“Ah, hujan!” Ku peluk Levine dengan ketakutan saat itu. Kami tak membawa payung ataupun mantel. Cukup dengan jaket tebal Levine aku berlindung. Entah aku takut hujan dari dulu.
“Tenanglah, aku di sini! Siap ada untukmu kapanpun!” Ucapnya menenangkanku. Jaket musim dinginnya yang tebal serta panjang membuatku cukup hangat. Kami mencari tempat teduh untuk sementara waktu.
“Dingin sekali!” Ku usap-usapkan kedua telapakku di jaket Levine . Lalu tanpa kusuruh Levine memelukku dengan erat agar aku terasa hangat.
“Thank you” Aku menggelamkan kepalaku di dada bidangnya memejamkan mata yang sudah lelah ini.
Ku harap kau ingat dengan semua itu. Sebenarnya hatiku menolakmu saat kau pergi. Aku tak ingin sendirian di bumi ini tanpamu. Entah sekarang aku merasa aku membencimu –sangat benci– Putus asa, itu adalah target di luar kepalaku. Tubuhku goyah saat mendengar kalau kau ingin menikah dengan gadis lain selainku. Mungkin aku terlalu banyak berharap. Tetapi, itu sebenarnya ingin ku wujudkan. Dan kini semua hanya kenangan indah yang boleh membuatku berhalusinasi.
Kenangan, ingatan tentangmu bersinar tanpa dosa.
Share this novel