Rate

PART 1 " PERKENALAN"

Romance Series 251

Dewi adalah seorang wanita yang tidak cantik, judes dan cuek.
Saat itu, Dewi sedang senang-senangnya main ke pondok.
Dilihatnya semua santri. Dari santriwati dan santriwan.
Meskipun mereka dilingkungan pondok, namun ada jadwal seminggu sekali mereka dipertemukan untuk olahraga. Tapi tetap antara lelaki dan perempuan terpisah jaring Net Volly.
Setelah beberapa lama Dewi sering ke pondok, dewi terheran-heran ketika melihat sosok lelaki yang belum pernah Dewi temui.
Lelaki itu sangat dewasa nan tampan.

"Ning, itu siapa ya? rasanya saya baru lihat" tanya Dewi pada nining

"Oh, itu? yang ganteng itu. Dia Kang Ali. Baru datang dari luar kota karena besok Abah akan ada acara. Dan dia ahli hadroh. Dia seorang abdi ndalem di salah satu pondok pesantren ternama di kotanya. Dia menjadi anak ponpes sejak dia SD.
Dia mahir bahasa Arab dan bahasa Jepang.
Dia tampan, suara dia saat mengaji sangat merdu dan fasih. Saya saja klepek-klepek.haha" sahut nining.

"Eh, kok kamu tahu banyak?"

"Iya, umy yang cerita. Dia juga sedang mencari istri katanya"

"Secakep itu mencari istri sampai sini?" Heran Dewi.

Sejak saat itu, Dewi sering melihat Kang Ali sedang latihan hadroh di aula. Terlebih lagi jadwal hadrah lebih diperbanyak karena akan menghadapi sebuah acara.
Kebetulan aula pondok dan perpustakan bersebrangan.
Sesekali Dewi melirik tajam Kang Ali.
Dan begitupun dengan Kang Ali yang terkadang kepergok melihat Dewi.

Banyak orang yang tertarik dengan sosok Ali. Namun, saat itu Dewi tidak merasa tertarik. Hanya rasa kagum karena suara merdunya.
Dewi fikir, Kang Ali terlalu dewasa juga untuknya. Jadi, tak cocok.
Dari rumpian anak-anak, ternyata usia Kang Ali 26 tahun.
Padahal, dewi kira usia Kang Ali 23 tahun.

"Eemmmh baby face dong" gumam dewi.

Beberapa kali Dewi bertemu Kang Ali tanpa sengaja.
Saat itu, Dewi sedang perjalanan pulang.

"Assalamualaikum, maaf, kamu anak pondok Yai Adnan kan? kenapa jam segini diluar pondok? bukankah ini jam larangan?"

"Waalaikum salam Kang, maaf, Dewi sebenarnya bukan satri Yai Adnan. Dewi hanya sering mampir ke pondok untuk membaca di perpustakan."

"Oh, namamu Dewi?"

"Emm iya Kang"

"Dewi hendak kemana? pulang?"

"Iya Kang, rumah dewi diujung jalan sana. Kang Ali sendiri kenapa bisa disini?"

"Oh, Kang Ali ingin membeli sesuatu di Minimarket depan jalan"

"Oh"

"Kang Ali jalan dibelakangmu ya, tidak enak dilihat orang"

"Oh, iya kang. Terima kasih. Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Sejak saat itu, wajah Dewi begitu melekat dihati Kang Ali.
Meski Dewi terkesan judes, tapi Kang Ali sangat teduh melihatnya.
Wajah Dewi selalu terbayang-bayang dipikirannya dan tanpa sadar Kang Ali selalu melamun karena sosok Dewi.

"Astagfirullah, Ini zina pikiran" ucap Kang Ali saat sadar bahwa dia sudah melamunkan sosok wanita.

Seketika Kang Ali lari terbirit-birit untuk berwudhu.

"Hai, kamu kenapa Li?" Tanya Kang Imron

"Anu Ron, saya habis memikirkan seseorang wanita"

"Oh, siapa? Santri sini?"

"Bukan, dia bukan anak santri. Dia hanya sering main kesini"

"Dewi tah maksutmu Li?"

"Haaa? kamu kok tau Ron?"

"Pernah bertemu saat saya kepasar, dan dia sedang membantu ibunya dipasar"

Mendengar perkataan Kang Imron, membuat Kang Ali semakin jatuh cinta terhadap sosok Dewi.
Banyak santriwati yang mendekati Kang Ali, bahkan dengan terang-terangan mengajukan diri sebagai istri.
Namun ternyata Kang Ali memilih Dewi menjadi teman dekatnya.
Kang Ali lebih intens setiap sore menunggu Dewi di warung dekat pondok dan mengikuti Dewi dari belakang hanya untuk memastikan kalau dewi selamat sampai rumahnya
Banyak perjuangan Kang Ali untuk bertemu Dewi.
Walau dari bicara Dewi yang hanya singkat dan terkesan jutek, tapi Kang Ali tetap menyukainya.

Setelah sekian lama selalu berada dibelakang Dewi untuk menemani dia pulang, akhirnya dewi mempersilahkan Kang Ali untuk main ke rumahnya.
Bahkan kata teman-teman, Dewi dan Kang Ali seperti pacaran.
Sejak saat itu, Kang Ali memang lebih sering datang kerumah Dewi untuk lebih mengenal Dewi.
Dan Dewi juga menyambut dengan senyum, seakan-akan mereka memang saling suka tapi tidak untuk berpacaran.

Sampai akhirnya, tugas Kang Ali di Semarang sudah selesai. Yang artinya mereka harus berpisah.

"Dew, tugas Kang Ali alhamdulillah sudah hampir selesai disini. Kang Ali akan kembali ke ponpes. Kang Ali minta nomor Dewi ya" ucap Kang Ali.

"Oh, iya Kang. Ini nomor Dewi. Makasih ya, Kang Ali sudah mengajari Dewi hadroh dll"

"Iya Dew. Dew, Kang Ali mau ngomong"

"Emmm apa?" Balas Dewi dengan wajah heran

"Besok setelah lulus menikahlah denganku"

"Maaf Kang, saya tidak bisa. Saya masih ingin sekolah lagi" jawab Dewi

"Kenapa? Toh wanita muslimah akhirnya di dapur. Tidak usah sekolah lagi. Ikut saya"

"Hati-hati ya besok saat kembali. Assalamualaikum" Jawab Dewi untuk mengalihkan pembicaraan

"Waalaikumsalam" Jawab Kang Ali dengan wajah kecewa.

Sejak perpisahan itu, Kang Ali sering menelepon Dewi. Namun Dewi acuh karena malas dengan ajakan menikah. Dan akhirnya Dewi mengganti nomor teleponnya.
"Aku harap ini sebuah jawaban untukmu Kang. Maafkan Dewi jika kesannya Dewi Memberi harapan palsu" kata Dewi dalam hati.

Setelah satu minggu, Dewi lebih lega tidak mendapat telepon dari Kang Ali.
Tapi...

"Dew, ini hlo si Kang Ali tu telepon aku terus lewat hp Mbak Nurma. Kamu ganti nomor lagi ya? Kasian hlo dia. Dia itu beneran suka sama kamu"
Celoteh Nining dengan nada kesal saat bertemu di gerbang sekolah.

"Hla gimana tidak ganti nomor, dia telepon berkali-kali dan mengajakku menikah. Saya mau sekolah lagi Ning, masa mudaku masih panjang. Maafin kalau dia telepon kamu"

Akhirnya Nining bicara dengan Kang Ali. Dan setelah itu Kang Ali tidak pernah menghubungi Nining.
Tapi saat itu, Dewi masih ingat nomor telepon Kang Ali.
Bisa dikatakan hafal diluar kepala.

Setelah satu tahun tidak kontek, ehhh ternyata Dewi butuh Kang Ali untuk membantunya mengerjakan ujian bahasa Arab.

"Assalamualaikum Kang, ini saya Dewi, Boleh minta tolong? Saya ada ujian bahasa Arab"

"Waalaikum salam, iya tak bantu"

Setelah ujian itu selesai, baru Dewi berfikir.
"Eh bodoh banget saya ya, sudah ninggalin anak orang tanpa babibu. Tidak bertanya apakah dia sudah nikah apa belum. Kalau dia sudah menikah kan saya ancang. Kenapa kok langsung minta tolong. Sungguh saya wanita tidak tahu diri"

Setelah selesai ujian, Dewi mengirim pesan ke Kang Ali.

"Suwun geh Kang, sampun ngewangi Dewi. Pangapurone nak Dewi ganggu.(Terima kasih ya Kang, sudah membantu Dewi. Maaf kalau Dewi ganggu)"

"Tidak apa-apa, bagaimana kabar mu? Sudah punya pacar?"

"Alhamdulillah baik Kang, alhamdulillah sudah, satu sekolah sama Dewi. Kang Ali gimana?"

"Kang Ali juga baik. Wah senang ya Sudah dapat pacar? Kang Ali masih nunggu Dewi"

Disitu Dewi heran, "Apa baiknya aku?bukankah di kota dia adalah kota pencetak santriwati yang rata-rata cantik dan mahir dalam agama"

Saat itu, Dewi lost kontek lagi dengan Kang Ali sampai 5 tahun.
Setelah sekian lama, Dewi sudah mempunyai calon suami dan akan menikah. Meski, saat itu Dewi masih memikirkan Kang Ali.
Dan Dewi berharap Kang Ali juga sudah menikah.

Lima tahun berlalu,
Tak disangka-sangka,
Dewi kembali bertemu dengan Kang Ali saat pemakaman Pak yai di Semarang.
Dewi pun kaget melihat Kang Ali.
"Kang Ali tak berubah. Masih sama. Bahkan lebih dari dulu" ucap dalam hatinya.

"Assalamualaikum Dewi, wah sekarang jadi lebih gemuk tapi tetep cantik dan anggun." Sapa Kang Ali

"Waalaikum salam Kang, iya ya tambah subur akunya" jawab dewi dengan nada gurau.

Hanya itu yang dapat mereka bicarakan. Karena proses pemakaman akan berlangsung.

Setelah proses pemakaman, Dewi tak melihat sosok Kang Ali.
Tapi bertemu Kang Imron. Dia sahabat Kang Ali.

"Eh Dewi, kabar apa? Waahhh bling-bling sekarang. Pantes Kang Ali gagal move on" gurau dia.

"Haaa??? Maksutnya?"

"Dulu Kang Ali itu dijodohin Pak yai mursid. Masih ingat Pak Yai mursid kan? Pakdenya Kang Ali. Dia dijodohin sama PNS. Tapi Kang Ali menolak. Saatku tanya kenapa, jawaban dia 'SAYA MASIH MENCINTAI DEWI DAN MASIH MENUNGGU DIA' padahal waktu itu kamu sudah menolak dia kan? Berapa kali? Pasti banyak. Saya saja lupa"

Mendengar itu ada rasa tak nyaman dihati Dewi.
Dan Dewi langsung pamit pergi.

"Ooo ... Iya kah Kang? Kang maaf, saya pamit dulu ya. Saya mau berangkat kerja. Takut telat. Assalamualaikum"

Disetiap hari, Dewi selalu memikirkan perkataan Kang Imron.
Namun Dewi memilih memendam untuk menjaga perasaan calon suaminya.

Selang dua bulan, Kang Ali mengirimkan pesan whatsaap Ke Dewi.

"Assalamulaikum Dew, saya dengar kamu akan menikah. Jujur, saya masih nunggu kamu, tapi ternyata kita tidak berjodoh"

"Waalaikum salam Kang, iya, doain ya. Maafkan saya membuat kecewa Kang Ali. Semoga Kang Ali dapat menemukan wanita yang lebih dariku"

Ya... Hanya chat itu sebagai penyambung tali silaturrahim mereka. Karena Kang Ali juga tidak ingin mengusik wanita yang sudah menjadi calon istri orang lain

Tiga bulan sebelum hari pernikahan, calon suami Dewi meninggal dunia karena kecelakaan.
Entah dari mana Kang Ali mengetahui itu. Dan tiba-tiba Kang Ali mengirim pesan.

"Aku turut berduka cita atas wafatnya calonmu. Saya masih disini menunggumu"

Dan sontak Dewi bicara kasar kepada Kang Ali. Sampai akhirnya Kang Ali tidak pernah menghubungi Dewi lagi.

Setelah sekian lama, Dewi mulai merasa bersalah.
Menolak ajakan menikah Kang Ali berulang kali dengan kalimat kasar. Disitu ada rasa takut.
"Saya takut jodohku jauh karena menolak sosok Kang Ali. Dia sudah sangat baik dalam segi agama, keuangan dan wajah. Namun, aku tak menerimanya"

Setelah berfikir panjang, Dewi memberanikan diri menghubungi Kang Ali.
Entah Kang Ali sudah menikah atau belum, yang penting Dewi hanya ingin meminta maaf.

"Assalamualaikum Kang, ini Dewi.
Saya hanya ingin meminta maaf jika saya waktu itu bicara kasar. Saya tahu, saya salah"

"Wa'alaikum salam, iya tidak apa. Aku mengerti. Dew, aku mencintaimu sejak sembilan tahun lalu, dan dari dulu saya menunggumu. Bahkan sampai sekarang rasa ini tak berubah. Saya saja heran, kenapa saya terlalu mencintaimu? Yang kutahu, kamu itu lembut, kamu wanita pertama yang kucinta. Tak peduli kamu menolakku berulang kali, membuat saya kecewa, dan membuangku. Dew, saya masih menunggumu. Aku ingin menikahimu"

Dewi menangis membaca itu.
Kang Ali yang sembilan tahun menunggunya, Tapi dia acuhkan.

"Kang, saya tidak seperti dulu yang Kang Ali kenal. Kang Ali berhak mendapatkan yang lebih baik dari saya. Saya akan berdosa jika menerima lamaranmu tanpa mengatakan semua padamu tentang diriku" balas Dewi.

"Kenapa? Saya menerima kamu dengan apa adanya dirimu. Saya yakin kamu masih seperti dulu.
Dew, menikah denganku. Ikut saya kesini. Nanti kita bolak-balik ke Semarang" pinta Kang Ali.

"Tidak kang, jangan saya"

"Saya akan ke Semarang, saya ingin dengar sendiri dari mulutmu. Apa alasan kamu menolakku kesekian kali, Setelah bertahun-tahun saya menunggu, Walau kamu bicara kasar, walau kamu hilang beberapa tahun, tapi saya masih ada untuk mu"

"Silahkan datang ke rumah. Pintu rumahku selalu terbuka untukmu"

Kang Ali datang kerumah tiga minggu setelah chat itu.

Dewi menjelaskan semua dari awal sampai akhir.
Tapi, kang Ali tidak bisa menunggu dua tahun lagi.

"Saya sudah capek menunggumu, sembilan tahun sudah cukup. Tidak untuk dua tahun lagi"

Dewi melihat wajah kecewa dari Kang Ali.
Dia jauh-jauh datang ke Semarang dan pulang membawa luka.
Dari rumah Kang Ali sampai semarang ditempuh perjalanan 4,5 jam menggunakan kendaraan roda dua.

"Dew, sampai kapanpun, saya akan mencintaimu. Jika esok saya menikah, saya yakin disitu masih ada kamu. Kamu terlalu istimewa untukku"

Dan sampai akhirnya Kang Ali menerima perjodohan dengan seorang Putri Kiai.
Wanita itu sangat cantik. Ya pasti lebih cantik dari Dewi.
Wajah dia teduh, sangat manis.

Dan Kang Ali mengirimkan pesan sesaat setelah tiga hari pernikahan mereka.

"Saya dosa jika masih mencintaimu, tapi emang itu nyatanya. Do'akan saya, maafkan saya"

"?? Semoga sakidah, mawaddah, warrohmah Kang. Cintai istrimu dengan sepenuh hatimu. Lebih darimu mencintaiku"

"Kita masih chat'an ya. Untuk menyambung silaturrahim"

"Tidak Kang, jaga perasaan istrimu. Hapus nomorku. Wassalam Kang Ali"

Sejak saat itu Dewi dan kang Ali lost kontak sampai sekarang.

BERSAMBUNG ...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience