Trauma

Fantasy Completed 517

"LAGI?!"
Junsu menyilangkan kedua tangannya di dada. Mata sipitnya dipelototkan sengaja untuk meyakinkan ummanya.

"Jangan berteriak, berisik"
Seakan tidak memperdulikan pekikan kesal junsu umma junsu melanjutkan pekerjaan rumahnya. Tangannya mengelapi piring yang baru saja dia bilas. Mereka berdua baru saja menyelesaikan makan siang. Pekikan keras junsu menjadi penutup santap siang kala itu.

"Umma ini sudah yang ketiga kali Aku tidak mau!"
Junsu berusaha memasang wajah garang dihadapan ummanya. Sayang sekali wajahnya justru terlihat tambah menggemaskan saat ini. Tapi imut-imut begitu junsu itu preman tangguh disekolahnya, sudah banyak yang menjadi korban keganasan tinjunya.

Umma junsu menghela napasnya. Di simpannya terlebih dulu piring yang sedang dilapnya takut sampai dirinya kelepasan dan melemparkan piring itu pada junsu. Masih mencoba sabar, umma junsu mengusapi pundak junsu dan berkata...
"Geureu, kalau begitu sebaiknya kau mulai mencari pekerjaan saja"

"Umma!"

"Bekerja juga tidak mau? Ya sudah kau menikah saja"

"Umma aku ini masih dibawah umur. Tega sekali punya pikiran seperti itu"

Sudah... Habis sudah kesabarannya menghadapi putera bandelnya yang satu ini. Semua gagasannya di tolak mentah-mentah. Anak ini maunya apa sih!.
"Tidak mau pindah sekolah, tidak mau bekerja, tidak mau menikah, lalu kau maunya apa junsu? Apa kau mau jadi berandalan terus hah!"

"Umma tidak mengerti, ini kali ketiga aku dipindahkan sekolah di semester pertama. Aku capek"

Kim heechul menggeram kesal. Perempatan muncul di dahinya. Ingin rasanya memukuli anaknya yang menyebalkan ini, namun perkataan suaminya menjadi penghalang keinginannya.
"Kau pikir hanya kau saja yang capek? Umma juga sudah capek mencarikan sekolah untukmu. Mengapa kau tidak bisa berhenti menghajar teman-teman sekolahmu? Kapan kau akan berhenti bersikap bar-bar?"

Junsu mendengus acuh.
"Mereka memang pantas di hajar"

Itu itu! Anaknya sama sekali tidak menyesali perbuatannya. Sudah menyiksa anak orang dan membuat orang tuanya sendiri malu dan junsu sama sekali tidak merasa bersalah.
"Kalau begitu kau juga pantas dihajar"

Heechul mengambil spatula yang berada di hadapannya dan mengacungkannya ke atas untuk memukul junsu. Sayangnya gerakan junsu lebih cepat dia menghindar dan segera berlari menjauh dari dapur. Akhirnya mereka berdua saling kejar-kejaran.

"Kemari kau junsu!"

"Tidak mau! Dasar nenek sihir"

"Yak anak durhaka!"

"Ouch sakit! Lihat saja akan ku adukan pada appa"

Junsu berlari keluar dari rumahnya dengan terburu. Sepanjang berlari tidak berhenti dirinya mengaduh sakit karena lemparan spatula sang umma yang mengenai kepalanya.
"Ck ini sakit sekali"

Di teras rumah kediaman keluarga kim, heecul yang terengah celingukan mencari junsu.
"Dia pasti sudah kabur"
Heechul menghela lagi nafasnya. Kali ini lebih dalam. Mukanya yang beberapa saat lalu menunjukan ekspresi marah kini berganti sedih. Matanya menatap sendu sekeliling rumahnya yang kini terasa sepi.
"Joongie, sejak kau tidak ada junsu berubah menjadi anak yang liar. Umma harus bagaimana hm?"

"Cepatlah pulang jongie, adikmu membutuhkanmu"

*

Malam harinya di rumah keluarga kim terlihat sepi. Hanya terdengar suara dentingan alat makan yang beradu. Hanya ada dua orang yang sedang menikmati makan malam dalam diam. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Junsu mana?"
Suara hangeng sang kepala keluarga memecah keheningan makan malam itu.

Heechul menghentikan acara makannya dan menatap lesu suaminya.
"Dia belum pulang. Mungkin dia masih marah padaku"

"Junsu menolak dipindahkan sekolah?"

Heechul mengangguk. Dia merasa sedih dan tidak berguna karena sebagai seorang ibu dia tidak bisa membujuk anaknya. Hangeng tersenyum lemah dan mengusap telapak tangan istrinya yang sedang bersedih.
"Jangan terlalu keras padanya"

"Aku... hanya mencoba menasehatinya, dia sangat sulit diatur padahal duli dia anak yang penurut. Jika saja... "
Heechul tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Kerongkongannya perih dan hatinya sakit jika teringat lagi peristiwa pahit yang menimpa keluarganya empat tahun lalu.

"Ssst chulie sudahlah"
Hangeng menarik tubuh bergetar heechul kedalam pelukannya.

"Maafkan aku, aku tidak bisa menjaga anak-anak kita dengan baik"

"Bukan hanya kau, aku juga sebagai kepala keluarga tidak bisa melindungi kalian"

Heechul dan hangeng berpelukan sambil menghibur satu sama lain. Mereka saling menguatkan. Mereka harus terlihat tegar dan baik-baik saja dihadapan junsu. Yang mereka tidak tahu junsu ikut menangis bersama mereka. Sejak awal dia mengintip dan mencuri dengar pembicaraan kedua orang tuanya di balik pintu ruang makan.

"Bukan salah umma dan appa, ini salahku... aku yang terlalu lemah"

*

Junsu menatap malas bangunan sekolah barunya. Sejak awal junsu menolak untuk dipindahkan dari sekolah asalnya dan awalnya dia tetap kekeh pada pendiriannya itu. Namun appanya yang berhati lembut (lebih lembut dari pada sang umma) ikut-ikutan membujuknya untuk pindah. Junsu paling tidak bisa menolak permintaan appanya.

"Hei manis sedang apa kau berdiri di depan gerbang?"
Salah seorang murid di sekolah baru junsu menegur junsu yang berdiam diri sejak tadi. Dia penasaran dengan wajah yang baru pertama kali dilihatnya itu.

Junsu menatap tajam orang yang barusan menyapanya. Perlu diketahui junsu tidak suka di goda apa lagi di panggil dengan sebutan aneh.
"Jangan so akrab denganku" kata junsu judes. Dengan kesal junsu menghentakan kakinya dan berjalan menjauh dari orang yang menurutnya menyebalkan itu. Namun sebelum benar-benar jauh junsu membalikan kembali badannya dan menghadap orang yang barusan menggodanya.
"Lain kali jika kau memanggilku manis lagi akan kupatahkan hidungmu" ucap junsu sambil menunjukan tangannya yang terkepal.

Murid yang tadi menggoda junsu tertawa lepas karena mendapat ancaman dari junsu.
"Dia menarik"

Junsu mengekor dibelakang wakil kepala sekolah. Baru saja dia menghadap kepala sekolah untuk melaporkan kedatangannya dan saat ini wakill kepala sekolah mengantarnya ke kelas yang akan di tempatinya.

"Di sekolah ini setiap siswa wajib mengikuti kegiatan sekolah kau bisa memilih kegiatan apapun yang kau sukai. Ada berbagai macam organisasi disini dan Kau juga harus menaati peraturan itu"

Junsu menganggukan kepalanya. Sejak tadi wakil kepala sekolah itu tidak berhenti mengoceh tentang peraturan di sekolah. Telinga junsu sudah panas mendengar semua ocehan tidak berguna itu.

"Nah kim junsu ini kelasmu"

Junsu menatap papan kecil yang bertuliskan kelas 11-A. Kepalanya mengangguk. Junsu bersyukur dia sudah sampai dikelasnya telinganya sudah tidak tahan lagi menampung perkataan dari wakil kepala sekolah.

Junsu masuk kekelas itu dan disana sudah ada guru yang sedang mengajar. Wakil kepala sekolah lalu memperkenalkan junsu kepada guru itu.

"Hari ini kelas kita kedatangan seorang murid baru. Aku harap kalian bersikap baik padanya. Murid baru silahkan perkenalkan dirimu"

Junsu maju ke depan kelas.
"Namaku kim junsu. Salam kenal"
Junsu membungkukan badannya sopan. Ini hari pertamanya sekolah, setidaknya dia harus bersikap sopan.

"Kau bisa duduk di bangku kosong sebelah tuan park" kata guru itu sambil menunjuk sebuah bangku kosong yang terletak di samping jendela. Tanpa berkata apa-apa lagi junsu menghampiri tempat duduknya dan langsung duduk dengan tenang.

"Hei manis~"

Junsu menggeram kesal. Dia langsung memalingkan kepalanya ke asal suara dan menatap tajam orang yang sudah memanggilnya manis.

"Kau tuli hah! namaku junsu bukan manis dasar bodoh"

"Ah namamu seindah wajahmu. Namaku park yoochun" yoochun menyodorkan tangannya untuk berkenalan dengan junsu namun junsu tidak menanggapinya dan kembali fokus pada pelajaran.

"EHEM tuan park kau bisa menyimpan tangan beserta salam perkenalanmu nanti sekarang aku harap kau bisa fokus pada pelajaran"

Yoochun menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum kaku pada mr.shim yang baru saja menegurnya. Anak-anak sekelas yoochun yang lain tertawa meledek yoochun bahkan ada yang bersiul untuknya.

"Yoochun memang tidak bisa melewatkan yang bening-bening hahaha"

Semua tertawa mengejek yoochun kecuali junsu.

'Aku benci tempat ini'

*

Sudah seminggu junsu bersekolah di shinki dan tidak seperti di sekolah sebelumnya kali ini junsu tidak (belum) membuat masalah. Sekalipun malas dan tidak suka dengan sekolah barunya junsu setiap hari masuk. Kepatuhan junsu kali ini di karenakan hangeng menjanjikan junsu sesuatu yang diinginkannya. Katanya jika dalam sisa semester ini dia bisa bersikap baik maka appanya itu akan mengabulkan keinginannya apapun itu.

Junsu menekadkan hatinya untuk bersikap baik demi tercapai keinginannya. Bukan hal yang muluk yang di inginkan junsu. Junsu hanya ingin agar appanya membawa pulang jaejoong hyungnya atau paling tidak dirinya yang bisa dipertemukan dengan jaejoong hyungnya. Junsu sudah empat tahun memendam rasa rindunya itu pada sang hyung.

"pagi manis"

Suara menyebalkan milik park yoochun membuat junsu mengerutkan dahinya. Selama seminggu ini si park itu tidak henti-hentinya mengusik junsu padahal junsu selalu mangacuhkannya. Park yoochun itu orang yang bebal.

"Namaku junsu dasar aneh"

Yoochun sadar junsu tidak menyukainya tapi dia sama sekali tidak memperdulikan ketidak sukaan junsu. Yoochun tertarik dengan junsu bukan hanya karena wajah junsu yang rupawan tapi juga karena sikap junsu. Junsu itu terlihat kasar dan judes tapi sorot matanya terlihat sedih.

"Junsu~"

"..."

"Manis?"

"..."

"Baby?"

"..."

"Baby suie~~"

"Berhenti memanggilku sialan!"
Junsu menggebrak mejanya keras dia marah karena yoochun sembarang memanggi namanya.
"Jangan memanggilku seperti itu aku benci panggilan itu!"

Junsu berlari keluar dari kelasnya setelah mengeluarkan kekesalannya pada yoochun. Anak-anak lain memandang junsu dan yoochun heran.

"Hei yoochun kau menggoda anak baru itu lagi?" Tanya salah seorang teman yoochun.

"Sedikit" kata yoochun datar. Dia merasa tidak enak hati karena sudah membuat junsu menjadi marah seperti ini.

"Sebenarnya aku tidak mau menyebar gosip tapi ada yang bilang padaku anak baru itu pembuat onar di sekolah lamanya. Katanya dia memukuli teman satu sekolahnya dengan brutal dan karena itu dia di pindahkan. sebaiknya kau tidak membuat masalah dengannya yoochun"

"Memukuli temannya? Kau serius?" Tanya yoochun tak percaya.

"Yang kudengar sih seperti itu" kata teman yoochun acuh dan menggedikan bahunya.

Bel berbunyi pertanda waktu istirahat sudah usai. Semua anak kembali ke tempat duduk mereka. Selang beberapa menit kemudian seorang guru mata pelajaran bahasa inggris masuk ke kelas itu. Tapi bangku di sebelah yoochun masih kosong. Junsu belum kembali ke tempatnya yoochun menjadi semakin hawatir dibuatnya.

"Mrs.im aku ijin ke toilet"

"aku bahkan belum memulai pelajarannya dan kau sudah ingin keluar?"

"Maaf aku sudah tidak tahan"

"Jangan lebih dari lima menit!"

"Baik mrs.im, terima kasih"

Yoochun bergegas keluar dari kelasnya. Bukan untuk pergi ke toilet melainkan untuk pergi mencari junsu. Selama seminggu ini diam-diam yoochun selalu mengikuti junsu saat istirahat jadi dia tahu dimana keberadaan junsu saat ini. Dan benar saja, saat berada di atap sekolah yoochun menemukan junsu. Yoochun mendekat perlahan namun suara isakan junsu membuat langkahnya terhenti.

"H-hyung... jaejoong hyung"
Junsu menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangannya. Gara-gara panggilan asal yoochun tadi junsu jadi teringat hyungnya. Hanya jaejoong yang boleh memanggilnya seperti itu. Dia benci jika orang lain memanggilnya seperti itu!.

"Junsu?"

Mendengar suara orang lain yang memanggilnya junsu buru-buru mengusap air matanya dan menghentikan tangisnya. Junsu menengadahkan kepalanya dan melihat park yoochun berada di depannya. Junsu menatap yoochun marah.

"Pergi!"

"Junsu maaf jika aku membuatmu tidak nyaman, tapi kau harus kembali ke kelas bel sudah berbunyi"

Junsu bangkit dari duduknya dan berjalan melewati yoochun. Tidak ada sepatah katapun yang diucapkannya pada yoochun. Dilewatinya yoochun begitu saja dengan acuhnya. Yoochun melihat punggung junsu yang perlahan menjauh darin pandangannya.

"Ada apa dengannya?"

*

Hari-hari selanjutnya junsu bersikap tidak seperti sebelumnya. Junsu yang biasanya selalu memarahi yoochun karena selalu mengganggunya kini memilih menghindari yoochun. Meja mereka bersebelahan tapi junsu menolak berinteraksi dengan yoochun. Junsu tidak suka orang seperti yoochun yang mengusik hidupnya.

"Hei junsu mau makan ke kantin bersamaku?" Tanya yoochun pada junsu. Yoochun tidak pernah berhenti menanyakan pertanyaan yang sama saat waktu istirahat setiap harinya. Junsu boleh saja mengacuhkannya tapi yoochun tidak akan mundur untuk mendekati junsu.

Hari ini pun junsu membungkam rapat-rapat mulutnya dan tidak menanggapi yoochun. Menolehkan kepalanya pun tidak. Dengan acuh junsu melanjutkan memakan bekal yang dibawanya dari rumah seolah yoochun tidak ada disana.

"Ya sudah jika tidak mau ikut jangan merindukanku ya" tanpa permisi yoochun mencubit pipi junsu dan langsung kabur dari hadapan junsu. Teman sekelasnya yang lain hanya menggeleng melihat tingkah yoochun. Anak-anak lain tidak ada yang berani mendekati junsu karena takut dengan rumor tentang junsu yang beredar.

Junsu kaget dengan sikap yoochun yang tiba-tiba, tapi tanpa sadar bibirnya tersenyum tipis karena sikap yoochun.
"Orang konyol"

"Kalian tahu aku mendengar katanya wali kelas kita akan diganti" kata salah seorang siswi dikelas itu.

"Benarkah? Syukurlah kalau diganti wali kelas kita kan jarang memperhatikan kita"

"Iya aku tadi mendengar percakapan para guru di ruang guru saat mengumpulkan tugas kelas kita. Katanya wali kelas baru kita itu masih muda dan tampan lho"

"Wah jika benar seperti itu aku akan rajin sekolah lumayankan sekalian cuci mata"

"Dasar genit hahaha"

Junsu mendengar percakapan kedua siswi yang duduk tidak jauh darinya. Jika diingat-ingat selama dua minggu sekolah disini dia memang tidak pernah bertemu dengan wali dari kelas ini.

"Setidaknya nanti bukan aku saja satu-satunya yang baru disini"

*

Semua siswa kelas 11-A menatap terpesona seorang pria gagah dan muda yang berdiri dihadapan kelas mereka. Mereka terpesona dan kagum dengan ketampanan pria yang ternyata wali kelas baru mereka. Semua memandangnya dengan tatapan memuja kecuali junsu dan yoochun.

"Namaku jung yunho dan mulai hari ini aku akan menggantikan wali kelas kalian yang lama. Mohon bantuannya"

"Ne seonsangnim!"

"Aku dengar disini juga ada murid pindahan baru, kim junsu?"

Junsu menolehkan kepalanya dan menatap guru muda yang memanggil namanya. Wajah itu rasanya tidak asing baginyaa.

"Kim junsu?" Tanya yunho sekali lagi.

"Ah ne seonsangnim"

Yunho tersenyum kelewat manis pada junsu membuat beberapa orang iri melihatnya termasuk yoochun.
"Salam kenal ya"

"Ne" jawab junsu acuh

Kehidupan berat masa SMA junsu dimulai sejak hari itu. Setiap hari ada saja yang diperintahkan oleh yunho untuk junsu lakukan. Junsu sering bolak-balik ke ruang guru setiap saat.

Banyak teman sekelas yang mencibirnya dan membicarakan tentangnya. Katanya junsu itu tukang cari perhatian dan sok kenal dengan yunho. Mereka iri dan cemburu melihat kedekatan diantara keduanya.

Sampai suatu hari, pada saat bel pulang berbunyi junsu dihadang beberapa teman sekelasnya. Dia disudutkan dikelas sendirian dan dikelilingi orang-orang yang tidak menyukainya. Junsu bersikap tenang, itu bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.

"Hei kim junsu kau ini baru bersekolah sebentar disini tapi sudah berlagak sekali" kata seorang anak perempuan bernama sunhee.

"Kau itu sering sekali mencari perhatian yunho saenim, kau naksir padanya hah? Atau kau berharap nilaimu dibaguskan? Dasar penjilat!"

Junsu jengah dengan sikap orang-orang didepannya. Mereka berprasangka buruk padanya tanpa tahu bahwa dirinya hanya jadi pesuruh yunho saenim yang mereka agungkan itu.

"Hanya karena tidak diperhatikan kalian melampiaskannya padaku? Sungguh kekanakan"

Junsu memasang wajah mengejeknya. Sunhee yang kesal melihat wajah menyebalkan junsu merasa terprovokasi dan menampar pipi junsu.

PLAK

"Dasar pecundang" maki sunhee tepat didepan wajah junsu.
"Sudah tidak tahu diri sekarang kau belagak polos hah!"

Junsu memegang pipinya yang terasa perih. Dia balik menatap tajam sunhee dan dengan sekejap junsu membalas tamparan sunhee.

"Aku tidak peduli kau wanita atau lelaki, jika kau mengusikku aku tidak akan segan membalas" kata junsu dingin.

Semua yang berada disana tidak menyangka junsu akan membalas tamparan sunhee. Mereka lalu kembali teringat dengan rumor bahwa junsu itu jago berkelahi dan tidak kenal rasa takut.

"S-sunhee aku rasa sebaiknya ini tidak dilanjutkan..."

"Diam! Si brengsek ini harus diberi pelajaran!"

Sunhee menghampiri junsu dan mencakar wajah junsu dengan kukunya yang tajam. Tidak sampai disitu saja, sunhee juga menjambak rambut junsu dengan keras. Junsu yang awalnya mendiamkan kelakuan sunhee merasa tidak tahan dan dia ikut membalas. Junsu menggunakan satu tangannya menjambak rambut sunhee sementara tangan lainnya dia gunakan untuk mendorong tubuh sunhee.

BRUG

Sunhee terjengkal akibat dorongan junsu. Punggungnya menabrak meja dan terbanting kelantai. Dia menjerit kesakitan, punggungnya terasa sakit.

"Ada apa ini!" Suara teriakan yunho menghentikan keributan disana. Dia mendapat laporan keributan dikelasnya dari salah seorang murid. Rupanya ada perkelahian disana.

Sunhee memanfaatkan situasi. Dia menangis kencang dan merintih kesakitan.
"Sakit saenim! Junsu menyakitiku"

Junsu tidak terkejut dengan sikap muka dua sunhee. Dia tersenyum sinis dan tidak membantah sama sekali tuduhan sunhee. Hanya tangannya yang terkepal sempurna pertanda kemarahannya.

Hilang sudah kesempatannya, kali ini keinginannya untuk bisa bertemu dengan hyungnya juga tidak akan terkabul.

*

Keesokan harinya orang tua sunhee dan junsu dipanggil pihak sekolah. Orang tua sunhee murka saat mengetahui putri kesayangan mereka terluka. Punggungnya bahkan cidera. Sementara orang tua junsu yidak mampu berkata apa-apa mereka merasa malu karena junsu berulah lagi.

"Aku mau anak berandalan ini dikeluarkan dari sini!" Tuntut umma sunhee kepada kepala sekolah. Mereka sedang melakukan pertemuan didampingi kepala sekolah, wali kelas serta guru konseling.

"Kita bisa membicarakan ini dengan tenang nyonya,silahkan duduk terlebih dulu" ujar kepala sekolah bijak.

"Tenang?! Putriku terluka dan anda meminta saya bersikap tenang? Keadilan macam apa ini?!"

"Saya rasa bukan tanpa alasan sunhee diperlakukan seperti itu, saya yakin junsu itu anak baik dia tidak akan memulai sesuatu tanpa dipancing" yunho berkata tenang. Jelas sekali dia mencoba membela junsu.

"Jadi maksud anda putriku biang keroknya?! Tahukah anda tubuh putriku lebam akibat kelakuan anak itu! Putriku korban disini!"

Yunho menatap junsu yang tidak bersuara sejak tadi. Tidak terlihat takut, tidak terlihat marah, wajahnya tidak berekspresi apapun.
"Lalu dari mana luka cakaran diwajah junsu berasal? Apa mungkin jika dia melakukannya sendiri pada wajahnya?" Tanya yunho telak pada umma sunhee.

"Hah? Cakaran? Anda membandingkan luka serius putriku dengan luka sekecil itu?! Bisakah anda lebih cermat!"

Junsu tau luka luarnya tidak sebanding dengan yang dialami sunhee. Tapi bagaimana dengan hatinya? Makian yang sunhee lontarkan membuat hatinya sakit. Tapi tidak akan ada yang perduli pada luka yang tak terlihan bukan?.

"Nyonya go, lukanya memang sedikit tapi bagaimana dengan luka dihatinya? Tidakkah anda berpikiran kesana? Bagaimana jika posisi putri anda terbalik dengan junsu? Bisakah anda menerima semua cacian dan tuduhan pada anak anda padahal anda sendiri tidak tahu apa-apa?!" Yunho ikut emosi karena umma sunhee terus menerus menyudutkan junsu.

Bahkan dia tidak tahu duduk permasalahannya apa tapi dia berani mendikte kepala sekolah untuk mengeluarkan junsu yang belum tentu sepenuhnya bersalah.

"-ak" gumamaman pelan junsu nyaris tak terdengar.

"Kau berbicara sesuatu chagi?" Tanya hangeng pada junsu.

"Aku muak... AKU MUAK!"

"Suie!" Tegur heechul keras.

"Jangan sebut nama itu lagi!" Junsu menutup kedua telinganya menggunakan tangannya.
"Hanya hyung yang boleh memanggilku begitu!"

"Junsu..."

"Jangan sentuh aku! Aku benci kalian semua kalian para orang dewasa selalu berpikir paling benar sendiri, hanya melihat apa yang nampak, hanya mendengar apa yang terdengar, tidakkah kalian berpikir jauh untuk melihat sesuatu dari pandangan lain!"

Junsu menangis sejadi-jadinya. Kata-kata yunho yang memikirkan perasaannya menyentuh hatinya. Tidak pernah ada yang bertanya mengenai perasaannya sebelumnya.

"H-hyung... memang hanya hyung saja yang bisa mengerti aku!"

Junsu berlari meninggalkan ruangan kepala sekolah. Teriakan heechul tidak dipedulikannya. Dia terlalu sakit untuk bertahan disana. Terserah mau dikeluarkan atau apa junsu sudah tidak peduli.

"Saya akan mengejar junsu" yunho sudah berdiri dari duduknya tapi hangeng mencegah kepergiannya.

"Tidak, tolong...biarkan dia sendiri" kata hangeng sedih.

"Tuan kim-

"Ini pernah terjadi sebelumnya pada keluarga kami" heechul berkata kencang disertai suara bergetar.

"Chulie.."

Heechul tidak memperdulikan tatapan hangeng padanya. Dia melanjutkan perkataannya.
"Empat tahun lalu... persis seperti hari ini aku menerima panggilan dari pihak sekolah karena hyungnya junsu bermasalah... anakku yang bahkan tidak pernah memakai nada tinggi saat berbicara dituduh menyakiti teman wanita sekelasnya..." heechul tertawa sumbang mengingat kejadian empat tahun lalu.

"Yeobo..."

"Lucunya putraku bahkan terluka lebih parah dari pada wanita yang katanya dia sakiti... anehnya sejak kejadian itu putraku bahkan enggan disentuh orang lain bahkan junsu adik kesayangannya sekalipun..."

"Hentikan heechul"

"Putraku tidak pernah bersalah! Meeka mengkambing hitamkannya untuk menutupi kesalahan mereka. Mereka membuat putraku kehilangan kepercayaan dirinya dia selalu merendah sejak kejadian itu dan apa kalian tahu?! Mereka bahkan tega melecehkan puteraku! Dia selalu histeris dan berkata dia kotor!"

"Heechul!"

"Seharusnya kalian kini sudah mengerti mengapa junsu bersikap seperti itu! Junsuku selalui dihantui perasaan bersalah karena tidak bisa melindungi dan membela hyungnya. dia berubah liar dan kasar, dia belajar bela diri semuanya karena dia tidak ingin kejadian yang menimpa hyungnya terulang kembali. Memang dia selalu berkelahi, tapi tidak pernah sekalipun dia melakukannya tanpa alasan... putraku bukan seorang kriminal!"

Kepala sekolah merasa malu sekali dengan perkataan heechul. Baru saja dia hampir melakukan keputusan secara sepihak.
"Nyonya kim saya..."

"Keluarkan dia... keluarkan junsu dari sekolah ini jika itu akan membuat kalian puas!" Teriak heecul frustasi.

Heechul pergi dari ruangan itu diusul yunho dibelakangnya. Hanya tersisa hangeng, kepala sekolah, orang tua sunhee, juga guru konseling.

"Jadi... nona sunhee, apa ada yang ingin anda katakan?"

*

Junsu menangis sambil memeluk lututnya. Saat-saat menyedihkan seperti ini dia akan kembali teringat dengan hyungnya. Percuma dia belajar beladiri sampai ahli seperti sekarang ini, karena sesungguhnya yang lemah  bukan hanya fisiknya tapi juga hatinya.

"Hyung..." lirihnya pelan.

Ayo kita main suie!

Suie, hyung sangat menyayangimu

Hyung bangga padamu suie!

Sudah lama sekali junsu tidak mendengar suara hyungnya. Semakin dipikir rasanya junsu semakin marah. Mengapa ada orang yang tega menyakiti orang lain dengan alasan kekanakan dan tidak masuk akal. Mereka berbuat sesuka hati tanpa berpikir dampak dari perbuatan mereka.

Jaejoong hyungnya yang malang terpaksa dilarikan ke sebuah rumah sakit jiwa di kota lain akibat kejadian itu. Dia enggan bertemu dengan orang lain, tidak suka disentuh, selalu merendahkan dirinya sendiri dan yang paling parah dia selalu mencoba bunuh diri. Sudah tidak terhitung berapa kali percobaan bunuh diri itu dilakukan.

Keluarganya hancur.  Ummanya berusaha terlihat tegar tapi siapa yang bisa bersikap biasa-biasa saja dalam kondisi seperti ini.

"Suie!" Pekik heechul keras. Jantungnya nyaris copot saat melihat junsu yang kini berada di ujung pagar pembatas. Mereka kini tengah berada diatap sekolah.

"Kim junsu menjauhlah dari sana!" Teriak yoochun memperingati. Dialah yang menuntun umma junsu untuk datang kemari.

"Aku ingin hyung... aku ingin hyungku! Kembalikan dia padaku!" Junsu menjambak rambutnya sendiri sambil terus bergumam kembalikan hyungku.

Tangis heechul menggema disertai tangis junsu diatap sekolah itu. Heechul baru sadar maksud perkataan suaminya dulu. Hangeng sering memintanya agar tidak terlalu keras pada junsu karena junsu sudah cukup terluka dan rapuh. Hanya karena dia tersenyum tertawa dan gemar berbuat masalah bukan berarti dia baik-baik saja. Junsu hanya terlalu pandai menyembunyikan perasaannya.

"Suie..."

"Jangan sebut aku begitu! Kau bukan hyungku!"

Yoochun dan heechul tidak tahu harus berbuat apa. Mereka tidak ingin mendekati junsu karena takut junsu akan nekat melewati pagar pembatas. Pikiran junsu sedang kacau saat ini.

"Kim junsu" suara tenang yunho terdengar kemuadian. Raut wajahnya tenang seolah berkata 'semua baik-baik saja'.

"Berikan hyungku!"

Yunho melangkah mendekat secara perlahan. Ditangannya dia menggenggam ponsel miliknya yang terhubung line telepon dengan seseorang.

"Aku bilang jauhi aku!"

"Suie..."

Suara lembut dan familiar dari ponsel yunho membuat junsu tercekat. Dia tidak salah dengar kan?.

"Suie?"

"H-yung? Joongie hyung?"

"......ne......"

"Hyung? Hyung!" Junsu berujar pilu. Dengan langkah terburu junsu mendekati yunho. Kali ini dia sangat yakin itu suara hyungnya. Dia menatap yunho penuh tanda tanya. Mengapa yunho saenim bisa menghubungi kakaknya yang saat ini berada di rumah sakit jiwa?.

"Suie nakal" suara jaejoong terdengar bergetar di ujung telepon sana "mengapa adik hyung jadi nakal dan kasar seperti ini hm?"

Junsu menggelengkan kepalanya.
"Suie minta maaf hyung, suie salah... suie kini jahat"

Isakan jaejoong terdengar
"Suie tidak jahat kok mmm..." jaejoong terdiam berusahs mencari kata yang ingin dia ucapkan "adik hyung ini hanya bandel eoh ya hanya itu"

Junsu tersenyum sedikit. Jaejoong tidak pernah ingin melukainya bahkan dengan kata-kata sekalipun.
"Hyung..."

"Hmm?"

"Bogoshipo...neomu bogoshipo hyung!" Junsu menangis kian keras. Dia merasa saat ini jaejoong berada dihadapannya.
"Aku ingin bertemu, pulang hyung... pulang~" junsu merengek sambil menangis tersedu-sedu.

Jaejoong ikut menangis mendengar tangisan junsu. Benar kata yunho, selama ini dirinya terlalu tenggelam dalam kesedihan dan luka masa lalunya melupakan orang-orang disekitarnya yang juga sama terlukanya dengan dia.
"Suie oh suie maafkan hyungmu yang lemah ini..."

"Akulah yang lemah hyung! Hyung justru sangat kuat hyung berusaha menyimpan semuanya sendiri karena tidak ingin membuat kami cemas, akulah tidak bisa menjagamu hyung akulah yang lemah... tapi aku janji aku akan menjadi kuat untuk hyung karena itu pulanglah hyung aku tidak mau kau tinggalkan sendiri"

Dibalik kesedihannya karena kepahitan yang menimpa keluarganya heechul merasa bangga sekali pada kedua anaknya. Ikatan persaudaraan mereka begitu kuat, selalu ingin menjaga perasaan juga memberikan kebahagiaan satusama lain.

"Suie maafkan hyung, hyung tidak bisa pulang sekarang walaupun hyung merindukanmu... sangat"

"Mengapa hyung? Kau sudah tidak sayang laagi padaku? Apa karena aku kini jadi anak nakal?"

"Tidak suie tidak! Bagi hyung kau adalah adik terbaik dan terhebat yang pernah hyung punya"

"Lalu kenapa?!"

"Suie, k-kau tau bukan hyung ini sakit?" Terdengar suara helaan nafas jaejoong dari line telepon "hyung tidak mau merepotkan kalian"

"Aku tidak keberatan di repotkan asal hyung ada disisiku!"

"Dengarkan hyung suie, aku ingin pulang sangat ingin tapi jika aku masih seperti ini tidak ada artinya aku pulang. Aku ingin ketika pulang nanti aku bisa kembali ke kehidupan normalku, aku ingin melanjutkan sekolahku, aku ingin mengejar cita-cita dan impianku yang tertunda tapi untuk mencapai itu semua aku harus sembuh dulu bukan?"

"Hyung..."

"Aku akan sembuh aku berjanji. Demimu, demi umma, demi appa, juga demi yunho... kali ini aku akan berusaha untuk sembuh. Aku akan bersungguh-sungguh melakukannya"

"...."

"Hyung akan berusaha disini jadi suie juga harus berusaha disana, jadilah adik hyung yang manis lagi... ayo sama-sama kita berjuang suie"

"...."

"Liburan sekolahmu semester ini ayo kita bertemu... kali ini aku janji tidak akan menolak untuk kau temui..."

"Itu masih lama hyung~ aku ingin sekarang"

Jaejoong tertawa, suie yang bersikap manja padanya seperti ini sudah lama sekali.
"Sabarlah, aku juga tidak sabar untuk bertemu denganmu... aku juga akan menanti dengan sabar"

Junsu mengangguk.
"Baiklah hyung aku akan menanti dengan sabar juga... berjanjilah untuk selalu baik-baik saja"

"Ne hyung janji. Suie?"

"Ya hyung?"

"Hyung sangat menyayangimu"

"Aku tahu, aku juga sangat menyayangimu hyung"

"Sampaikan salamku untuk umma dan appa"

Jaejoong mematikan teleponnya secara sepihak. Baginya sudah cukup pembicaraan hari ini. Apa yang mengganjal dihatinya sudah tersampaikan walaupun  tidak bertatap muka. Kini waktu bagi dirinya untuk menata hidup menuju masa depan demi keluarga dan orang yang mencintainya.

Junsu mengembalikan ponsel yunho. Dia menundukan badannya serendah-rendahnya .
"Yunho saenim terima kasih... terimakasih"

Yunho menepuki kepala junsu.
"Sama-sama"

Junsu lalu berlari dan segera memeluk ummanya. Heechul tersenyum bahagia karena kini sedikit demi sesikit masalah keluarganya mulai membaik.

"Umma dengarkah tadi? Hyung bilang dia menyayangiku... dia bilang aku boleh menemuinya!"

Heechul mengusap sayang helaian rambut junsu. Dikecupnya dengan penuh sayang pipi chubby junsu.
"Umma dengar semuanya. Hyungmu kini sedang berusaha agar sembuh kau juga harus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari sekarang"

"Ne umma akan kulakukan!"

Sudah lama sekali dia tidak melihat sikap manja dan manis junsu seperti ini. Hari ini akan dia ingat sampai kapanpun. Ah dan orang yang membantunya juga tudak akan pernah dia lupakan. Heechul melirik yunho yang tengah tersenyum menatapnya dan junsu. Ada banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan pada yunho. Tapi itu semua bisa menanti, sekarang yang lebih penting adalah menikmati momennya bersama junsu.

Yoochun mendekati yunho dengan wajah datar. Setelah berhadapan dengan yunho yoochun meninju bahu yunho.
"Sialan kau hyung! Kupikir kau sedang mendekati calon pacarku. Nyaris saja aku memukulmu"

Yunho tertawa. Adik sepupunya ini rupanya menyukai junsu.
"Siapa? Junsu? Aku sudah punya orang yang kusukai"

"Aku tahu aku tahu! Hyungnya junsu kan? Ck sepertinya nanti kita akan menjadi ipar"

"Kau terlalu percaya diri dongsaeng"

Yunho menarik kerah seragam yoochun dan menyeretnya agar menjauh dari atas atap.

"Hyung lepas aku ingin menemani junsu... saat seperti ini paling tepat untuk melakukan pendekatan!"

Yunho terus melangkah sambil menyeret yoochun dan mengacuhkan ocehan tidak penting yoochun. Hari ini dia puas sekali karena sudah bisa membuat jaejoong bersedia berbicara dengan adiknya. Jalannya untuk bisa bersama jaejoong masih panjang, tapi yunho akan menempuh semuanya dan melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk membuat jaejoong bersedia menerimanya dan kembali kepelukan keluarganya.

Inilah cara yunho meyakinkan jaejoong betapa dirinya sangat mencintai jaejoong.

*

*

*

Keadaan mulai membaik sejak hari itu. Junsu melunak dan tidak lagi membuat masalah. Pihak sekolah tidak mengeluarkannya karena sunhee turut mengakui kesalahannya yang sudah mengusik junsu terlebih dulu. Secara langsung sunhee bahkan meminta maaf pada junsu. Sekarang mereka berteman. Junsu kini punya banyak teman dan wajah datarnya itu kini selalu bersinar bahagia.

CUP

"Selamat pagi manis~"

Si centil yoochun tidak pernah berhenti mengganggu junsu. Tapi junsu kini selalu menanggapinya dengan senyuman.

"Ne selamat pagi yoochun"

"Yaampun baby suie, senyummu yang secerah matahari itu membuatku silau!" Yoochun pura-pura menghalau matanya menggunakan tangannya.

Teman sekelas yoochun dan junsu yang lain memasang wajah ingin muntah.
"Menggelikan!"

"Pagi-pagi sudah menggombal"

"Dasar haus belaian!"

"Berikan aku kantong plastik! Perutku mual"

"Woi!" Teriak yoochun kesal. Dia menghampiri temannya yang mengatainya dan menjitaknya satu persatu.

Junsu dan yang lainnya tertawa. Akhirnya beban dihatinya bisa diatasi. Hari-harinya kini dipenuhi kesenangan walaupun tetap ada perasaan menggebu dalam hatinya yang tidak sabar ingin segera bertemu dengan hyungnya.

Tiba waktu liburan sekolah. Junsu ditemani yunho, yoochun, serta kedua orang tuanya mengunjungi rumah sakit tempat jaejoong dirawat. Yunho itu ternyata salah satu dokter yang menangani pasien dirumah sakit jiwa itu dan jaejoong salah satunya.

Selain itu, ternyata beberapa tahun lalu yunho juga pernah menjalin hubungan dengan jaejoong. Mereka berbeda sekolah sehingga saat itu sangat jarang untuk mereka bisa bertemu. Bisa dikatakan kondisi jaejoong yang seperti ini yang memotivasi yunho untuk menjadi ahli kejiwaan. Dia sudah pernah bersumpah bahwa orang pertama yang akan dia sembuhkan adalah jaejoong, orang yang sangat dicintainya.

"Kau gugup?" Tanya yoochun

"Mmm sedikit..."

"Jangan gugup, jangan takut, aku berada disampingmu" yoochun menggenggam erat tangan junsu.

"Tidak apa-apa junsu, sekarang hyungmu pasti akan menerima kehadiran kita" ucap hangeng optimis.

Yunho membawa mereka ke sebuah ruangan cukup besar dimana mereka akan dipertemukan dengan jaejoong. Mereka menunggu beberapa saat sampai jaejoong datang.

Ceklek

Ketika suara gagang pintu terdengar junsu langsung berdiri dan mendekati pintu masuk. Pintu terbuka, disana jaejoong berdiri dengan senyum canggung diwajahnya.

"Hyung!" Pekik junsu senang.

"Suie" jaejoong merentangkan kedua tangannya yang bergetar.

Junsu berlari dan dengan senang hati memeluk hyung yang sudah sangat lama tidak dia jumpai. Tidak ada jaejoong hyungnya yang akan histeris dan memberontak karena sentuhannya, walaupun tubuh hyungnya bergetar tapi kehangatan yang junsu terima dari pelukan ini menyejukan hatinya.

"Aku rindu hyung"

"Aku juga"

Hangeng dan heechul ikut berpelukan dengan mereka. Mereka larut dalam kebahagiaan. Keluarga kecil mereka sudah kembali. Mereka bersama salin berpegangan tangan akan menjalani kehidupan baru mereka. Jelas tidak mudah, tapi jika berusaha dan saling menjaga semua akan bisa dihadapi.

-Hanya karena tidak nampak bukan berarti luka itu tidak ada.

End

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience