Rate

bab 1

Romance Series 368

Seorang gadis terburu mengejar jam pelajaran pertama. Tak biasanya ia kesiangan seperti ini. Sejarah baru baginya berlarian disepanjang koridor dan ditatap aneh oleh orang lain. Hal inilah yang membuat dirinya enggan terlambat dan menjadi tontonan menarik mereka entah apa maksud dari tatapan itu. Langkahnya terhenti bersamaan dengan tubuhnya yang ambruk menghantam lantai. Bunga -- gadis itu memekik tertahan, mengusap bokongnya yang berdenyut-denyut .

"Maaf." Kata itu meluncur begitu saja dari bibir mungilnya, tak sempat membalas tatapan bingung dari orang yang ditabraknya Bunga segera berlari menuju kelasnya tanpa perlu menoleh kebelakang.

Plak! Zein menepuk bahu Yosua yang terkaget dengan mulut terbuka, sungguh ekspresinya sangat memalukan. jika saja heters Yosua melihatnya maka mereka akan dengan bangga mengumbar aib tersebut hingga Yosua menurunkan tingkat sok kecakepannya yang tinggi.

"Hayo loh! Mikir jorok kan lo?" Zein tertawa melihat Yosua tergagap lalu mendengus kesal. Zein melenggang santai menuju kelasnya. jam pelajaran beberapa menit lagi akan dimulai meninggalkan Yosua yang berteriak tidak terima ditinggalkan.

"Woyy!! Elu mah ngga ngerti yaa, woy bangke tungguin gua!!"

"Elahh lama banget Lo kaya kecoa."

"Kecoa tuh gesit tau nggak! Lo aja yang ngga tau. Di rumah gua susah banget tuh nangkep dia."

"Muka Lo tuh yang kaya kecoa kejepit lemari."

"Eh bangke, Lo denger si Bunga ngomong ngga tadi??" Zein berhenti dan menoleh sekilas kemudian mengangguk. Yosua berteriak spontan membuat Zein melirik kesal pada teman sebangkunya ini.

"Anjirr! Tuh cewek bisa ngomong, selama ini gue kita dia bisu. Anjir wal, anjir bangke! Kenapa gue baru tau, coba dia ngga nabrak elu mungkin gue ngga akan pernah tau." Zein sudah berlalu memasuki kelas enggan meladeni Yosua yang kekurangan obat.

Pelajaran pertama biologi, pelajaran menjengkelkan kata Yosua. Sebenarnya hampir semua pelajaran dikatakannya menjengkelkan mulai dari gurunya yang bosenin, pelajaran nya rumit ,ngga penting, ngga jelas, dan semua keluh kesah Yosua yang berkicau merdu. Tapi kali ini ia hanya sibuk menceritakan tentang gadis yang bernama bunga itu, yang tidak sengaja menabrak dirinya. Yosua bahkan tidak peduli dengan wajah Bu sonja yang seperti siap memakannya jika tidak kembali fokus.

"Wal, gua punya incaran baru. Bunga, si kembang sekolah. Elahh bangke gua ngomong sama elu." Zein memutar bola matanya jengah, baru kemarin dia bilang lagi pdkt sama Layla sekarang sudah berubah haluan saja tuh Sempack miper.

"Gue denger Yos, denger."

"Sumpah gue syok!, Waktu dengar suara neng Bunga yang begitu merdunya." Yosua antusias menceritakan perihal Bunga dan segala hal yang berkaitan dengannya. Mulai dari cerdas, kalem, baik hati, cantik, manis, imut, wangi, dan yang paling penting bisa ngomong. Entah dari mana Yosua bisa mengatakan itu yang jelas sepanjang pelajaran sudah ribuan kali si manusia kardus itu menyebutkan nama Bunga. mungkin sekarang Bunga sudah tersedak ribuan kali.

"Yos gue mau ke toilet Lo mau ikut ngga?"

"Dih, ogah ngapain gue ke toilet berduaan sama elo? Gua masih normal wal."

" Gue juga ogah kali sama elo, mending gue jomblo seumur hidup njir."

Zein berjalan santai melewati kerumunan masa yang sibuk membuat kericuhan, jam kedua kosong karena pak Anugrah lagi cuti istrinya lahiran. Lah kan yang lahiran bininya dan yang kagak masuk suaminya.

" Zein! Lo mau kemana?" Menoleh sekilas Zein kembali melangkahkan kakinya. Ternyata Fira, heters terbesar si kunyuk Yosua.

"Ihh Zein gua nanya! Tunggu bentaran gue punya sesuatu buat elo." Fira bersikukuh menarik lengan Zein agar mendekat ke mejanya. Bergelayut manja dengan satu tangan sibuk mengobrak abrik laci mejanya. Fira tersenyum puas menatap kotak kecil berwarna emas yang dia siapkan khusus untuk Zein lalu menyodorkan kepada zein yang mengangkat sebelah alisnya.

" Apaan?"

"Buat elo."

"Isinya?"

"Coklat."

"Isshh..Zein kesel gue ngomong singkat-singkat udah kaya nulis pesan aja." Fira merengek agar Zein tidak berkata terlalu singkat padanya. Selalu begitu, Zein orang nya hemat banget sampai ngomong aja di Batasin. Tapi kalo sama si koplak Yosua kuantitas katanya lebih banyak, mungkin untuk menyeimbangkan Yosua yang hobi ngebacot mulu kali.

Zein mendesah lega, setelah menahan hajatnya karena Fira terus menahan agar ia tidak pergi kemana-mana tanpa peduli alasan Zein dan tak ketinggalan si Yosua yang ikut mendebat. Benar-benar pasangan serasi.

Melewati taman, Zein berhenti sebentar memperhatikan gadis yang sedang belajar di kursi taman. Ia sibuk dengan dunianya sendiri, kedua earphone terpasang sempurna di telinga. Bunga nama gadis itu. Mana mungkin ia lupa sedangkan Yosua hampir tiap detik menyebutnya. Sebenarnya Zein pun sempat menyangka gadis itu bisu terlihat dari wajahnya yang datar seakan tidak memikirkan apapun tanpa suara sedikitpun.

Merasa diperhatikan Bunga menoleh, sepasang mata hitam menatap nya lalu tersenyum. Seperti tak melihat apa-apa Bunga kembali memfokuskan pandangannya pada buku sejarah Indonesia di pangkuan nya.

Zein berdecak sebal menghampiri Bunga yang masih setia memasang wajah datar.

"Hola!" Zein mengibaskan tangannya di wajah Bunga. Kemudian ia duduk disampingnya. Ck! Gadis ini benar-benar terlihat bisu.

" Bunga, bunga apa yang bisa ngomong?" Bunga mengernyit menatap laki-laki dihadapan nya. Selama ini tak pernah ada gangguan aneh seperti ini dihidupnya. Lalu kesambet apa manusia satu ini? Tiba-tiba menghampiri dan membuat lelucon receh seperti itu.

"Bungaaaaa... aaa?" Zein sudah melebarkan mulutnya untuk memancing agar Bunga kembali mengeluarkan suaranya. Tidak ada respon sama sekali. Zein mendesah kecewa tak salah ia dan Yosua mungkin yang lainnya juga mengira gadis ini bisu. Sepertinya ekspresi terkejut Yosua masuk akal.

part 2 Coming soon, ditunggu kritik dan sarannya wal...

with love : Atikah

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience