PAGI itu, dimulai dari kilauan cahaya matahari seakaan menghangkatkanku yang masih tergeletak malas dikasur, rasa enggan tuk bangun semakin menjadi saat selimut tebal hijau ku tarik kembali dan susana semakin damai.
Namun keluhku mengarahkan kesesuatu objek suara amat bising dari arah luar, karena merasa sedikit risih aku mengangguk-angguk kepala sembari mangaruknya meski tak gatal, mungkin ini sedikit reaksi tubuh ketika emosi meluap tak tertahankan
Suara yang berbunyi itu semakin lama semakin keras bagai kapal ferry mengalami kerusakan dibagian kendali engine, aku pun terpaksa bangun sambil mengeluh kesal.
"Huh... Rese banget suara apaan sih.?"
Tanya hati sembari mengusak-usak kelopak mataku yang masih agak lebam karena semalam begadang main game mobile bersama teman-teman.
Suara berikutnya yang tak kalah bising dari luar, kali ini semakin brutal karna dencringan besi atau semacaman nampak sedang adu kekuatan saling berdesis, aku yang semakin kesal akhirnya memutuskan untuk bangun.
"Ahh... Kenapa sih pagi-pagi udah pada ribut, gak ada kerjaan lain apa yang lebih tenang gak ganggu telinga orang.!!" Teriak keras kataku hingga aku khilaf telah membuat sang monster penguasa didalam rumah ini terpanggil dari alam kerajaan Gorilla.
"Supri... dah gila lu ya pagi-pagi teriak kenceng banget kayak toa posyandu apa lu pengen lagi divaksin kebocah."Sahut Ibukku yang cantik muka kucal serta gemuk gemulai memakai daster dan kedua tangannya memegang senjata paling ampuh sedunia yaitu Panci dan Spatula.
"Emak... Berisik amat sih Supri kan semalam begadang tidur jam 4 jadi kebangun sama suara berisik apaan si itu diluar"Balasku sedikit emosi.
Dalam keluargaku memang sudah biasa kami berbicara dalam nada kiri, bukan berarti kami kasar atau semacamnya, dikarenakan Ibukku memiliki watak keras karena dia orang asli jakarta bisa dibilang orang betawi dan jangan salahkan aku sebagai anaknya mewarisi watak Ibukku yang arogan.
Sontak dengan kekuatan super emak, Ibukku menjewer telingaku sangat kuat.
"Ehh Mak sakit mak..duh...duh ampun Emak sakit et dah."Ujarku merintih kesakitan.
"Noh liat si Bejo benerin mesin cuci"Balas Ibuku menunjukan letak muasal suara bising tersebut.
Kesel bukan kepalang aku melihatnya, kenapa tidak, saatku melihatnya sang biang kerok itu mengoprak-aprik mesin cuci milik Mbah Jumi manula yang ditinggal suaminya karena meninggal saat over dosis main aplikasi TIK-TOK, sedangkan keseharian Pak Bejo adalah sebagai tukang Service tubuh atau Pijat Urut warga sekitar.
"Buset Mak... bukan Supri yang gila tapi dia noh Pak Bejo mabok sayur Genjer semalem, wah udah gak beres, gak bakal beres itu mesin..ancur-ancur."Ujar kataku sembari menguyem mengigit gerget selimut dan kepala yang mulai ngebul karena emosi berlebihan
"Ngemeng aja loh taplak meja, dah sono Sup mandi sono liat dah jam berapa nih lu sekolah kan.?"Balas Ibu yang mengacukan jari telunjuknya ke arah jam dinding, waktu pun menunjukan pukul 08.05 pagi.
"Arrrggghhh..."Aku pun teriak
"BERISIK... GEMBLUNG"Ibuku pun ikut teriak
Dalam keadaan panik layaknya seperti sehabis makan satu tahu dikasih bon cabe level 30, terus ditambah sambel ayam geprek, aku berkaca wajahku sangat merah percis salah satu tokoh perwayangan yaitu cepot.
Aku secepatnya melepas seluruh pakaianku didalam hingga tak ada satupun helai benang yang menempel, aku pun berlari tunggang-langgung menuju kamar mandi.
"Tap Tap Tap" suara jejak kaki
"Mak... Gorengin nasi buat Supri nyarap."
"Ya allah Supri... Lu tuh dah gede itu yang gondal-gandul disemak-semak hutan belukar tutupin.. Asgtafirulloh tuh anak."Sepintas Ibukku kesal tapi matanya tertutup dengan kerutan didahi atasnya.
Setelah beberapa menit kemudian
Aku pun bergegas memakai Sepatu yang kubeli Online merek Nike ukuran 42 keluaran terbaru, Sambil ku elus-elus ku jamah pelan-pelan bagai membelai pujaan hati sangat aduhai sedap ku pandangi, Sepatu elegant itu siap ku pakai, tapi sebelum itu, aku selalu mencium Sepatuku sebagai awal langkah ritual hari ini akan diberi keperuntungan.
"Ehh.. tunggu dulu, bau apaan ini, kok asem-asem gitu kayak kenal nih bau" Saat hendak mencium, aku merasakan adanya kejanggalan
"Set dah..apaan sih, Emak...Emak..!!!"Sahutku memanggil Ibu
"Apaan lagi si Sup"Balas Ibukku matanya melotot
"Mak Nyium bau aneh ngak..."tanyaku
"Iye..Sup baunya dari Sepatu lu, lu jorok kali gak mau nyuci tuh patu."Balas Ibu menyudutkanku.
"Enak aja... patu bagus begini, masa iya bau, barang impor ini dari Amerika Mak."Balas melawan kembali kataku.
"Tuh Sup, ada yang nempel di Sepatu lu?." Kata Ibu sembari mendekati jongkok disampingku.
"Ehh.. iya mah.. coba mah Emak cium nih"Sahutku sambil menyodorkan Sepatu kesayanganku kearah wajah Ibuku.
"Anak setan... Songong amat lu nyuruh-nyuruh gua nyium patu baal kek gitu idih najis, No way."Sontak balas Ibuku menampakan wajahnya yang cemberut mirip expresinya kali ini sangat mirip Gorlila.
"Ya.. ya.. muaaacchh nih Supri dah nyium, Kalau Supri setan.. Emak ma bapak apa donk Dajjal?"Canda kataku.
Namun tiba-tiba seekor mahluk lucu keluar dari lemari rak Sepatu.
"Meeooowww..."
Dan saat itu aku hanya terdiam pucat, pergi kembali seperti tak bernyawa kearah kamar mandi, butuh 30menit untukku gosok gigi terus berulang-ulang, Ibukku tertawa terbahak-bahak seperti tanpa dosa.
"Mak Supri berangkat.. Mak tai kucing rasanya asem Mak." Tanpa sadar aku mengucapkan sendiri kepada Ibuku.
"Sudah Ibu bilang Supri hahahha, Hari ini Ayahmu bakal pulang dari jepang, jangan ngeluyuran sampe malem ya, sore harus ada di rumah oke My Boy." Balas tanyaku sembari menepuk bahuku, Ibuku langsung keluar dan seperti biasa merapat kearah perkumpulan E.E.R(Emak-emak Rempong) di bawah semak pohon sengong, tempat ngetemnya Mang Uri tukang sayur keliling.
Aku berjalan mirip layaknya Zombie penuh keputus asaan, aku pun tak sengaja berpapasan dengan Pak Bejo biang kerok pembawa apes pagi ini.
"Nah.. digosok-gosok, diurut pake Gpu sia kanyut hurung, hahaha jalan juga tuh mesin"Ujar Kata Pak Bejo yang tak ku sangka jampe-jampenya ternyata ampuh.
"Sup lemes amat tuh badan, sini urut."Sahut panggil Pak Bejo sambil melambaikan tangannya
"Bisa urut Otak gak." Bentakku
"Hahaha... bisa aja ente sempak Fir'aun."Balasnya sembari tertawa.
Tak lama terdengar "Duaaar...." suara ledakan cukup keras, aku pun spontan menoleh kebelakang
"Weleh... Mesin cuci si Mbah meleduk.. piye toh."Bingung Pak Bejo merangkulkan tangannya keatas kepala.
Saat itu pun aku bergegas berlari kearahnya, dan berdiri disamping telinga kanannnya sambil berkata
"BUAHAHAAHAHAA....BUHAHAHA"
*********
Tak terasa Malam pun tiba, entah kutukan atau kualat karena meledek orang tua, disekolah aku di setrap dihukum dengan catatan karena telat dan juga lupa memakai celana, meski ku sudah jelaskan kepada kepala sekolah berbagai alasan yang memang benar, sebenarnya aku buru-buru, tapi tetap saja tak ada keringanan penangguhan, aku pasrah dan harus membersihkan seluruh toliet, mengelap-lap kaca ,membantu kuli ngecor lapangan upacara ,itu semua membuat ku lelah sampai tak sengaja, aku tidur dikelas, memang ku sadari dikelasku isinya semua murid-murid sableng, tak ada satupun yang mau membangunkan ku.
Dan alasan ku memakai masker berawal dari pertama kali masuk SMA, itu dikarenakan aku tidak terlalu PD terhadap lawan jenis, aku sangat gugup ketika bertemu seorang gadis.
Semuanya membuatku canggung.
"Udah jam 11 malem aja, Emak bakal ngoceh lagi aja dah.. assalammualaikum"
Karena pintu depan dikunci aku lewat pintu belakang, rumahku yang semi permanen ini memudahkan siapa saja bisa masuk asalkan tau celanya.
Dengan panjang 5 meter lebar 3 meter rumahku sangatlah simple dilengkapi 2 kamar, dan ruang tamu, untuk kamar mandi kami masih terpisah, namun tak jauh hanya 2 meter dihalaman belakang dekat kandang ayam milik ibukku.
Rumahku sangat gelap karena dipemukiman ini sangat jarang penduduk.. rumah kami memang saling berjauhan dari rumah tetangga, terdekat hanya selisih sektiar 10 meter saja, kami bisa dibilang tinggal dikampungan, jalan yang penuh tanah merah
Setelah masuk kedalam rumah, aku langsung masuk kekamar mandi dan mencuci muka dan duduk dibangku ruang tamu, karena banyak rumor jika mandi dimalam hari itu sangat tidak baik bagi kesehatan, dapat mengakibatkan reumatik, kali ini aku menaruh Sepatu kesayanganku dibawah kolong meja televisi, karena dilema dipagi hari itu sangat tidak menyenangkan
Sesaat melepas penat dan merapihkan pakaian seragam dimesin cuci, aku bergegas untuk masuk kekamar lalu tidur.
"Akhirnya, bisa rebahan juga,"
Aku dengan lepasnya melentakan tubuhku yang sudah sangat berat menahan lelah
"Kyaaa...."
Seketika ada Suara desahan mirip suara perempuan
"Ehh, kok ada suara, ehh kok aku kaya megang sesuatu, tonjolan apa ini." Kataku yang langsung mengubah posisi tubuhku seolah menindihnya
Jantungku berdegup sangat kencang ketika menyadari ada sesuatu dibalik selimut ranjangku.
Dalam kondisi ketakutan, aku memaksakan diri perlahan-lahan dengan lembut menarik selimut itu
"Emm..Kimi Dare(siapa kamu.?)" Lembut bisik suara yang keluar dari balik selimutku
Dibalik pantulan cahaya rembulan yang menembus cela jendela kamarku, untuk pertama kalinya, aku seakaan terjebak dalam suatu ilusi magic, aku terbawa suasana yang tak ku mengerti.
Mataku tak henti-hentinya terpana pada suatu titik yang tak kunjung berubah haluan, kejadian apakah ini, aku bertanya pada hatiku sendiri apakah ini fenomena yang nyata.
Rambutnya yang terurai lembut, terlipat disela-sela bantai, keningnya yang terlihat jelas dan matanya masih terpejam, kulitnya pun sangat putih, apakah ada bidadari yang singgah kerumahku.
"Yanto-san tasukete(Pak yanto tolong aku.)"untuk kedua kalinya ia bersuara, tapi yang ini agak sedikit kencang
Aku pun menarik kasar, membuang selimut karena dimakan oleh rasa penasaran yang membara, membuat jantungku cenat-cenut dibuatnya, aku terpaksa melakukannya
Sungguh pemandangan indah tak kuasa tiada bandingnya, sekali dalam seumur hidup, ini adalah anugrah tuhan yang diberikan kepadaku, ia menyuguhan panorama maha sempurna, ada gadis yang tertidur dikasurku hanya memakai pakaian dalam.
"Arrrggghhhh....." Aku pun teriak terkejut
Sontak aku meloncat, namun saat hendak terjatuh, tubuhku rupanya tersandar oleh seseorang berbadan gempal
"Supri...!!! "
"Ah... Bapa.!"
Setelah itu, aku pun tak tersadarkan diri
Share this novel