Semua diawali dengan tangisan pilu dipagi hari yang mengusik tidur lelapnya. Ketika ia membuka matanya rasa pening langsung menyerang. Fokusnya sejenak teralihkan karena rasa sakit yang dialaminya. Lalu tangisan pilu itu kembali mengusiknya. Yunho melirik sumber suara itu berasal dan menemukan sebuah pemandangan yang menyayat hati.
Seorang namja tengah terduduk disudut ruangan sambil memeluk tubuhnya sendiri. Sehelai selimut tipis membungkus badannya yang bergetar hebat. Yunho terperangah, mengapa namja itu menangis? Dan lagi namja itu telanjang?. Yunho beranjak bangun dan menyibak bed cover yang menyelimutinya.
Tubuhnya polos seperti namja yang sedang menangis itu. Tidak jauh dari tempatnya duduk ia menemukan bercak darah. Rasa pusing kembali menyerangnya. Ia tidak mengingat apapun.
"A-apa yang sudah terjadi diantara kita?" Tanya Yunho panik pada namja yang masih terisak itu.
Namja itu mengangkat kepalanya dan menatap Yunho dengan mata bulatnya yang redup dan sembab. Hati Yunho serasa dihantam melihat keadaan namja itu. Wajah namja itu dipenuhi lebam. Ujung bibirnya sobek, pipinya membiru seperti terkena pukulan keras dan Yunho baru sadar ditelapak tangan namja itu terdapat tanda merah seperti bekas ikatan.
Yunho melirik sekelilingnya dan melihat pakaian miliknya tercecer di sembarang tempat. Kemudian ia juga menemukan pakaian lain yang sudah terobek menjadi beberapa bagian. Yunho menarik-narik rambutnya dengan kedua tangannya.
"Ya tuhan... apa yang sudah aku lakukan"
[?] [?] [?]
Malam sebelumnya.....
Yunho menghadiri pesta ulang tahun salah satu temannya yang diselenggarakan disebuah klub malam. Sejak bertunangan ia tidak pernah menginjakan kakinya ke tempat seperti itu. Namun untuk menghargai undangan yang diberikan oleh sahabat dekatnya Yunho memberanikan diri datang sendirian. Awalnya ia berencana datang bersama sang tunangan, akan tetapi mendadak ada operasi yang harus dilakukannya karena kondisi pasien yang berada dibawah pengawasan tunangan Yunho menurun.
Tunangannya adalah seorang dokter. Im Yoona, yeoja berusia dua puluh delapan tahun itu sudah setahun menjabat sebagai tunangannya. Perjodohan orang tua adalah alasan mereka terikat dalam hubungan ini. Sejujurnya Yunho tidak memiliki perasaan apapun pada Yoona. Tapi ia tidak bisa menolak keinginan kedua orang tuanya. Lagi pula ia sedang tidak menyukai siapapun. Menjalani hubungan ini tidaklah salah menurutnya, Yoona adalah wanita baik, pintar, dan pengertian. Itu sudah cukup masuk kriterianya walau tidak ada cinta didalam hatinya.
"Yooo~ Yunho kau datang kawan"
Tinjuan pada bahu kirinya diberikan oleh Changmin sebagai pengganti kata sambutan. Ia tidak menyangka Yunho akan datang, sendirian pula. Padahal ia sudah bertaruh dengan temannya yang lain jika Yunho tidak akan datang dan kalaupun datang tunangan cantik nan posesifnya Yunho akan mengekor.
"Sendirian? Dimana nona posesif itu?" Tanya Changmin dengan nada usil.
Yunho tersenyum maklum menanggapinya. Yoona memang sangat posesif. Terkadang sifatnya yang satu itu membuatnya jengah. Yoona tadi bahkan mewanti-wantinya untuk tidak minum minuman keras dan berdansa dengan yeoja ataupun namja lain. Tidak lupa ia meminta Yunho agar tidak pulang terlalu larut.
"Ada operasi yang harus ditangani-nya,, pestanya belum dimulai?"
"Nahh~ aku sedang menunggumu juga Yoochun dan namja chingunya. Apalah arti pesta ini tanpa kehadiran sahabat-sahabatku"
"Dan wanita seksi,, jangan lupakan itu" timpal Yunho menambahi.
Changmin terkekeh. Ia memang sedang mencari wanita seksi untuk dijadikan kekasih. Yunho tahu betul seleranya, alasan mengapa pesta ini diadakan di klub malam adalah agar ia sekalian bisa mencari mangsa. Sejak putus dengan namja chingunya beberapa bulan yang lalu Changmin berusaha melupakan bayangan sang mantan dengan mencari sosok pengganti yang berbeda.
"Itu sudah jelas. Karena kau sudah datang ayo kita mulai pestanya"
Pesta dimulai. Musik kencang berdentum. Semua turun kelantai dansa berbaur meliukkan badan mereka. Ada yang hanya sekedar menari ada pula yang melakukannya sambil bercumbu dengan pasangan mereka. Yunho hanya duduk sambil menenggak minumannya santai. Ia sudah berjanji pada Yoona untuk tidak pulang dalam keadaan mabuk.
Yunho tidak tertarik untuk ikut bergabung dengan kawan-kawannya. Ia tidak terlalu suka bersenang-senang dengan cara seperti itu. Ia hanya akan melakukannya jika sedang ingin. Mata musangnya kemudian beralih menatap sahabatnya yang berulang tahun. Changmin sedang minum ditemani dua wanita seksi yang tidak segan bersikap genit dan manja padanya. Mereka bertiga tertawa entah sedang membahas apa. Changmin mengedipkan matanya menggoda Yunho.
Ck wajah mesum itu. Yunho menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan minumnya sendirian. Matanya menyapu lautan manusia yang berdesakan dan beradu mengikuti alunan musik yang menghentak-hentak. Ia bosan, mungkin sudah sebaiknya ia pulang.
Yunho melambaikan tangannya kepada Changmin dari kejauhan bermaksud pamit. Changmin membalas lambaian tangan Yunho dengan mengangkat tinggi gelasnya. Yunho memang tidak bisa berdiam lama di tempat seperti ini.
Banyaknya orang yang berada disana membuatnya sulit bergerak mencari celah. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang hingga orang itu nyaris terjatuh karenanya. Beruntung ia menangkap pinggang orang itu terlebih dulu sebelum orang itu jatuh dan terinjak-injak.
"Ma-maaf aku tidak sengaja" namja yang ia tabrak meminta maaf padanya padahal yang salah adalah dirinya.
Suasana disekelilingnya mendadak hening. Yunho terfokus pada namja yang masih ada dalam pelukannya. Wajah itu sungguh rupawan. Mata bulatnya yang begerak-gerak gelisah, hidung bangirnya serta bibir merahnya yang seolah menyala-nyala. Siapa gerangan namja cantik dihadapannya ini? Wajah indah itu tidak hanya menghipnotisnya namun membuat jantungnya berdetak kencang. Wajah itu terlihat cantik, lugu dan menggoda disaat bersamaan.
"Kau tidak apa-apa?"
"N-ne,, te-terima kasih sudah menolongku ta-tapi bisakah anda melepaskan pegangan anda. Ak-aku tidak nyaman"
Yunho tersadar dan melepaskan cekalannya. Ia masih memperhatikan namja cantik yang sudah menarik perhatiannya itu. Namja itu seperti anak kelinci yang tersesat ditengah hutan. Terlihat ketakutan dan kebingungan. Keinginannya untuk meninggalkan tempat ini hilang. Melihat namja cantik di depannya membuatnya ingin tinggal.
"Mau menari denganku?" Tanya Yunho pada namja lugu itu.
"Uhh aku tidak bisa menari, ini pertama kalinya aku datang ke tempat seperti ini"
Pantas saja pikir Yunho. Namja itu pasti kebingungan dan canggung melihat keadaan sekitar. Seperti dugaannya, namja dihadapannya masih lugu dan polos terlihat dari gelagatnya yang kaku. Mungkin malam ini ia bisa melanggar janjinya untuk bersenang-senang. Namja dihadapannya terlalu menggoda untuk dilewatkan begitu saja.
"Aku belum mengenalkan diri, namaku Jung Yunho"
"Kim Jaejoong"
"Kim Jaejoong eh? Nama yang pas untuk namja secantik dirimu"
Yunho menarik pinggang ramping Jaejoong dan membawanya mengikuti alunan musik. Menyenangkan sekali menari seperti ini ditemani Jaejoong yang menawan. Tidak sia-sia ia datang ke tempat ini.
Semakin malam suasana semakin menggila. Bukannya berkurang justru makin banyak orang yang ikut berpartisipasi. Semakin sesak dan semakin ramai membuat Yunho dan Jaejoong terhimpit erat. Entah mengapa tiba-tiba rasa panas menjalar pada diri Yunho.
Kemeja putih tipis yang Jaejoong kenakan menampilkan lekuk tubuhnya dan hal itu membuat Yunho meneguk liurnya. Ia bisa melihat dada putih mulus Jaejoong lewat celah pada baju yang kancingnya tidak dikaitkan. Belum lagi kedua tonjolan yang seakan menggodanya. Hasratnya untuk mencicipi semua pada diri Jaejoong membucah.
Yunho melesakkan kepalanya pada ceruk leher Jaejoong. Ia mengendus aroma Jaejoong yang membuatnya semakin bergairah. Dengan sengaja dihembuskannya nafasnya tepat ke telinga Jaejoong mengundang lenguhan dari namja cantik itu.
"Kau sangat mempesona" ucap Yunho sembari mengelus pipi merona Jaejoong.
"Ak-aku mau pulang saja"
Sebelum ia sempat pergi Yunho menahannya dan menariknya dalam sebuah ciuman penuh hasrat. Yang dilakukan Jaejoong hanya pasrah dan menerima semuanya. Ia yang semula berniat menolak dan mendorong tubuh Yunho berbalik menarik tengkuk Yunho agar semakin dalam mencumbunya. Kakinya bergetar menahan bucahan perasaan nikmat yang baru pertama ia alami.
"Stay with me tonight" bisik Yunho mesra.
Tak lama setelahnya keduanya tidak terlihat di sudut manapun lantai dansa. Yunho membawa Jaejoong ke sebuah kamar yang tersedia dan mengajaknya mengarungi lautan penuh kenikmatan. Erang, desah dan geraman tertahan terdengar dari kamar yang mereka sewa. Dan kemudian isak tangis menjadi penutup malam panjang itu.
...
Yunho sudah melakukan kesalahan besar. Ia sudah melakukan perbuatan tercela terhadap seseorang yang baru saja dikenalnya. Luka pada tubuh Jaejoong adalah bukti bahwa ia lah yang bersalah.
"Maafkan aku" ucap Yunho penuh sesal. Ia sadar dirinya telah merusak masa depan Jaejoong.
Yang terjadi tadi malam adalah kesalahan fatal. Jaejoong yang baru pertama kali menginjakan kakinya di klub malam hanya bermaksud menuntaskan rasa penasarannya. Teman-teman kuliahnya selalu saja membicarakan betapa menyenangkannya bermain ditempat itu. Jaejoong yang memang pergaulannya tidak seluas teman-temannya nekat datang sendirian. Dan disinilah ia sekarang, meringkuk dipojok ruangan bersama pria dewasa yang semalam menggagahinya.
"Aku kotor hiks eomma dan appa akan mengusirku jika mereka tahu"
Mengapa tadi malam ia sampai melewati batas?. Tidak pernah rasanya ia seperti ini sebelumnya.
"Jika terjadi sesuatu yang buruk aku akan bertanggung jawab" kata Yunho tanpa pikir panjang.
"Sungguh?"
"Aku tidak akan mangkir dari tanggung jawabku"
Yunho bersumpah kepada Jaejoong ia tidak akan lepas tangan begitu saja. Masalah ini ialah penyebab utamanya dan Jaejoong adalah korban. Jaejoong masih terlalu muda untuk menanggung semua ini sendirian. Sembilan belas tahun, Yunho merasa ia sudah kehilangan akal sehatnya. Bisa-bisanya ia melampiaskan hasratnya pada Jaejoong yang usianya sebelas tahun lebih muda dibawahnya.
"Bisakah kau membersihkan badanmu terlebih dulu?"
"Aku tidak bisa jalan. Rasanya sakit sekali dibawah sana"
Yunho menghela nafasnya dalam dan menghembuskannya kasar. Ia lalu mendekati Jaejoong dan menggendongnya ala bridal. Yunho bisa merasakan bagaimana tubuh Jaejoong menegang saat ia menyentuhnya dengan tiba-tiba. Anak ini pasti trauma pikir Yunho.
"Aku hanya akan membantu membersihkan badanmu, tenanglah aku tidak akan berbuat macam-macam"
Yunho membawa Jaejoong kedalam kamar mandi dan membantuna membersihkan diri. Ada rasa ngilu pada dirinya tatkala melihat bercak merah keunguan yang tersebar dibeberapa bagian tubuh Jaejoong. Semalam pasti Jaejoong berusaha menolaknya mati-matian. Bukan hanya melecehkan Jaejoong, dirinya juga sudah menganiaya Jaejoong dan menciptakan kenangan buruk yang akan membekas selamanya pada diri Jaejoong.
...
"Ahjussi aku hamil, ottoke?"
Suara Jaejoong terdengar menyedihkan dan entah kenapa itu menggetarkan hatinya. Sejak malam laknat itu terjadi Yunho tidak pernah bertemu lagi dengan Jaejoong namun ia selalu mengawasi namja cantik itu dari kejauhan. Jaejoong juga tidak pernah menghubunginya sebelumnya, padahal Yunho sudah sejak lama memberikan nomor ponselnya secara cuma-cuma. Kali ini Jaejoong menghubunginya untuk pertama kali dan memberitahukan kabar tentang kehamilannya.
Sejak awal ia sudah menduga akhirnya akan seperti ini. Yunho tidak kaget namun ia kebingungan harus menyelesaikan masalah ini dari mana. Ia berjanji untuk bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada Jaejoong namun disatu sisi ia punya tanggungan lain, tunangannya.
"Kau dimana?"
"Aku sedang berada di klinik, sejak seminggu yang lalu aku tidak enak badan... dan..."
Jaejoong tidak bisa meneruskan perkataannya. Tangisnya lebih dulu menguasai dan membuatnya tidak bisa menyelesaikan perkataannya. Meski begitu Yunho bisa memahami apa yang hendak dikatakan Jaejoong. Yunho meremat ponselnya hingga urat tangannya terlihat menonjol sebagian. Jaejoong pasti dalam keadaan terpukul Yunho menyalahkan dirinya sendiri atas kehancuran dan keterpurukan yang dirasakan Jaejoong saat ini.
"Tunggu disana, aku akan menjemputmu"
...
Yunho tidak bisa menyembunyikan masalah ini lebih lama lagi. Perut Jaejoong akan semakin membesar dan lambat laut orang-orang akan mencurigainya. Remaja seusia Jaejoong masihlah labil. Ia masih dalam masa transisi dari seorang bocah menuju dewasa dan masalah ini tentu mengganggu perkembangan emosi dan
Pola pikirnya.
Jaejoong bahkan sempat mengutarakan keinginannya untuk menggugurkan anak yang sedang dikandungnya. Saat mendengar perkataan Jaejoong yang satu itu Yunho tersulut emosi dan memarahi Jaejoong habis-habisan. Tapi kemudian Yunho sadar, Jaejoong berada dibawah tekanan hingga berucap seperti itu. Sebagai orang yang lebih dewasa secara usia dan pemikiran Yunho seharusnya menenangkan Jaejoong dan bukan malah ikut menekannya.
Karena keadaan yang semakin tidak menentu Yunho memutuskan untuk membicarakannya dengan kedua orang tuanya. Ia bisa saja tetap menjadi tunangan Yoona dan membiarkan Jaejoong begitu saja. Toh tidak ada yang tahu mengenai masalah ini. Hanya saja Yunho tidak bisa bersikap acuh dan mengabaikan Jaejoong juga darah dagingnya. Anak itu ada karenanya dan masalah yang terjadi bukan hanya itu saja, Yunho juga harus mempertanggung jawabkan segala bentuk perbuatannya kepada Jaejoong.
"Eomma, appa, aku tidak bisa melanjutkan pertunanganku dengan Yoona"
Kedua orang tua Yunho dibuat terkejut dengan pernyataan yang baru diucapkannya. Mereka saling melirik tidak mengerti mengapa putra mereka ingin memutuskan hubungan pertunangannya, padahal selama ini menurut mereka hubungan keduanya terlihat baik-baik saja.
"Katakan apa alasannya" ucap Mr.Jung tegas.
Yunho menelan ludahnya gugup sebelum menjawabnya. Ini adalah saat dimana ia harus mengakui aib yang sudah diperbuatnya.
"Aku menghamili seseorang"
Kedua orang tua Yunho kembali dibuat terkejut mendengar pengakuan Yunho. Mereka tidak pernah menyangka putra kebanggaan mereka akan bisa melakukan hal seperti itu. Mr.Jung menatap kecewa putranya sementara Mrs.Jung tidak kuasa menahan tangisnya. Yunho sudah mencoreng nama baik keluarganya dengan perbuatan tercelanya ini.
"Siapa orang itu?" Tanya Mr.Jung setengah lesu.
"Eomma dan appa tidak mengenalnya, dia masih remaja umurnya bahkan baru sembilan belas tahun. Maafkan aku appa, eomma"
Mrs.Jung memilih masuk ke kamarnya dan menenangkan dirinya sendiri. Ia tidak tahu harus menyikapi kejujuran putranya ini seperti apa, satu hal yang pasti ia sangat kecewa. Selama ini ia mendidik Yunho dengan benar, tidak dimanjakannya secara berlebih tidak pula terlalu dikekangnya. Mungkinkah selama ini ada yang salah dengan didikannya hingga hal seperti ini bisa terjadi?.
Tersisa sepasang ayah dan anak yang saling mendiamkan diri di ruang keluarga. Yunho menanti-nanti apa yang akan dikatakan oleh ayahnya dengan cemas.
Mr.Jung jelas marah dan kecewa dengan perbuatan Yunho. Namun ada secuil rasa bangga dihatinya karena putranya berani mengatakan semuanya dengan jujur. Ada banyak orang yang mempunyai masalah seperti Yunho dan kebanyakan dari mereka memilih menutupinya atau berpura-pura hal itu tidak pernah terjadi. Setidaknya putranya bersikap jantan dengan mengakui kesalahannya dan bersedia bertanggung jawab.
"Kau harus menjelaskannya pada Yoona dan kedua orang tuanya dan persiapkanlah hatimu jika mereka tidak menerima keputusanmu"
"Ne appa, aku mengerti"
"Kapan kau akan mengatakannnya pada keluarga Yoona? Sebagai orang tuamu aku harus turut menjelaskan masalah ini"
"Secepatnya appa, terima kasih sudah mau mengerti"
"Sejujurnya aku kecewa padamu nak, tapi kurasa anak yang kau hamili itu lebih membutuhkan pertanggung jawabanmu dibandingkan dengan Yoona"
Yunho mengangguk setuju, pemikiran itulah yang membuatnya mantap berkata jujur kepada appa dan eommanya. Yoona sudah dewasa dan lagi ia adalah wanita intelektual dan berkepribadian kuat tidak seperti Jaejoong yang rapuh dan masih labil.
"Setelah urusanmu dan keluarga Im selesai, segera bawa anak itu kemari. Secepat mungkin pernikahan kalian harus terlaksana"
...
Keluarga Im murka dan merasa dipermalukan dengan kedatangan Yunho juga appanya yang memutuskan ikatan pertunangannya dengan putri kesayangan mereka. Apalagi setelah mengetahui penyebabnya, mereka memaki Yunho dan mencemoohnya terang-terangan. Yunho dan appanya tidak melawan ataupun berusaha membela diri. Sejak awal Yunho sudah diperingati untuk mengerti jika keluarga Im melampiaskan kemarahannya padanya.
Yunho bahkan tidak melawan saat kepala keluarga Im menamparnya dan menghadiahkannya bogem mentah. Jika bukan karena Yoona yang memohon agar appanya tidak menghajar Yunho lebih jauh maka sudah dapat dipastikan Yunho akan pulang dengan luka lebih parah.
Yunho jelas merasakan seberapa terlukanya Yoona melalui tatapan mata mereka yang bersibobrok. Tapi Yunho sudah tidak bisa mundur, ia sudah mengatakan semuanya dan ini demi membuktikan pertanggung jawabannya pada Jaejoong.
Sepulangnya ia dari kediaman keluarga Im, Yunho meminta izin kepada appanya untuk menemui Jaejoong. Ia harus menjelaskan hal ini juga kepadanya. Semoga saja Jaejoong bersedia untuk ia nikahi, akan percuma saja semua yang Yunho lakukan jika Jaejoong menolak menikah dengannya.
Usia mereka memang terpaut jauh. Sebelas tahun bukanlah jarak yang dekat. Ibaratnya ketika Jaejoong baru memasuki jenjang usia sekolah Yunho sudah mengarungi kehidupan remajanya. Namun usia hanyalah hitungan angka, Yunho selalu meyakini dirinya hanya ingin menikah satu kali. Keberhasilan rumah tangga orang tuanya menjadi panutan untuk ia ikuti. Meskipun jika ia menikah dengan Jaejoong semuanya berawal karena alasan tidak baik tapi Yunho akan berusaha membina kehidupan yang baik dengan Jaejoong dan anak mereka.
...
"Ahjussi kenapa wajahmu babak belur?"
Tanya Jaejoong keheranan. Terakhir mereka bertemu tiga hari yang lalu wajah Yunho masih baik-baik saja.
"Ini yang kudapat setelah aku memutuskan hubungan pertunanganku" Jawab Yunho terkesan enteng. Entah mengapa ia tidak merasakan perasaan berat sama sekali saat mengatakannya.
"Ahjussi punya tunangan?" Kata Jaejoong terkejut. Yunho lupa menjelaskan masalah tunangannya pada Jaejoong. Selama ini ia hanya mengurusi semua keperluan yang Jaejoong butuhkan dan tidak pernah menceritakan apapun.
"Ne, tapi sejak tadi siang kami tidak lagi punya hubungan apapun"
"Apa itu karena aku? Ahjussi aku minta maaf, ahjussi pasti sedih karena harus berpisah dengan orang yang ahjussi cintai. Ini belum terlambat, ahjussi masih bisa berbaikan dengan tunangan ahjussi"
Yunho pikir Jaejoong akan berteriak menuntut pertanggung jawabannya dan memintanya melupakan sang tunangan tapi yang didengarnya justru Jaejoong menyuruhnya berbaikan dengan mantan tunangannya itu.
"Kau tidak senang aku dan tunanganku berpisah?, kenapa?"
Jaejoong memainkan kedua jari telunjuknya. Kepalanya tertunduk dengan ekspresi sesal diwajahnya.
"Karena aku tidak ingin menjadi penyebab keretakan hubungan ahjussi. Aku tidak akan berpikiran menggugurkan anak ini lagi jadi ahjussi bisa lega"
Yunho mendekat dan menarik kedua tangan Jaejoong dan menggenggamnya erat. Ia bisa melihat mata Jaejoong yang berkaca-kaca dari jaraknya saat ini.
"Aku sudah berjanji akan bertanggung jawab, kau tidak perlu merasa bersalah. akulah yang berdosa karena sudah memaksakan diriku padamu"
"Tapi ahjussi, kau sudah mengorbankan perasaanmu gara-gara aku"
"Dan aku sudah merusak masa depanmu, berarti kita impas. Jadi kapan aku bisa menemui kedua orang tuamu?"
"Un-untuk apa ahjussi menanyakan orang tuaku?"
"Pabbo, tentu saja untuk melamarmu"
"Me-melamarku?! Tapi kenapa? Eh tapi kalau ahjussi mau melamarku berarti kita akan menikah?"
Yunho tergelak melihat namja didepannya yang tiba-tiba heboh sendiri. Untung saja mereka berada dipojok restoran sehingga tidak ada yang memperhatikan mereka.
"Kita memang harus menikah, kasihan anak itu jika hubungan kita tidak jelas"
Mata Jaejoong mengerjab. Jadi lagi-lagi karena masalah anak yang sedang dikandungnya mereka juga harus menikah.
"Ahjussi kan tidak mencintaiku, aku juga tidak menyukai ahjussi. Memang boleh ya orang yang tidak saling mencintai menikah?" Tanya Jaejoong polos.
Alih-alih menjawab pertanyaan konyol Jaejoong Yunho malah menghampiri namja cantik itu dan memeluknya erat. Lagi, Yunho bisa merasakan tubuh Jaejoong yang menegang karena perlakuan tiba-tibanya.
"Aku bisa belajar mencintaimu, sepertinya itu tidak akan sulit. Bagaimana denganmu?"
"Ak-aku tidak tahu"
"Kita coba jalani saja, jangan menolak untuk kunikahi"
"Ba-baiklah, aku bersedia"
Jika saja pembicaraan mereka terdengar oleh orang lain makan Yunho pasti akan di cap tidak romantis karena melamar kekasihnya tanpa sebuket bunga ataupun persiapan cincin. Tapi kenyataannya mereka memang bukan sepasang kekasih, mereka adalah dua orang yang terpaksa terikat akibat dari malam panas yang mereka habiskan bersama.
Yunho tersenyum puas mendengar kesediaan Jaejoong untuk dinikahinya. Sepertinya ia sudah mulai tertarik pada namja cantik yang tidak sengaja ia tiduri. Dan kemungkinan besar jatuh cinta padanya juga tidak akan membutuhkan waktu lama.
Sementara itu Jaejoong tidak membalas pelukan Yunho. Ia membiarkan ahjussi yang sudah menidurinya itu memeluknya bebas. Namun wajah cantiknya menunjukan sebuah senyum misterius.
[?]
[?]
[?]
"Hyung, aku menyukai temanmu"
"Dia sudah punya tunangan dasar bodoh! , dan sebentar lagi mereka akan menikah"
"Urhh padahal aku sangat menyukainya,Sayang sekali"
"Kau sangat menyukainya?"
"Iya, aku sangat menyukainya"
"Kalau begitu rebut saja dia dari tunangannya, mudah kan?"
"Hyung sudah gila! Bercandanya tidak lucu"
"Aku serius, jika kau sebegitu menyukainya aku akan membantumu agar bisa mendapatkannya"
"Kenapa hyung bicara seperti itu?"
"Karena aku menginginkan tunangannya, jadi jika kau mau kita bisa saling membantu"
"Memang boleh seperti itu? Bukankah dia sahabatmu hyung?"
"Ne, tapi aku mencintai Yoona. Lagi pula Yunho tidak punya perasaan apa-apa terhadap Yoona"
"Tapi bagaimana caranya agar dia bisa menjadi milikku hyung, dia bahkan tidak kenal padaku"
"Aku akan mengurusnya, yang perlu kau lakukan adalah mengikuti semua saranku"
"Baiklah"
"Dan Joongie...."
"Ne?"
"Jika kau ingin memiliki apa yang kau inginkan jangan berbuat setengah-setengah. Pertaruhkan dan korbankan semua yang kau miliki, maka keberhasilan untuk mendapatkan keinginanmu akan semakin besar. Kau mengerti?"
"aku mengerti, Changmin hyung"
E.n.d
Share this novel