Rate

Prolog

Drama Series 1414

Marwa cantya, memutuskan untuk merantau dari pulau Jawa ke pulau Sumatra untuk melanjutkan pendidikan agamanya di salah satu universitas islam di Sumatra barat. Keputusannya itu membuatnya bertemu dengan Arifin abdul zaki seorang pemuda minang yang membuatnya jatuh hati dan memutuskan untuk menikahinya, tetapi secara siri yang disebut orang minang pernikahan di bawah tangan. Sebuah pernikahan yang hanya dilaksanakan secara agama dan tidak di sahkan secara Hukum Negara Indonesia, sehingga apabila ada perceraian, pihak wanita tidak bisa menutut hak apapun baik untuk dirinya dan anaknya. Keputusan nikah siri diambil Marwa atas usulan Arifin, karena mereka masih berstatus mahasiswa. Dengan alasan cinta dan menjaga kehormatanya, Marwa menerima usulan Arifin. Tetapi betapa malanngnya gadis perantauan ini.

Pilihannya menikah siri dengan pujaan hatinya adalah awal dari deritanya. Sang suami menafikan janji pernikahan yang telah diucapkan di depan penghulu. Ijab kabul yang dulu diucapkan dengan indah dan lantang kini ia khianati dengan mudahnya, dan menikahi Rosa gadis yang ia anggap lebih pantas untuk berada di sisinya. Seorang diri tak meratapi nasib malangnya, Marwa bangkit membesarkan Anaknya Asyifa Azzahra sendirian, buah cintanya dan Arifin. Berhubung pernikahan siri tidak diakui hukum Marwa mengalami begitu banyak kesulitan untuk dokumentasi Anaknya, baik kartu keluarga, dan dokumen lainnya yang dibutuhkan Asyifa untuk duduk di bangku sekolah, ditambah lagi cemooh dan hinaan masyarakat yang berpikir anaknya adalah Anak haram.

"Tidakkah berarti bagimu waktu kebersamaan kita selama ini?!" bulir-bulir kristal menetes lembut di pipi Marwa yang kemerahan.

Ranum mata yang begitu indah itu, terus menyembunyikan deritanya. Ia tetap mencoba tersenyum sembari air mata terus membashi pipinya.

"Bagiku pernikahan cukup sekali seumur hidup! Aku tidak bisa menikah lagi jika kau menghianatiku seperti ini!" Marwa mengusap air matanya, dengan tubuh bergetar ia tetap berbicara dengan senyum melingkar di bibirnya, seakan ia mendengar hal yang membahagiakan dari mulut suaminya.

"Marwa, sungguh maafkan aku! Kau tahu kalau orang tuaku dan keluargaku tidak tahu atas pernikahan kita ini!" Arifin berlutut di pangkuan istrinya yang mencoba membuang muka, menyemunyikan dukanya.

"Kalau begitu sah 'kan pernikahan kita secara hukum Negara ini!" pinta Marwa dengan suara bergetar penuh ketegasan.

"Aku tidak bisa!" Arifin berdiri dan berbalik badan, membelakangi Marwa.

"Kenapa?"

"Aku tidak mungkin melukai hati ke dua orang tuaku! Mereka telah mengatur perjodohanku, Aku tidak mungkin mempermalukan mereka!" jelas Arifin.

"Kalau dijelaskan baik-baik, pasti mereka akan mengerti dengan pernikahan kita." Marwa mendekati suaminya, dan memegang tangannya.

"Sudahlah, Marwa! Kita lebih baik bercerai saja!" Arifin melepaskan tangan Marwa.

"Kau tidak bisa menceraikanku!" tegas Marwa lagi dengan air muka merah padam.

"Marwa cantya tepat hari ini-" ucap Arifin yang hendak menalak Marwa gantung, karena Marwa langsung menutup mulut suaminya dengan tangan.

"Aku sedang mengandung Anakmu, Arifin!" sela Marwa, membulatkan matanya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience