Bang Topan Ditahan

Drama Series 3930

#Istriku Penulis Mesum

Bab 1

Bang Topan Tersangka

Aku terbangun ditengah malam mendengar keributan dari lantai satu rumah kami. Aku bergegas memakai gamis dan jilbab kaos keluar kamar dan mencari sumber suara.

Diruang tamu sudah banyak Bapak-bapak memakai baju kaos seragam berlambang sebuah instansi negera. Bang Topan ikut duduk diantara mereka, kilatan bliz lampu kamera wartawan beruntun menyilaukan ruang tamu. Seseorang mempersilahkan aku duduk disamping bang Topan.

"Ada apa ini Bang ..." Tanyaku pada bang Topan

Wajah bang Topan tampak gusar, dia tak menjawab pertanyaanku

"Maaf ibuk, berdasarkan surat perintah Bapak Topan Ilham Maulana kami tahan dan akan kami bawa untuk kami lakukan pemeriksaan malam ini" ucap salah seorang petugas berseragam sambil menyerahkan surat perintah kepadaku

Aku membaca dengan teliti surat perintah penahanan tersebut dimana suamiku terduga tindak pidana korupsi berupa penerima suap dari PT. Angkasa Utama.

"Benarkah ini bang ...?"
"Abang di fitnah Ran ..."

"Maaf pak untuk pembelaan, bapak bisa menghadirkan pengacara, dan ma lam ini Pak Topan akan kami bawa untuk penyelidikan lebih lanjut" ucap Bapak berseragam, kemudian langsung memakaikan rompi berwarna orang kepada suamiku

Tanpa perlawanan, suamiku digiring menaiki mobil tahanan

"Sayang, abang pergi dulu jaga anak-anak, besok tolong temui abang dikantor KPK" lirih suamiku sambil mencium keningku

Aku menatap mobil tahanan yang membawa bang Topan hingga hilang dari pandangan. Ini seperti mimpi, padahal baru beberapa jam tadi Suamiku minta dibuatkan sablak tomyam setelah pulang dari menghadiri rapat di DPW. Lalu kami bercengkrama sebentar kemudian beranjak tidur.

"Sabar ya buk ... " Bik Sum yang telah ikut denganku sejak aku gadis berusaha menyabarkanku. Begitu juga dengan satpam dan penjaga kebun mang Udin serta Asep, mereka berdua menatapku dengan pandangan kasihan. Rumah jadi kelihatan sunyi,
Alhamdulillah ketiga anakku tidak terbangun. Untungnya Sulung yang saat ini berusia 17 tahun sedang menginap dirumah Abangku. Jadi dia tidak menyaksikan ayahnya digiring dengan borgol menuju mobil tahanan.

"Istrilahatlah buk" kata bik Sum, biar bibik yang tutup pintu. Mang udin dan Asep juga ikut beranjak untuk keluar rumah.

Aku merebahkan tubuhku diatas kasur, malam telah larut, namun mataku tidak kunjung terpejam. Tentu dengan kasus yang menimpa suamiku akan menjadi masalah besar buat kehidupan keluargaku kedepannya. Banyak yang aku pikirkan, dan semua itu masih tanda tanya besar.
"Terima suap apa bang Topan ...?"
"Berapa nominalnya ...?"
"Kemana uangnya ..."
"Lalu bagaimana kehidupan aku dan anak-anak kedepannya ..."
"Jika terbukti suamiku bersalah, tentu tersangaka dan keluarganya akan dimiskinkan oleh negera ..."
"Siapkah aku menerima sanksi sosial,bagaimana dengan anak- anakku"
"Siapkah aku hidup miskin ?"

Kepalaku berdenyut - denyut memikirkan semua itu. Handphone berdering dari tadi, reflek Aku lempar handphoneku, pasti berita penangkapan suamiku akan menjadi viral. Dan Aku belum siap menjawab pertanyaan dari sesiapapun.

Kembali handphoneku berdering tak berhenti, 10 panggilan dari Bang Fauzan

"Assalamualaikum, Rani"
"Walaikumsalam, iya bang"
"Apa bener berita di tv itu, suamimu terduga tindak pidana korupsi?"
"Benar bang, .."
"Kamu yang sabar ya, insyallah besok abang akan ikut menemanimu kekantor polisi..."
"Terimakasih abang"

Abang Fauzan adalah abangku satu-satunya, dia bekerja sebagai PNS di kantor walikota. Walaupun sebagai pegawai negeri, tapi abangku memiliki 9 orang anak, sehingga aku ikut membantu membiayai sekolah anak-anaknya tiga orang sedang kuliah, tiga di pondok pesantren dan tiganya lagi duduk disekolah dasar.

Begitu juga dengan adik perempuanku yang saat ini hanya sebagai ibu rumah tangga, adikku memiliki empat orang anak dan aku juga ikut membantu sekolah anak-anak adikku.

Diantara saudaraku hidupku termasuk beruntung, suamiku adalah seorang anggota dewan pusat dari sebuah partai berlambang pohon mengkudu, dan sudah dua priode suami menduduki jabatan tersebut. Karena itu setiap bulan aku rutin membantu membiayai kehidupan saudaraku. 15 juta untuk anak-anak bang Fauzan dan 10 juta untuk anak-anak Rina adikku. Sementara mertuau rutin ku kirim 20 juta setiap bulan

"Ya Allah, bagaimana cara aku membantu mereka kehidupan mereka selanjutnya, jika saat ini sedang dalam masalah.

Sayup-sayup terdengar azan subuh berkumandang.

Namun lebih keras lagi suara gedoan pintu, suara oranv mamanggil- manggil namaku dengan berteriak

"Siti ... Siti ..."
Buka pintunya

Mohon tinggal kan komentar

Share this novel

thunder
2024-05-11 19:41:54 

sambungan


NovelPlus Premium

The best ads free experience