Rate

Pertemuan

Romance Series 627

"Felisha! Cepat bangun! Katanya hari ada janji dengan pak Gunawan." Teriak seorang ibu-ibu berusia kira-kira 45 tahun dari bawah tangga. Namun jika melihatnya secara langsung tak akan ada yang percaya ia sudah setua itu. Dengan wajah baby face, badan yang mungil tak heran jika ia kadang masih di kira ABG.

"Hmmm. Ibu berisik banget sih. Gak tahu apa anaknya  kan masih ngantuk gara-gara tadi malem maraton nonton anime." Gumam seorang gadis dari balik selimut dan bukannya bangun ia malah semakin menengelamkan dirinya di balik selimut.

"Felisha! Ini udah jam 08.00. Mau sampai kapan kamu tidur." Teriak ibunya lagi yang kali ini lebih keras.

Mendengar teriakan merdu ibunya, yang mampu membuat semua tetangga berterima kasih karena tak perlu lagi repot-repot berteriak ataupun menyalakan alarm demi membangunkan anggota keluarga.

Sukses membuat Felisha segera membelakkan mata. Sekitar lima detik ia terdiam, mengingat kembali apa yang barusan di katakan oleh ibunya.

"Mampus, padahal aku janji ketemu jam 08.00. Aahhhhhh!" Teriaknya dan segera belari menuju kamar mandi setelah secara acak mengambil pakain dari lemarinya. Dan setelahnya terdengar suara air dari dalam kamar mandi.

Tak perlu waktu lama, hanya dalam kurun waktu lima menit Felisha sudah selesai mandi dan kini ia sedang merias dirinya. Meskipun di bilang merias ia hanya menaburkan bedak tipis di wajahnya dan mengoleskan lipstik warna peach.

Ia lalu berdiri di depan kaca tinggi di kamarnya untuk melihat penampilan akhirnya.

Seorang gadis berkulit kuning langsat, memiliki tumbuh sedikit kurus, untuk wajahnya yang mengenakan make up natural bisa di bilang cukup cantik meninggat ia adalah seorang perempuan.

Dari penampilannya sekarang bisa di lihat bahwa Felisha bukan tipe cewek fasionable karena sekarang ia hanya mengenakan kulot berwarna navy dipadukan dengan kaos panjang berwarna cream. Untuk rambutnya sendiri ia memilih model kucir ekor kuda.

"Okay, perfect." Ujarnya setelah puas melihat pantulan dirinya di cermin.

Segera setelah ia keluar kamar ia segera menyambar tas yang berada di depan TV, mengecek kembali isi di dalamnya. Setelah ia merasa bahwa semua sudah lengkap ia menengok jam tangan di tangan kanannya.

"Kurang 20 menit lagi." Ujarnya sembari berjalan ke arah dapur.

"Hlo, udah mau berangkat? Gak sarapan dulu?" Ujar ibu Felisha saat mendapati sang anak kini berada di depan pintu dapur.

"Enggak mah, nanti aja udah telat banget ini. Aku pamit ya mah." Ujar Felisha sambil meraih tangan mamahnya dan mencium pungung tangan mamanya.

"Hati-hati." Balas ibu Felisha diikuti ciuman di kedua pipi Felisha.

Setelah adengan berpamitan selesai Felisha segera bergegas menuju sepeda motornya yang berada di halaman rumah.

Ia langsung menyalakan motornya dan mengendarainya menjauhi rumah. Kurang lebih 10 menit, waktu yang di perlukan Felisha untuk sampai di rumah pak Gunawan.

Ia berhenti di halaman sebuah rumah joglo yang memiliki perkarangan paling luas jika di banding rumah di sekitarnya.

"Apa kakek dan nenek kedatangan tamu?" Tanya Felisha pada dirinya sendiri saat melihat sebuah mobil honda jazz terpakir apik di garasi rumah ini.

Felisha tak terlalu memusingkan mobil itu lagi ketika ia sadar bahwa ia sudah sangat terlambat. Setelah ia memarkirkan sepeda motornya di samping mobil hitam tadi. Ia segera berbegas menuju pintu rumah.

"Assalamu'alaikum."

Tak perlu waktu lama, sesaat setelah Felisha mengucapkan salam pintu kayu besar itu terbuka. Dan menampakan seoarang lelaki dewasa dengan balutan kaos biru muda yang dan celana pendek berwarna cream.

'Nikahin adek bang.' Batinya tanpa sadar saat melihat lelaki itu lebih jelas. Seorang lelaki tampan atau bisa di bilang sangat tampan di tambah dengan body yang okay. Lihat betapa tegap dan lebarnya bahu itu. Dan jangan lupakan dada lebar itu yang di perindah dengan tonjolan otot yang tercetak jelas dari balik kaosnya.

"Ah, maaf saya Felisha yang biasa merawat kakek Gunanawan. Apa kakek ada?" Ujar Felisha setelah menghilangkan khayalan bodohnya.

Si cowok tetap diam di depan pintu sembari melihat Felisha dari atas hingga bawah yang sedikit membuat Felisha tak nyaman.

"Anu, maa-"

Belum selesai Felisha menyelesaikan perkataannya sebuah suara dari arah belakang si cowok mengentrupsinya.

"Tak kira siapa Nduk. Ayo masuk sini." Ujar suara itu aka kakek Gunawan.

"Permisi." Ujar Felisha sopan saat melewati si cowok tadi yang hanya terdiam.

"Kakek, maaf ya saya baru datang sekarang. Padahal saya janji ke sini jam 08.00." Setibanya Felisha di depan kakek Gunawan ia mengucapkan maaf sambil mencium pungung tangan kakek gunawan.

"Haha, gak papa nduk. Yang penting kamu datang nduk, kakek sudah sangat senang." Ujar Kakek sembari mengelus puncak kepala Felisha.

Semua orang yang melihatnya pasti akan percaya jika mereka di sebut kakek dan cucunya. Tapi nyatanya salah meskipun kakek Gunawan dan nenek Gunawan sudah menganggap Felisha seperti cucu mereka sendiri.

"Kita mulai sekarang atau nanti kek?"

"Sekarang aja nduk, biar kakek bisa segera kenalin kamu sama cucu kakek seperti janji kakek tempo hari." Ujar Kakek yang tampak sangat bahagia saat mengatakan bagian akhir. Yang sukses membuat Felisha mengeryitkan dahi tanda bingung.

Tapi ia memilih tak memikirkan perkataan kakek Gunawan dan lebih memilih fokus dengan perkerjaannya sekarang menganti perban di perut kakek Gunawan.

"Gimana kek? Masih sakit?" Tanya Felisha di sela-sela mempersiapkan peralatan.

"Udah enggak, kemarin juga udah keringkan nduk?" Ujar kakek sambil merebahkan dirinya di kursi panjang.

Sekarang mereka sudah berada di ruang keluarga untuk menganti perban kakek Gunawan sehabis operasi.

"Memang kek, jadwal kontrolnya rabu kan paling besok sekalian di buka perbannya soalnya ini udah kering jahitannya." Ujar Felisha sambil melihat luka jahitan di perut kakek.

Felisha dan kakek Gunawan asyik dengan dunia mereka sendiri. Felisha yang dengan hati-hati dan lembut mengati perban kakek Gunawan tampak begitu akrab layaknya cucu dan kakeknya. Mereka bahkan tak menyadari seseorang yang kini menatap mereka datar.

"Hlo Noel, ngapain kamu berdiri di sini? Kalau tertarik di deketin dong." Ujar Nenek Gunawan pada Noel aka cowok ganteng tadi dengan nada mengoda.

Godaan yang di lontarakan nenek Gunawan sukses membuat dua orang yang sendari tadi sibuk dengan dunia mereka sendiri mengalihkan perhatiannya pada Noel.

Noel yang di pandangin oleh dua pandangan bahagia dan satu pandangan bingung memilih tetap tenang dan duduk di kursi tepat di depam kakek Gunawan dan Felisha berada.

"Hoho, dia malu rupanya." Goda Nenek Gunawan lagi sembari meletakan minuman dan cemilan di atas meja yang memisahkan kursi tempat Noel duduk dengan Kakek Gunawan.

Noel yang mendengar godaan neneknya memilih tak mengubrisnya dan sibuk memaikan smartphonenya.

"Nenek, gak usah repot-repot." Ujar Felisha sambil memebereskan peralatannya dan meminta izin untuk cuci tangan ke kamar mandi.

Kurang lebih lima menit Felisha di kamar mandi. Sekembalinya ia ke ruang tamu. Ia bisa melihat kini kakek dan nenek sedang duduk sambil menatapnya dengan senyum lebar.

Sedangkan Noel yang duduk membelakanginya tak menoleh sedikitpun padanya.

"Sini nduk duduk. Kakek mau kenalin kamu sama cucuk kakek. Kemarinkan kakek bilang mau ngenalin kamu ke cucu kakek." Jelas kakek Gunawan yang tak henti-hentinya melempar senyum padanya.

Felisha hanya dapat menurut dan kini ia duduk di depan kakek nenek Gunawan dan di samping Noel.

"Kenalin ini cucu kakek, Noel." Ujar kakek sambil menunjuk pada Noel.

"Felisha." Ujar Felisha sembari mengulurkan tangan pada Rayhan yang duduk di sampingnya.

"Noel." Balasnya singkat sembari membalas jabatan tangan Felisha. Hanya jabatan tangan singkat.

"Kakek, bisakah kalian memberi kami waktu berdua?" Tanya Noel pada kakeknya yang di balas angukan semangat dari kedua pasangan baruh baya ini.

"Kalau gitu aku pinjam ruang baca kakek dulu ya." Ujar Noel sambil menarik tangan Felisha dan menuntunnya ke ruang baca kakeknya.

"Hei, kamu mau bawa aku kemana?" Tanya Felisha.

Noel tak menjawab ataupun mengeluarkan sepatah katapun ia tetap menyeret Felisha ke ruang baca kakeknya tanpa memperdulikan protesan dari Felisha.

"Ayo kita menikah." Kalimat pertama yang di ucapkan oleh Noel ketika mereka berada di tengah ruang baca kakek gunawan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience