Pagi itu, langit kota Jakarta terasa teduh. Seorang gadis cantik berambut sepundak keluar dari mobil sambil membawa tas ranselnya. Dia adalah Rania Wicaksono, siswi baru di SMA 01 Negeri Jakarta.
Saat dia menghampiri gerbang sekolah, langkahnya pelan, tatapannya menyapu sekeliling.
" Selamat pagi, pak" sapa rania dengan senyuman manis dan ramah, kepada pak satpam, yang berdiri di depan pintu gerbang menyambut siswa yang datang ke sekolah.
" Pagiii, silahkan masuk " balas pak satpam, panggil saja pak purnomo beliau adalah petugas penjaga gerbang sma dan sudah 3 tahun bekerja.
Rania berjalan masuk ke dalam sekolah dan duduk di pinggir lapangan, sambil menunggu siswa baru untuk hadir di lapangan bola basket karena akan melaksanan pembukaan masa orientasi siswa yang akan di laksanakan pagi ini, di lingkungan sekolah barunya.
" Sepi banget, ini sekolah apa rumah hantu? tidak ada kehidupan sama sekali, sekolah nya libur apa gua nya yang kepagian", bergumam dan mata rania sambil melihat sekelilingnya.
Saat itu juga, halaman bola basket yang tadinya lengah mendadak jadi rame di penuhi siswa - siswi baru. Hari pertama MOS di sekolah baru rania, banyak sekali siswa - siswi yang memakai atribut yang sangat aneh di lihatnya terbuat dari bahan kardus untuk name tag, yang tersimpan di dada dan di ikat oleh tali plastik.
Siswa baru datang dan berjalan ke lapangan bola basket, dan mata rania tertuju ke salah satu siswa dan rania terus memperhatikan tanpa sadar, semua siswa berbaris dan rania masih berdiri memperhatikan pria tersebut, tangan rania di tarik oleh perempuan sebayanya.
" Hei, ayo baris kakak osis udah manggil tuh! kamu ngelamunin apa?", ucap perempuan tersebut sambil tarik tangan rania untuk masuk barisan.
" Eh iya maaf gasadar, nama kamu siapa", rania menjulurkan tangan, untuk menghilangkan rasa canggungnya.
" Kenalin nama gua tiara marleen " sambil berjabat tangan dengan rania.
" Oh, rania wicaksono " balas rania sambil tersenyum lega.
Saat itu juga, terdengar seruan akak osis dari kejauhan, " hallo, adik - adik ayo sekarang buat regu kelompok sebanyak sepuluh orang, sembilan orang perempuan dan satu orang laki - laki, yang akan menjadi pemimpin di tim regu kalian, ayo di mulai dari sekarang, hitungan ke sepuluh sudah selesai dan sudah bersama kelompok nya masing - masing ".
Semua siswa dan siswi berlarian dan tiba - tiba *gedebuk* ,
" Aduuuhhh, kalo jalan lihat - lihat dong punya mata kaga sih ", ucap rania yang jatuh terduduk di tanah.
" Eh, sorry gua ga sengaja ayo bangun ". Seorang laki - laki berdiri di hadapan rania, suara yang teduh dan menjulurkan kedua tangan untuk membangunkan rania.
Saat rania mengangkat wajah, matanya bertemu dengan tatapan tajam dari seorang laki - laki, seketika jantung rania berdegup kencang.
Ada sesuatu dari tatapan itu yang membuat waktu seakan berhenti
" I'ts oke gak apa - apa .....", Ucap rania dengan pelan, dan belum melepaskan tatapannya.
" Hey, kenapa lo bengong gitu, helloooo", tangan laki - laki tersebut melambai - lambai kepada rania yang bengong tanpa mengedip di hadapan, laki - laki tersebut.
" Euuummm, oiya sorry sorry, nama gua rania wicaksono, lo siapa " Rania terlihat gugup sambil menjulurkan tangan.
" Nama gua, mahesa alvara diningrat, tapi orang - orang biasa manggil gua alvara " , alvara membalas salam nya perempuan tersebut.
" Oiya, lo udah ada kelompok belum, kalo belum ayo bareng gua aja sama temen - temen gua kebetulan kita belum ada ketua nya " Ucap rania.
" Kebetulan belum nih, ayo boleh juga nih jadi gua gak pusing - pusing lagi nyari kelompok ", balas alvara.
Dan, mereka berjalan ke arah kelompok rania sepanjang jalan alvara terus memperhatikan rania mulai dari senyumnya, hingga rambutnya yang sebahu itu.
" Ayo, tiga detik lagi sudah berada di kelompok masing - masing, tigaaa, duaaaa, satuuuuu,,," *teng teng teng* lonceng pun di bunyikan oleh ketua osis yang menandakan semua kelompok harus sudah siap.
Semua kelompok maju ke depan, sisa kelompok alvara yang terakhir maju, dan mereka saling mengenalkan diri, giliran alvara dan rania yang mengenalkan diri.
" Ayo, lo dulu yang kenalan, namanya siapa, alamatnya dari mana, dan alasan masuk sekolah ini," ucap kakak osis kepada rania sambil memberikan sebuah mikrofon.
" Hallo semuanya, kenalin nama gua rania wicaksono biasanya orang - orang manggil gua rania atau bisa juga rani gua lahir di kota jakarta, nyokap gua asli bali, sedangkan bokap gua asli belanda, dan alasan gua masuk sekolah di sini karena bokap dan nyokap gua punya bisnis di sini, jadi yang tadi nya gua mau sekolah di bali tapi ortu gua tidak mengizinkan, karena ada alesan yang tidak bisa di tinggal, thanks semuanya ", Ucap rania sambil tersenyum.
" Hallo, nama gua mahesa alvara diningrat, panggil gua alvara, gua lahir di bali, nyokap gua asal bali juga, bokap gua asli jakarta, gua juga alasannya karena ortu punya bisnis di jakarta, asal gua di bali cuma ortu gua bisnisnya tidak bisa di tinggal, dan gua di jakarta udah 3 tahun dari kelas satu smp, jadi mau gamau gua harus ikut ortu di jakarta, sebelumnya gua lulus smp mau ke bali lagi, tapi nyokap bokap gua gak ngizinin akhirnya gua tetap stay disini, thanks", dengan pasang muka datar yang terkesan sangat cuek, namun ketampanannya gak pernah luntur di mukanya .
" Waaahh, macam - macam ya alesannya tapi kita tetap semangat ya, apapun alesan nya pasti ada tujuan nya tersendiri oke semuanya, sekarang kita istirahat dulu ya ", waktu sudah menunjukan jam 12.00 WIB, semua siswa dan siswi bubar barisan dan beristirahat.
Saat MOS berlangsung banyak sekali tatapan dari mereka, ada semacam percikan kecil yang belum bisa di jelaskan, banyak sekali pertanyaan yang belum bisa di lontarkan.
*di kantin*.....
Hari itu di sekolah sangat panas sekali, dan mereka semua berjalan ke arah kantin untuk makan siangnya, kantin sekolah sangat penuh dan mengantri, rania dan alvara berdua membawa piring dan gelas masing - masing makan siang mereka, aroma mie goreng yang sangat wangi sekali dan mengingatkan rania terhadap teman kecil nya yang sangat suka sekali dengan mie, dan tiba - tiba ternyata alvara yang membawa mie goreng tersebut.
Rania ( melirik ) : "Lah ternyata dia yang bawa mie goreng, gua kira siapa (bergumam).
Rania pergi ke arah alvara dan duduk sebelahnya.
Alvara : "Eh lo ran, gua kira siapa, udah ngambil makannya sama apa?" (sambil menatap rania, dengan senyum manisnya).
Rania (balas senyum) : "Gua boleh duduk disini bareng lo, soalnya yang lain udah penuh?."
Alvara (ngegombal): "Boleh dong, kan ini tempat umum, siapapun boleh duduk disini masa gaboleh, apalagi tuan putri ?".
Rania ( senyum tipis ) : "Apasi lo, gombal mulu boleh ga nih kalo gak gua mau pindah ke tempat lain ?"(menepis gombalan alvara).
Alvara ( ketawa ) : "Yaa boleh lah ran, gitu aja ngambek, dasar wanita?" (sambil meledek).
Rania hanya tersenyum mendengar ucapan alvara.
Alvara (berdiri ) : "Ran, gua ambil minum bentar ya, lo mau di ambilin gak ?"
Rania (mengangguk) : "Boleh lah, kalo gak ngerepotin ?"
Saat berada di kantin yang penuh dengan aroma makanan dan suara gaduh, Rania dan Alvara duduk berdampingan.
Saat Alvara berdiri untuk mengambilkan minuman dan kembali, tubuhnya tidak sengaja menyenggol Rania hingga air dari gelas tumpah membasahi rok Rania.
Alvara : "Ran, sorry ga sengaja jadi basah baju lo ?" (menunduk).
Rania (mengusap roknya dan tertawa kecil ) :" Gpp, kali al kan cuma air jadi basah doang?."
Tanpa basa - basi alvara merogok kantong saku celananya dan mengambil tissu di sakunya.
Alvara : "Nih, tissu buat lap rok lu, maaf ya ga sengaja ?" (menunduk dan menyodorkan tisu ke rania).
Rania (senyum tipis) : "Makasih al....."
Keduanya, berpandangan sejenak, dan entah mengapa, suasananya sedikit berbeda, alvara yang sedikit cuek mendadak jadi salting karena di tatap oleh rania, dada alvara berdegup dengan sangat kencang begitupun rania, seperti ada kisah yang pernah terjadi. Namun, entah kapan.
Saat, alvara kembali duduk dia berpikir sendiri ..... Siapa dia? seperti aku pernah melihatnya tapi entah dimana .
Saat bel sekolah berdentang menandakan MOS hari pertama selesai, Rania dan Alvara berdiri di pinggir lapangan, saling bertukar kata ringan sebelum berpisah. Ada percikan kecil yang mulai tumbuh di hati masing-masing, meski belum ada yang mengungkapkan.
Namun, langkah Rania terhenti ketika matanya menangkap sosok seorang perempuan dari jauh.
Seorang gadis dengan tatapan tajam, berdiri memegang name tag-nya, memandangi Rania dan Alvara dari balik kerumunan. Ada amarah yang jelas terlihat dari tatapannya, dan seolah berkata bahwa dia tidak menyukai kedekatan itu.
Saat itu juga, Alvara menyadarinya.
“Ran, lu tunggu bentar, gua kesitu dulu,” ucap Alvara pelan, lalu menghampiri gadis itu.
Rania hanya bisa berdiri mematung dari kejauhan, jantungnya mulai berdetak tak menentu. Ada yang tak biasa dari situasi ini. Ada pertanyaan yang belum bisa dia ungkapkan.
“Siapa dia? Dan kenapa Alvara terlihat tegang saat menghampirinya?”
Saat itu juga terdengar suara gadis itu, yang terdengar jelas bahkan dari tempat Rania berdiri
“Alvara! Jadi ini maksud lu belum siap buat balikan?! Sekarang lu malah deketin cewek lain?”
Kata-kata itu bagai hantaman bagi Rania. Rasanya aneh… Ada perasaan kecewa yang belum pernah dia rasakan. Alvara hanya berdiri tertegun, tak menjawab. Dan Rania? Dia belum mengenal siapa gadis itu, tetapi tatapan penuh amarah dari gadis itu membuat hatinya terasa berat.
Saat itu juga, di akhir bab pertama ini, Rania menyadari…
Pertemuannya dengan Alvara bukan hanya soal MOS atau tatapan yang membuat jantung berdebar, tetapi juga soal masa lalu dan cerita yang belum selesai.
Share this novel