Rate

Prolog

Fantasy Series 197

Deru nafas tak beraturan menghiasi malam itu. Seseorang bertudung hitam terus mengejar Si Bocah dan Gadis kecil yang sedari tadi berpegangan tangan dan terus berlari. Mereka berlari tanpa arah, satu-satunya yang menjadi penuntun mereka adalah bulan purnama yang begitu terang. Bercak darah dimana-dimana, keindahan bulan yang begitu indah telah ternoda dengan kematian orang-orang yang sama sekali tak berdosa.

Langkah mereka terhenti, ketika seseorang bertudung hitam tiba-tiba ada dihadapannya. Mereka berbalik arah dan berlari lagi. Mereka tersentak. Ketika dihadapan mereka terdapat jurang yang tak nampak dasarnya itu.

Gadis itu lantas melukai jarinya dengan pisau yang sedari tadi tersimpan di dalam sakunya. Di torehkannya darah yang mengalir itu ke kening sang bocah. Ia mengatakan sesuatu pada bocah itu, sedetik kemudian ia mendorong bocah itu ke jurang.

*****

Tetesan keringat mengalir dari pelipis Sang Pemuda bersurai kelabu , dengan nafas terengah-engah ia menatap sekelilingnya, ketakutan terlihat di matanya yang sebiru lapis lazuli. Perlahan ia menoleh ke balok yang berdiri di atas lacinya itu, menunjukkan pukul 07.00 a.m

"Astaga! Aku terlambat!" teriaknya, sembari bergegas untuk bangun.

Ia hanyalah siswa tahun pertama sekolah menengah ke atas biasa, yang kini tengah berlari karena sedikit terlambat.

Pemuda itu, Alexander. Nafasnya kini terengah-engah. Berlari seperti ini bukanlah hal yang biasa lakukan. Ia tak peduli seberapa cepat ia berlali, yang penting ia bisa sampai sekolah tepat waktu.

Langkahnya terhenti, seorang gadis beriris amethyst berdiri di hadapannya. Pakaian aneh membuat Alexander menatap malas.

Apakah dia sedang meng-cosplay?

"Kau siapa?" entah mengapa pertanyaan itu langsung terlontar dari mulutnya. Alexander tak berfikir apakah gadis itu benar-benar berniat untuk mencegatnya. Sungguh payah!

Gadis itu tersenyum simpul, "Maafkan aku Alexander. Aku akan membawamu paksa!"

Bagaimana gadis itu bisa mengetahui namanya. "Tunggu dulu! Bagaimana kau ___"

Tanpa sempat bertanya gadis itu mengayunka tongkat yang sedari tadi ia genggam. Manik amethyst sang gadis berpakaian aneh kini menatap serius pemuda seputih salju itu. Cahaya bersinar terang muncul dari bawah telapak kakinya, sebuah lingkaran floral muncul. Cahayanya kian semakin terang, terang dan terang.

Sedetik kemudian angin kencang mulai mengitari Alexander. Cahaya emas semakin terang, membuat Alexander mulai kehilangan kesadarannya. Hingga akhirnya...

Hilang.

Alexander begitu pula sang gadis berpakaian aneh lenyap. Hanya meninggalkan dedaunan yang rontok akibat hembusan angin beberapa saat lalu.

To be Continued...

Happy Reading !

Nanda

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience