Bagaimana jika aku benar-benar menyukaimu?Apakah sebaliknya kamu juga akan merasakan hal yang sama?
~Adelia
??????????????????????
Adelia merasa kali ini tidurnya tidak nyaman.
Berkali-kali ia guling sana-sini. Untuk mencari posisi yang nyaman. Kemudian Adelia memeluk guling winni the pooh kesayangannya yang selalu menemarninya saat tidur. Jika ia tidur tanpa gulingnya rasanya itu terasa hampa.
Tapi untuk kali ini, ada yang aneh dengan gulingnya. Adelia meraba-raba gulingnya. Ada hidung, mulut, mata. Kok komplit yah? Adelia merasa ada yang ganjal saat ia memeluk gulingnya.
Terasa hangat dan menenangkan.
Entar dulu. Apa jangan-jangan yang dipeluknya ini adalah hantu? Hantu tampan, mungkin? Ralat,
hantu sixpack?
Tapi...
Mana ada Hantu di pagi buta gini? Dan lagian juga yah tidak mungkinkan ada hantu di kamar gadis manis. Adelia jadi penasaran. Sebenarnya yang dipeluknya itu guling apa bukan, sih?
Dengan segenap keberaniannya, Adelia memberanikan diri untuk membuka mata.Perlahan tapi pasti. Biar dipastikan yang Adelia peluk itu guling atau hantu.
1...2...3...
"AAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Astaga...ternyata itu adalah hantu tampan bin ngeselin. saat ini hantu tampan itu sedang tersenyum menampakkan gigi tanpa dosa dihadapannya. Adelia menggeram menatap hantu tampan itu.
Kemudian menghela nafas untuk mengatur
kondisi jantungnya yang saat ini sedang tidak
stabil. Bukan karena deg-deg serr, tetapi rasa menggelora ingin menonjok si hantu tampan dihadapannya.
Hantu tampan itu adalah sahabatnya sejak kecil. Alvi Adiputra wijaya. Dari kecil Adelia suka memanggil sahabat kecilnya itu dengan panggilan 'Al'. Begitupun dengan Alvi yang menggilnya dengan panggilan "del'.
Alvi dari kecil memang selalu begitu. Usil dan
menyebalkan. Kalau dipikir-pikir kenapa dia
bisa ada dikamarnya Adelia? Padahal semalam sebelum tidur, Adelia sudah mengunci rapat-rapat pintunya.
"Aaaaaaaaal!" Teriak Adelia. udah ngalahin toa."Ngapain lo disini, nyuk?!." Adelia memukul Alvi dengan bantal.
"Aduh...duh...Tenang, lo masih perawan,
Kok." ujar Alvi sambil menggunakan tangannya untuk melindungi diri. "Tapi gue mau lagi dong dipeluk." Jahil Alvi.
Disela-sela wajah Adelia yang sudah memerah, Alvi masih saja menggoda Adelia."Belom ngerasain bogeman yang awesome, yah."
"Et...galak amat mba.Cepet tua loh." Alvi
buru-buru bangkit dari ranjang dan berlari
terbirit-birit.
"Lo aja deh yang lari. Gue masih ngantuk."
Adelia menguap dan malas untuk keluar atau
sekedar lari pagi.
"Ga baik tidur mulu. Lebih baik olahraga bikin
badan jadi sehat, " Alvi menarik tangan Adelia"yaudah, yuk. Capcus lagi.
"Hari minggu yang cerah ini disaat rasa kantuk Adelia masih melanda. Alvi malah mengajak Adelia lari pagi. Coba saja dia punya pacar, jadi tidak usah mengganggu tidur nyenyak Adelia.
Kemana-mana Adelia selalu menemaninya.
Karena memang hanya Aelia yang dekat banget dengan Alvi. Karena memang Adelia adalah sahabat Alvi. Meski Alvi banyak teman pria sekalipun. Alvi nyamannya sama Adelia.
Alvi itu ganteng, cool, charming, pintar
dan famous di Sma Nusantara. Tapi ada
kekurangannya, yang kurangnya adalah sifat
tengilnya itu loh. Sayang disayang, Semua siswi malah banyak yang menaruh perhatian pada Alvi. Apalagi dengan kedekatan Adelia terhadap Alvi. Meski semua siswa-siswi SMA Nusa Bangsa tahu, kalau Alvi dan Adelia itu hanya sahabat. Tapi terkadang siswi-siswinya itu suka pada cemburu atau iri. Karena Adelia adalah cewek beruntung yang bisa dekat sama cowok most
wanted.
Coba saja siswi di SMA Nusa Bangsa tahu kalau sifat aslinya Alvi bagaimana? Betapa tengil dan nyebelinnya dia. pasti mereka berpikir seribu kali untuk menyukai Alvi. Apalagi menaruh perasaan? Oh no!
Alvi juga terlalu tidak mengacuhkan ataupun
menggubris para siswi yang mendekatinya. Kadang Adelia juga sempat membujuk Ali agar dia jangan terlalu cuek dengan perempuan. Toh, ia tidak selamanya terus menerus berpangku tangan pada Adelia 'kan?
"Gue capek, Al, " Adelia menarik tangan Alvi
agar berhenti berlari, "kita istirahat dulu, yah."
Rengek Adelia.
"Gimana sih, baru seratus meter saja sudah capek, Alvi memutar bola matanya melihat Adelia udah tepar duluan di aspal. "Oke, kita istirahat. Tapi disana saja. sambil makan Bakso mas paijo. Gimana?" Alvi menunjuk ke arah kedai Bakso milik Mas paijo.
Adelia langsung semangat 45. Saat mendengar bakso. "Oke deh. Ayo." Adelia melangkah kaki duluan dan meninggalkan Alvi
"Heuh...giliran makanan aja." Alvi menghela
nafas dan menggeleng-geleng.
Adelia dan Alvi menghampiri kedai Bakso Mas paijo yang tidak jauh dari perumahan
Komplek Pondok Indah . Kedai yang cukup sederhana namun memikat para pengunjung untuk menyantap bakso hasil racikan Mas pajo yang rasanya tiada tertandingi. Saat ini
harumnya saja sudah mengundang perut. Sudah keroncongan, ingin langsung menyantap bakso mas paijo.
"Eh, den Alvi sama neng Adelia. Mau makan
bakso mas paijo yang paling T.O.P yah."
Ucap Mas paijo penuh ceria. Selain bakso nya enak. Mas paijo juga selalu ramah dengan semua pelanggan.
"Iya bang. Pesan dua yah, " Kata Alvi.
"Di bungkus apa makan disini?" Tanya Mas paijo.
"Makan disini aja deh, Bang. biar maknyos."
Timpal Adelia.
"Okedeh." Kata Mas paijo sambil mengacungkan jari jempolnya.
Sambil menunggu pesanan Bakso,Adelia memainkan ponsel untuk menghilangkan rasa jenuh. Kemudian Adelia membuka aplikasi LINE dan terdapat lima pesan dari Alvi.
Alvi adiputra Wijaya : Ett dah,Bales napa.
Alvi adiputra Wijaya :Del, masih hidup kan?
Alvi adiputra Wijaya : hett yak,Gue dikacangin.
Alvi adiputra Wijaya : Oke, Del. Gue engga bisa diginiin. Gue bakal cuzzzz kerumah lo.
"Al, lo nge-chat gue yah?"
"Pake nanya lagi." Sebal Alvi. "Iyah. Terus enggadibales-bales sama elonya. Yaudah deh, mending gue samperin aja ke kamar."
Tung..Adelia memukul kepala Alvi dengan
sendok. "Lo kalo mau masuk tuh biasain ketuk pintu dulu, " Alvi meringis memegangi kepalanya.Mata Adelia melotot. la sedang mengingatsesuatu.
"Entar dulu, kok bisa masuk ke kamar gue, Sih? Perasaan semalem udah gue kunci pintunya?"Adelia mengetuk-ngetukkan sendokke kepalanya. Seraya ia berfikir.
"Hehe gue "kan minta kunci cadangannya sama mama Citra." Ujar Alvi sambil tersenyum yang menampakkan deretan gigi putihnya.
Citra Diandra Hermawan. Mama kandung
dari Adelia. Dari kecil, Alvi memang sudah
akrab dengan Citra. Citra pun begitu. Sudah
menganggap Alvi sebagai anak sendiri. Sampai Alvi memanggil Citra dengan sebutan Mama.
Mengingat itu adalah ulah mama tercintanya.
Adelia mendengus kesal. Mamanya dengan
gampang menyerahkan kunci kepada Alvi. Kalau Alvi cewek sih, gapa-pa. Lah, ini si Alvi cowok. Kalo macam-macam, bagaimana?
Tapi awas saja. Kalau Alvi macam-macam sama dirinya. Bakal Adelia tendang hingga ke ujung dunia.
By the way, bumi itu kan bulat? Engga ada
ujungnya dong?
Tak berapa lama pun kemudian pesanan Bakso datang juga. Cacing-cacing di dalam perut Adelia sudah berdisco-disco. Harum dari aroma bakso menyengat masuk ke rongga hidung hingga sampai ke perut, yang kini sudah krukuruukkan.
Diliriknya Alvi yang ternyata sedang menatapnyasambil senyam-senyum engga jelas. Kenapa dia? Bukannya makan malah ketawa engga jelas. Gesrek stadium akhir kayanya.
Lama-lama Adelia jengah yang menatap Alvi
yang ketawa-ketiwi engga jelas, "Kamu kenapasih, Al Senyam-senyum kaya orang pe'a." Sahut Adelia.
"Pfftt, lagian makan kaya bebek." Kali ini ketawa Alvi makin kencang. Hingga Adelia dan Alvi menjadi pusat perhatian semua orang.
"Eh, Den Alvi kenapa, Neng?" Heran Mas paijo
yang menatap Alvi.
"Gatau tuh Mas Paijo, " Kata Adelia sambil
memutar bola matanya,"kesurupan jin tomang
kali."
Kemudian Adelia merasakan sesuatu yang menyentuh bibirknya, "lain kali, kalo makan jangan belepotan." Alvi membersihkan mulut Adelia dengan tissu.
Deg..Deg...Deg..
Adelia menatap manik mata hazel milik Alvi, lekat-lekat. Ia merasakan getaran hebat. Seperti ada sengatan listrik. Degupan jantungnyaberdebar-debar tak sebanding dengan ritmenya. Adelia mulai terhanyut dengan kenyamanan itu. la tak bisa lepas dari pandangan Alvi. Dari sedekat ini..ia akui, bahwa Alvi memang tampan. Ah,ya ampun apa yang sedang ia pikirkan? Tidak mungkin 'kan Adelia menyukai sahabatnya sendiri?
Share this novel