Di sebuah ruangan yang gelap gulita, seorang wanita penyihir terlihat sedang mencari sesuatu dengan menggunakan media bola kristal, bola kristal tersebut merefleksikan sebuah gambar pulau kecil lalu tidak lama kemudian wanita penyihir itu melihat seorang pria dengan topeng putih yang sedang duduk di atas batu besar.
"Aha! akhirnya aku menemukanmu Pria Bertopeng Keparat!" Pikir wanita penyihir sambil mengawasi pergerakan Pria Bertopeng Malaikat itu yang terefleksi di bola kristalnya. "Dalam kitab Iblis, dikatakan pada zaman kekacauan akan datang seorang Pria Bertopeng Malaikat yang akan menghancurkan Kerajaan Sihir yang telah menaklukkan dunia selama berabad-abad hanya dalam hitungan hari, tak kusangka aku dapat menemukan Pria Bertopeng yang dimaksud, selama berabad-abad kami para penyihir telah memanfaatkan Kitab Iblis untuk mencegah Peristiwa besar di masa mendatang, seperti lahirnya $@#*# yang akan mengancam keberadaan penyihir, dan jangan lupa peristiwa pemburuan penyihir di Eropa, kami semua sudah melewati masa-masa kelam dan telah terhindar dari kepunahan berkat kitab itu, dan sekarang untuk mencegah hancurnya kerajaan sihir di tangan Pria Bertopeng Malaikat itu, aku Julia Penyihir kelas atas akan menghabisi Pria Bertopeng itu dengan sihir kutukanku yang sangat kuat!"
Wanita Penyihir itu pun mulai merapalkan sebuah mantra kutukan kepada Pria Bertopeng Malaikat, namun belum selesai merapalkan mantranya tiba-tiba saja Bola Kristal yang dipegang wanita penyihir itu terbelah menjadi dua dan pada waktu yang sama wanita penyihir itu berteriak kesakitan karena tubuhnya tiba-tiba saja terbakar oleh api hitam yang mengandung energi negatif.
"HYAAAA!" Jerit wanita itu berguling-guling di lantai karena tidak kuat dengan panasnya api hitam yang menjilati tubuhnya, dan dalam waktu bersamaan energi negatif di dalam api hitam itu menyerang mental wanita penyihir itu hingga membuatnya setengah gila.
"Pria Bertopeng Keparat...!" Dengan tubuhnya yang gosong wanita itu terlihat masih bisa bertahan, sambil mempertahankan kesadarannya wanita penyihir itu merayap pelan menghampiri seekor burung hantu yang sedang bertengger di bangku.
"A-aku ha~rus melaporkannya pada Dewan Penyi-hir!" Ucap wanita itu mempertahankan kesadarannya, lalu sebuah gulungan kertas terbang mendekati burung hantu itu lalu setelah gulungan kertas itu terkalung di leher burung itu, burung hantu itu pun terbang dan menghilang dengan misterius. "P-Pria Bertopeng itu harus segera dibinasakan atau kita para penyihir yang telah lama menguasai dunia akan..." Belum menyelesaikan kata-katanya wanita penyihir itu tewas terbakar bersama rumahnya.
***
Sementara itu di Desa Anjing, Tangerang Selatan...
"Sayang aku pergi," ucap Ramza kepada istrinya.
"Ya sayang, hati-hati!" sahut Kasumi yang sedang mencuci pakaian di sumur.
"HUPLA!" Ramza melompat tinggi dan mendarat di atas atap rumah tetangganya, lalu ia pun berlari dan melompat dari atap ke atap lainnya, lalu setelah berlari cukup lama ia pun melompat tinggi dan terbang di udara dengan mengandalkan kemampuan pengendalian anginnya.
"HYAAAH!! KECEPATAN PENUH!" Seru Ramza terbang dengan kecepatan enam puluh kilometer per jam.
"Aku tak menyangka dapat menikahi seorang wanita yang sangat kukagumi, dulu bagiku Kasumi adalah sebuah bunga di tebing jurang yang tidak mungkin bisa kugapai tapi sekarang aku dapat menggenggam bunga itu dan merasakan keindahannya!" batin Ramza bersemangat dan menambah kecepatannya menjadi seratus dua puluh kilometer per jam. "Sekarang aku benar-benar bahagia, Kasumi, entah kenapa saat aku berada di sisimu aku merasa bisa melewati rintangan seberat apapun!"
"MALIING!"
Tiba-tiba Ramza mendengar seseorang yang berteriak 'maling', Ramza pun menoleh ke arah sumber suara dan melihat seorang pemuda yang sedang mengejar kawanan geng motor yang menggondol sepeda pemuda itu.
"Hari gini maling sepeda hadeuh... dah gitu yang dipaling sepeda butut lagi..." Batin Ramza menggelengkan kepalanya. "Paling hasilnya cuma untuk mabuk-mabukan, atau mungkin karena mereka punya dendam pribadi pada orang itu, fuh memikirkannya saja sudah membuatku muak, baiklah akan kubunuh mereka!" Ramza menambah kecepatannya dan mendarat seratus meter di depan kawanan geng motor itu.
Saat mereka melihat Ramza yang mencegat mereka di kejauhan, kawanan geng motor itu langsung berbalik arah sambil menghindari mobil-mobil yang melaju kencang, mereka semua takut pada Ramza karena mereka tahu kalau Ramza adalah salah satu dari empat belas anggota The Blue Sky yang telah berjasa membantai ratusan ribu orang menyimpang di Indonesia, dan orang yang terkenal paling keji di Organisasi itu adalah Ramza si Iblis Biru.
"Jangan harap kalian bisa kabur dariku!" Ramza mengambil pedang dari sarungnya yang terletak di belakang punggungnya. "Wahai para pendosa, jiwa kalian telah ternoda oleh setan, berbuat baik saja tidak akan cukup untuk menutupi dosa kalian yang sangat besar, kematian adalah satu-satunya jalan untuk kalian, wahai para pendosa!" Seru Ramza lalu menebas udara dengan pedangnya lalu dari tebasannya tiba-tiba saja muncul sebuah pisau angin yang sangat tajam.
*BWUSH!*
Pisau angin itu melesat dengan kecepatan tinggi dan memotong semua kendaraan yang di laluinya.
*JDAR!!*
Semua kendaraan yang terpotong tiba-tiba meledak karena terkena tekanan udara pisau angin yang sangat tinggi.
"UUAAAKKH!" dalam sekejap puluhan kawanan geng motor itu perutnya terbelah oleh pisau angin milik Ramza, namun ada lima anggota geng motor yang selamat karena melompat dari motornya, dan tidak peduli dengan rasa sakit serta tulangnya yang patah kelima anggota geng motor itu langsung bangkit dan berlari dengan sempoyongan.
Melihat kejadian tersebut para pengendara mobil dan motor yang berada di kejauhan segera menghentikan laju kendaraannya, dan sebagian ada yang mengambil jalan lain karena terburu-buru atau takut dengan Ramza.
*BWUSH!*
Ramza terbang dengan kecepatan tinggi dan berseru. "KENAPA KALIAN TIDAK PURA-PURA MATI SAJA, HAH! APA KALIAN PIKIR KALIAN BISA LOLOS DARIKU! JANGAN KONYOL KUBUNUH KALIAN!"
Dalam hitungan detik Ramza menyusul mereka dan mendarat tepat di depan mereka berlima.
Melihat Ramza berdiri tepat dihadapannya, ke lima anggota geng motor itu langsung sujud dan memohon ampun kepada Ramza.
"Fuh, maaf tapi kami tidak mengenal ampun,"
"CIH, KAU PIKIR KAU TUHAN, HAH!" Bentak salah satu anggota geng motor itu.
*JRASH!*
Setelah mengatakan itu salah satu anggota geng motor itu tiba-tiba saja tercabik-cabik oleh pisau angin milik Ramza hingga sekecil debu, butiran-butiran daging sekecil debu yang tercampur dengan darah segar terlihat membasahi aspal dengan warna merah.
Melihat temannya tewas dengan tragis keempat anggota geng motor itu pun langsung berlari tungang langgang.
"MO-MO-MO-MONSTER!"
*ZRAASH!*
Dalam sekejap mata keempat anggota geng motor itu terpotong hingga sekecil debu saat Ramza menyarungkan kembali pedangnya ke belakang punggungnya.
"Aku bukan Tuhan, tapi membiarkan kalian hidup tidak akan menciptakan dunia ideal yang kuimpikan."
***
Sementara itu...
DESA ANJING, TANGERANG SELATAN.
Di samping rumahnya, Kasumi yang tengah hamil lima bulan terlihat sedang sibuk menjemur pakaian.
Satu demi satu Kasumi mengambil pakaian basah yang ia taruh di dalam bak lalu ia memerasnya hingga kering dan menaruhnya di tali jemuran.
Belum selesai menjemur semua pakaian, dengan terburu-buru Kasumi mengambil hp android dari saku celananya, wanita bermata merah itu terlihat sangat terpaku dengan layar smartphone-nya lalu setelah lama memerhatikan layar smartphone-nya tiba-tiba saja air mata mulai membasahi pipi wanita bermata merah itu.
Di layar Smartphone-nya terlihat foto Fazz yang sedang menyeruput minuman coklat bersama dirinya di sebuah FoodCourt Mall Sumarecon Serpong.
"Hiks.. hiks.. Fazz..." Kasumi tidak bisa membendung kesedihannya dan tidak lama kemudian ia pun menangis seperti anak kecil. "HUUWAAAA...!"
Jerit tangis Kasumi membuat ibu-ibu yang kebetulan lewat segera menghampirinya dan berusaha menenangkan wanita bermata merah itu.
"Istighfar neng, istighfar..." ibu-ibu itu berusaha menenangkannya dan segera memanggul bahu Kasumi dan membawanya berjalan menuju rumahnya.
"Hiks.. hiks.."
To be Continued...
Share this novel