkan, sepanjang hidup Butler Marton bekerja untuk majikannya ini, ini baru kali pertama dia mendengar majikannya ini mengucapkan kata yang panjang seperti tadi.

Sepertinya perempuan ini bukanlah perempuan sembarangan.

Mungkin dia harus menghubungi Butler Chong untuk menanyakan perempuan ini ...jika tidak jantungnya yang malang ini tidak akan selamat menghadapi kejutan-kejutan yang akan majikannya ini berikan kepadanya.

TO BE CONTINUED

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience