Orang di dunia pastinya memiki keistimewaan berbeda-beda tetapi hanya saja ada kelebihan dan kekurangan. Khususnya orang-orang yang dipilih Tuhan. Pastinya berbeda dan bersifat khas. Grace berharap tidak menjadi istimewa lantas binggung mengapa ia mendapati payudaranya mengeluarkan air susu sejak kemarin?
Aku heran?Tentu saja.Dia bertanya-tanya sebenarnya ada apa. Baru juga pulang sekolah,lalu aku tidur sejenak selama beberapa menit. Saat aku terbangun dari tidur,aku merasakan dadaku sakit dan nyeri,aku pun tidak tau alasannya.
Ketika aku pijat payudaraku, tanpa disangka keluarlah setetes air dari puting payudaraku.
Ini jelas bahwa cairan ini adalah asi yang diproduksi oleh ibu yang sudah melahirkan,aku binggung kenapa cairan ini bisa keluar? padahal usiaku 17 tahun menghasilkan cairan susu.
Ingin bertanya ke dokter, Grace masih ragu. Masalahnya yang dia alami fenomena sangat aneh. Sehingga cara yang paling tepat dan aman ialah berjalan di google sehinga aku menemukan jawaban.
Bahwa anak remaja memang bisa mengeluarkan ASI yang disebabkan oleh tingginya hormon prolaktin yang dapat dipengaruhi oleh faktor. Seperti konsumsi obat-obatan,penggunaan obat hormonal,gangguan hormon tiroid,gangguan ginjal,trauma cedera pada dada disebut dengan stress, dan juga konsumsi herbal tertentu. Melihat penyebabnya kini,Grace jadi tidak heran lagi.
Setahun Belakangan ini aku memang terus mengkonsumsi obat-obatan, aku pun juga mengidap beberapa penyakit. Mungkin memang ini penyebabnya.
Huft..........helaan nafas panjang keluar dari bibir Grace. Aku bergegas bersiap-siap berangkat ke sekolah. Sudah rapi dan tinggal berangkat. Namun,sayangnya seragam bagian dadaku kembali basah lantaran air susu itu terus menerus keluar. Sehingga aku tidak bisa berangkat sekolah dengan kondisi seperti itu.
"Grace, ayo nak kamu sarapan dulu!" teriak mama dari lantai bawah. Aku pun kebinggungan hendak harus bagaimana. Karena tidak tahu lagi,aku pun segera berganti bra,tanktop dan mengenakan seragam yang lain. Setelah itu aku memakai sweater hitam agar tidak terlalu kelihatan bisa cairan itu keluar.
"Mama,Grace berangkat." Aku pun berangkat dengan tergesa-gesa karena sudah telat lalu aku turun dari tangga,menghampiri sang Mama di meja makan.
"Grace,sarapan dulu dong,sayang."
"Grace udah telat,Ma." Usai mengecup tanggan Mamanya,aku pun bergegas keluar dari rumah menghampiri supir taksi yang sudah menunggu di depan pagar, Grace masuk ke dalam dan menyuruh pak supir segera menyalakan mesin.
Mobil mulai dijalankan,saat baru keluar dari perumahan sebuah motor sport menghalangi jalan.
"Lho,kenapa berhenti,Pak? Saya udah telat ke sekolahnya,"keluh gadis itu.
"Maaf dek,Tapi motornya menghalangi jalan."
Grace mengikuti arah tunjuk pak supir,aku pun melihat dari dalam kaca mobil bahwa ada sebuah motor gede tengah terparkir lancang di tengah jalan.
"Kenapa parkir tengah jalan coba",gerutu Grace.
Aku berniat turun dan mencari si pelaku,sang pemilik motor lebih dulu muncul,naik ke atas motornya. Raut wajah Grace mendatar,tentu dia tahu siapa orang itu. Adriel Matthew adalah cowok yang brutal,cuek,dan angkuh. Adriel terkenal sangat dingin sehingga terkenal di sekolah. Orang-orang menjulukinya pangeran lantaran ketampanannya.
Mereka satu kompleks perumahan,tapi tidak pernah saling berbicara. lagi pula Grace tidak ingin dia cuman mengenal dari temanya, Celia.
"Jalan pak," titah Grace saat dia melihat menghilangnya bersama motornya.
Mobil kembali melaju,kali ini Grace menyuruh pak supir mengebut lantaran tidak ingin dihukum karena terlambat.
"Menu makanan sehat terdiri ayam,telur,gandum,daging..."
"Sssst! Bosen?" Seorang gadis yang sudah pasti bernama Celia mulai berulah, yang dia lakukan sedaritadi berbisik ria dengan Ronal padahal guru sedang menjelaskan di depan.
"Iya nih, Kantin yuk?"
"Okey."
Mereka berdua berdiri.
"Lo ngikuti nggak,Grace?" tanya Celia.
Awalnya Grace tidak ingin,namun dia merasakan payudaranya menteri dan mulai berat. Alhasil ia tak punya pilihan selain mengangguk.
"Oh iyaa, jiwa badgirl-nya nih." Celia menarik lengan Grace ke meja guru depan. Sang guru yang melihat ketiga siswi itu sepertinya sudah paham,tanpa bertanya dia sudah mengangguk tanda mengiyakan.
Mereka keluar dari kelas. Baru saja keluar melangkah koridor kelas sebelah, Grace melepas rangkulan kedua temannya itu dari lenganya.
"Gw ke toilet,bentar."
"Yaelah! Ngapain,sih? Tahan bentar dong,Grace. Kita cuman beli makanan habis itu pindah ke lab."
Ngomong-ngomong,lab tempat favorit untuk membolos. Sepi,tersedia wifi,sofa empuk dan kamar mandi.
"Udah nggak kuat. Kalian duluan ya. Gw nyusul." Tanpa memberi jawaban lain, Grace berlari menjauh. Dia juga memegangi dadanya sendiri yang benar-benar terasa berat.
Hanya tersisa beberapa langkah mencapai toilet,hal tak terduga terjadi seseorang menabraknya dari arah depan. Membuatnya jatuh terpental ke lantai.
"Aduh",ringisnya.
"Lu jalan pakai mata!"
Grace tersentak,menengadah kepala memandang cowok yang berdiri menjulang dihadapanya. Sorot wajahnya tegas dan tajam,begitu menyeramkan. Tidak sempat mendeskripsikan lebih banyak, Grace buru-buru berdiri dan menghilang di balik toilet. Dia menetralkan deru nafas. Bukan salah tingkah. Hanya saya sweater depanya sudah sangat basah,Grace takut dipandang aneh.
Grace membuka seragamnya di salah satu bilik toilet, lalu menurunkan bra yang sudah basah kuyup dan membiarkan air susu mengalir ke tisu. Dia menghela nafas. Merasa resah dan sangat memikirkan nasibnya. Semoga air susu itu segera berhenti agar dia bisa menyusul kedua temanya sebelum mereka yang duluan mendatangi ke toilet.
"Ma, haus". Adriel melempar ranselnya. Menghempaskan tubuh ke sofa dengan menyandarkan kepala.
Sang Mama Adriel datang membawa secangkir susu yang jelas bukan susu sapi. Cowok itu mengambil dan segera mendekatkan cangkir ke bibir. Baru merasakan di lidah,dia langsung melempar susu itu ke lantai sambil melepeh.
"Jangan ngasal dong, Ma! Kalau Adriel sakit,gimana?"...tukasnya dengan alis tertekuk.
"Itu masih seger, gadis usia dua puluh tahun yang baru melahirka . Harus dimana lagi mama cari yang sesuai lidah kamu?"
"Pokoknya Adriel nggak mau tau,aku kehausan. Laper!!! Kalau gini terus, Adriel bisa mati!" Dia menatap Mama Adriel nyalang.
"Semuanya kamu tolak,Mama harus gimana lagi, sayang?"
Cowok itu mengusap wajah gusar.
Sejak lahir hanya mengonsumsi asi,itulah dirinya. Tidak bisa menerima makanan yang normal seperti manusia biasanya.
"Mama bakal cari lagi. Tapi sekarang sebagai gantinya,kamu minum jus buah dulu,ya?" Ara memberikan jus sirsak yang langsung dibuang Adriel.
"Nggak bisa! Adriel nggak mau makan selain asi!" Tanpa berkata-kata lagi,cowok berperawakan tinggi itu beranjak menuju kamarnya di lantai dua. Meninggalkan mama yang dibuat pusing harus mencari kemana lagi. Selama 17 tahun di bertahan memberi makan putra tunggalnya itu. Masih lebih baik memberi nasi,malangnya dia harus menyediakan hal yang sulit untuk dicari.
Bel istirahat berbunyi nyaring. Grace menjambak rambutnya karena frustasi. Sejak pelajaran mulai,dia tidak pernah fokus. Pikiranya terus tertuju pada keadaanya yang benar-benar aneh. Dia terus memikirkannya sampai kepalanya hampir pecah. Di satu sisi dia merasa khawatir,di sisi lain dia merasa ingin tidak memberitahu siapa pun. Apa benar hal yang aku alami termasuk hal wajar? Apa aku harus mengambil langkah serius?
Tetapi tidak. Grace tidak setuju dengan opsi kedua. Dari penjelasan google,itu berakibat fatal untuknya. Mungkin sekarang, Grace harus memulai terbiasa hingga cairan putih itu berhenti dengan sendirinya.
"Grace,nonton basket,yuk!" Ronal berlari menghampirinya dari pintu kelas. Senyumnya mengembang lebar sambil mengayunkan lengan Grace.
Grace langsung menggeleng sebagai penolakan. Untuk situasi sekarang, aku tidak ingin melakukan apa pun. Celaka... Temannya yang satu itu tidak mengerti kondisi yang sedang aku alami. Tanpa coba memahami, Ronal menarik tanggan Grace pergi.
"Ronal,gue nggak mau. Perut gw lagi sakit," tolak Grace di perjalanan. Berharap dengan begitu temanya itu paham. Sekali lagi, Ronal sama sekali bukan orang seperti itu. Dia tidak mendengarkan Grace, lalu menariknya penuh semangat menuju lapangan basket outdoor.
Merasa percuma menjelaskan,Grace menghela nafas. Memilih mengikuti arah tariknya. Disana,sudah ada Celia dan teman sekelas lainya. Grace duduk di sebelah Celia penuh kekesalan. Dia paling tidak suka berada diantara keramaian. Apalagi berada diantara keramaian. Apalagi mood-nya sedang tidak baik.
"Kak Adriel!" teriakan para siswi di sekitarnya membuatnya lebih tersiksa. Dia menahan diri mati-matian dengan pura-pura menonton pertandingan basket di depan walau dia sama sekali tidak sungguh-sungguh menonton.
"Grace, dia kak Adriel! Cowok yang kemarin gw ceritain! Ganteng banget, kan?"
Grace mengikuti saja arah tunjuk Ronal. Matanya menyipit karena terik matahari sedikit menyilau. Sebenarnya dia sudah tahu, seperti yang dikatakan kemarin. Celia lebih dulu mengatakan padanya tentang Adriel. Tapi, Grace sama sekali tidak tertarik.
Pertandingan antar kelas itu terus berlanjut,hingga entah kenapa,tiba-tiba wajah bertemu dengan wajah cowok itu. Grace sangat yakin cowok itu sengaja meliriknya.
Bahkan karena itu juga,para gadis disekitarnya memekik heboh,menganggap Adriel baru menatap mereka. Padahal yang sebenarnya cowok itu menatap ke arah Grace.
Tidak peduli,Grace lanjut menyaksikan pertandingan walah tidak terlalu fokus. Sampai bola basket tiba-tiba melambung ke arahnya dan mendarat tepat di bawah kakinya
Gadis itu menatap ke bawah,tepatnya ke arah bola orange itu. Saat mendongak,seorang cowok berpakaian basket berdiri dua meter di hadapanya.
Iris mata tajamnya menyapa iris legam milik Grace. Rambutnya bercucuran keringat. Aromanya menguar jelas keringat. Aromanya menguar jelas di Indra penciuman Grace. Aroma vanilla yang baru Grace hirup teryata bau dari tubuh seorang cowok.
"Boleh ambilin?" Suaranya terdengar,merebut atensi Grace sepenuhnya.
....
"Grace Carmelita."
Baru saja namanya disebut,dengan senyum tawa dia berjalan ke depan mengambil surat ulanganya.
"Seperti biasa,kamu siswa nilai tertinggi," ujar Bu Rahmi, guru biologi yang terkenal paling tegas.
Grace menerbitkan senyum tipis,lalu berbalik ke kursinya lagi.
Kertas ulangan dibagikan ke setiap murid. Hingga selesai dan pelajaran kembali dimulai.
"Grace, payudara Lo kok tambah gede, sih?"
"Eh!" Dengan melotot Grace membekap bibir Celia rapat-rapat. Temanya itu berceletuk di tengah keheningan,murid sekitar pasti dapat mendengar. Ronal yang duduk dibelakang berpindah ke depan, menelusuri yang dikatakan Celia, membuat Grace menutupi bagian dadanya menggunakan ransel. "Kalian apaan,sih!"
"Bener...tambah gede, Grace," ucap Ronal.
"Ishhh!"....Grace berdelik tajam,melirik ke papan tulis dimana Bu Rahmi sedang menggambar susunan sel.
"Cerita ke kita! Ada apa?" Celia bertanya usai menepis lengan Grace yang membekap bibirnya.
"Nggak ada apa-apa."
"Pasti ada sesuatu. Tuh,telinga lo merah."
Sontak Grace menutup kedua telinganya. Ketika sedang gelisah,daun telinganya sangat cepat bereaksi,memerah.
"Ayo cerita, Grace! Lo nyembunyiin sesuatu,kan? Apa? Ayo,cerita!" Ronal terus mendesak,membuat Grace kelabakan,spontan dia bangkit dan meminta ijin ke toilet.
Dia berlari terbirit-birit,payudaranya kembali terasa berat. Sebelum koridor ramai karena bel istirahat baru berbunyi,lekas dia berlari menuju toilet. Sangat disayangkan,setiba di toilet tidak ada bilik yang kosong. Menunggu sejenak,namun yang ditunggu belum juga keluar. Kedengeranya mereka anak cheers yang sedang mandi. Tidak ada waktu untuk menunggu lagi. Oleh sebab itu, Grace memilih keluar dan mencari toilet lain.
Selama lima belas menit berkelintaran mencari toilet,selalu saja ada perkara,misalnya toilet rusak sehingga dikunci,penuh atau keramaian. Yang membuat Grace panik karena payudaranya lebih berat. Merasa tidak kuasa menahan sesak,dia berlari ke gudang ujung yang jarang dilalui orang. Disana dia melepaskan seragam,lalu membuka kaos dan menurukan bra. Untungnya dia membawa tisu,dia gunakan untuk mengusap dan membersihkan setiap tetes susunya yang berlinang.
Tak!!! bunyi pintu gudang
Grace melotot ketika pintu gudang dibuka. Buru-buru dia bersembunyi dibalik tumpukan kursi bekas. Bagaimana bisa ada orang?.
Setahunya gudang itu adalah tempat paling jarang dikunjungi orang. Dalam hati dia berteriak supaya tidak ketahuan. Betapa paniknya? Aku tidak mengenakan baju. Hanya berandalkan seragam dan tanktop aku menutupi bagian payudara sambil terus merapalkan doa.
"Ngapain Lo di situ?"
Deg...
Jantung Grace bom bunuh diri yang siap meledak. Pacuanya sangat kencang,seluruh indranya juga melemas yang membuatnya tidak kuat menopang tubuh.
Grace tambah melotot saat cowok itu mendekat dan melihat kondisinya secara langsung!!! Cowok itu mematung saat melihat Grace, begitu juga Grace yang mematung memikirkan seseorang cowok sedang menatapnya yang setengah bugil.
Derap kaki dari luar terdengar mendekati gudang. Lagi dan lagi Grace melotot tambah lebar. Tanpa aba-aba lengan Grace ditarik, dipepetkam ke tembok di sebelah pintu. Yang menjadi masalah,cowok itu ikut menghimpitnya.
"Tahan nafas," bisik Adriel membekap bibir Grace menggunakan telapak tangganya.
Tak!!!
Pintu gudang dibuka. Memang agak rusak sehingga ketika knopnya dibuka menimbulkan bunyi gaung.
"Nggak ada,kemana sih bos kabur."
"Cari ke lobi coba."
Pintu gudang kembali ditutup,derap kaki itu pun semakin menjauh.
Grace mendorong Adriel dengan tubuh bergetar,wajahnya pucat pasti seprti ikan mati.
"Bego!! Ganti baju di gudang," tukas cowok berpakaian basket itu. Tak sengaja dia melihat banyak tisu berceceran tidak banyak bicara dia mengambil salah satunya. Mata Grace membulat,sontak merebut tisu dari tangan Adriel dan mengumpulkan tisu-tisu lain dengan gelagapan.
Namun sangat disayangkan,Adriel sudah lebih dulu memegang tisu itu. Jarinya sudah menyentuh tekstur basah dari tisu tersebut. Dan tentu saja dia mengenalnya.
"Lo....." Tatapan mata Adriel menajam. Sedangkan Grace semakin memucat,dia mengeratkan kain yang menutupi payudaranya agar tidak terjatuh.
Mereka saling tatap menatap dalam beberapa detik,sampai Grace merasa cukup lelah dengan situasi. Dengan wajah penuh permohonan Grace melontarkan satu kalimat.
"Gw mau pake baju,gw mohon lo keluar, ya?"
"Berapa bulan?" Dia malah bertanya hal tak masuk akal.
"B-berapa bulan apanya?"
"Anak lo,usianya berapa bulan?"
Grace membatu,menjadi gagap. Sesak nafas lalu membatu lagi. Terlalu membuatnya kaget luar biasa.
Perhatian Grace tercuri pada seragam di lenganya. Basah lagi! Itu artinya air susunya keluar lagi!!!
"Netes".
Lagi dan lagi Grace dibuat sesak nafas. Pasalnya cowok itu dengan sangat gampang menunjuk lantai dimana asi Grace bercucuran. Benar-benar memalukan! Bahkan Grace tidak tahu mau diletakan dimana lagi wajahnya.
"G-gw mohon,lo keluar dari sini".
Dia bergeming,fokus menatap lantai yang meneteskan banyak air. Kemudian bergumam lirih.
"Haus".
H-haus?
Harusnya dia keluar untuk membeli minum,nyatanya dia masih berdiri dipijakan tanpa bergerak sedikit pun.
Grace kalang kabut,aku tidak bisa keluar dengan kondisi tidak memakai baju, aku juga tidak bisa mengenakanya disini. Lantas,apa yang bisa aku lakukan?....
"Haus",katanya lagi kali ini berjalan mendekati Grace.
Pupil Grace membesar. "Lo mau ngapain?"
"Gw laper," tegas cowok itu.
"K-kalau laper ke kantin!! Ngapain deket-deket, dah!!!" Grace berniat kabur, namun tangannya lebih dulu dicegat dan tubuhnya dihempaskan ke dinding.
Ada rasa ngilu karena pinggangnya menubruk besi baja,tapi perhatianya kembali tertuju pada cowok berwajah tajam di hadapanya. Grace mengeratkan seragam yang menutupi dadanya.
"G-gw mohon jangan".
Perlahan Grace menangis. Seluruh tubuhnya berguncang hebat.
Pada saat itu Adriel menghentikan langkah untuk mendekat.
"Jangan apa-apain gw, gw nggak bersalah apa pun". Grace meringkuk jatuh,menangis terisak dengan bahu bergetar.
Perlu beberapa menit gudang diisi oleh tangisan Grace, sampai Adriel menghela nafas berat kemudian pergi begitu saja meninggalkan dirinya.
Disaat itulah Grace menghentikan tangis. Mendengar derap kaki mulai menjauh, buru-buru Grace memakai bra,tanktop dan juga seragam yang sudah basah total. Tidak apa, yang penting aku sudah menggunakan pakaian lagi.
.....
Share this novel