hujan turun dengan deras, Erythas sedang menunggu arus sungai naik dengan pakaian nya yang basah kuyup, Ia menunggu beberapa menit dan air sungai pun sudah naik. airnya begitu deras membuatnya semakin ingin melompat ke sungai.
Tetapi sebelum melakukan itu Erythas membayangkan dirinya yang dulu, yang penuh kebahagiaan bukannya penderitaan, Ia menatap arus sungai dan bersiap untuk melompat, Tubuhnya seperti mati rasa. ia tidak merasakan tubuhnya saat terseret arus sungai.
Sebelum ia pingsan, ada sesuatu yang berdengung menghantui kepalanya. Suara aneh terdengar di kepalanya. suara itu berkata "kau pikir kematianmu akan datang hari ini?", "aku akan membawamu ke dunia dimana kau bisa melupakan semua penderitaanmu."
Erythas tak sadar dirinya sudah berada di dunia lain, ia melihat pepohon raksasa setara dengan gedung pencakar langit.
Erythas panik "dimana ini...? tidak mungkin pohon bisa tumbuh setinggi itu."
Erythas mengingat kejadian saat di sungai "aku ingat sekarang, suara aneh itu memberku peringatan."
Erythas tidak mengingat suara aneh itu mengatakan, ia akan dibawa ke dunia lain yang akan melupakan penderitaannya.
Ia merasa cemas karena banyak sesuatu yang aneh sampai tidak bisa tidur. Malam pun tiba, dua bulan terbit di atas pohon raksasa itu dan membuat pikiranya bertambah lagi.
Erythas dadanya sesak.
Erythas "Apakah aku sudah mati?"
Seorang gadis berambut perak menghampirinya, berjalan pelan memakai topeng hitam di wajahnya.
Kata Gadis itu dengan suara lembut "selamat datang di Reveria."
Erythas bertanya tegas "siapa kau?!"
Gadis "maaf karena aku belum memperkenalkan diri... namaku Lynera."
Erythas berpikir bahwa dirinya telah mati dan hidupnya berakhir di sungai, yang menjadi beban pikirannya adalah, ia tidak ingat kalau suara misterius di tubuhnya telah membawanya ke dunia Reveria.
Lynera perlahan menurunkan topengnya, wajahnya sangat cantik seperti seorang kesatria wanita, memakai baju zirah warna keemasan
Lynera menjelaskan "aku menemukanmu tak sadarkan diri di hutan."
Erythas "sebenarnya... apa yang terjadi, kenapa aku bisa di sini?"
Lynera "aku melihat ada aura misterius di sekitar tubuhmu saat itu"
Erythas "seharusnya aku sudah mati... aku memilihnya sendiri karena kupikir saat aku mati hidupku akan tenang"
Lynera "kenapa kau ingin mati...?"
Erythas dengan nada serak "Sebenarnya... aku bukan berasal dari dunia ini..."
Lynera terdiam saat Erythas mengatakan bukan berasal dari dunia ini, ia tidak percaya kalau Erythas adalah pewaris inti abadi, karena ia tidak menemukan bukti kalau Erythas bukan berasal dari dunia Reveria.
**
Mereka bersiap untuk pergi ke suatu tempat, Lynera membawa Erythas pergi ke sebuah kota kecil tersembunyi di lembah. Mereka berjalan pelan melewati hutan, dari balik kabut tipis ada makhluk besar yang mengintai.
"Rrruumm!" Suaranya sangat besar dan menakutkan
Lynera menarik tangan Erythas untuk lari, tetapi erythas tidak punya tenaga untuk berlari saat ini.
Lynera "Voidfang bukan lawan mu sekarang!"
Erythas bersembunyi di balik batu yang ada di sampingnya, Udara di sekitar menjadi dingin. Lynera mengeluarkan tongkat sihir yang ujungnya berbentuk bulan.
Lynera mengeluarkan aura dari tongkat itu, menembakan sesuatu seperti cahaya.
"Fwoosh!" Suara tongkat yang diayunkan ke arah Voidfang.
Erythas kagum melihat Lynera mempunyai kekuatan sihir aneh seperti itu, Ia juga takut karena tidak memiliki kekuatan sihir seperti itu. Mereka melanjutkan perjalanan ke kota kecil tersembunyi di lembah Reveria.
Di akhir perjalanan mereka terkepung oleh tiga Voidfang yang lebih ganas, Lynera menembakan tongkatnya lagi untuk kedua kalinya tetapi tidak mempan untuk kali ini.
Tubuh Erythas mengeluarkan aura biru, pedang transparant mengapung di depan Erythas. Tubuh Erythas terasa panas tapi tidak ada cara lain untuk mengalahkan monster itu, Erythas menyentuh pedang di depanya dengan satu jari dan menggenggamnya.
Erythas dengan tubuhnya yang panas "Sebenarnya... kekuatan apa ini...?"
Erythas menyerang menggunakan pedang tersebut "wooshh!" kekuatanya melebihi tongkat sihir milik Lynera.
Tiga Voidfang sekarat dalam satu tebasan.
Mohon lanjut baca
Share this novel