Rate

Hari Pertama, Pertemuan Pertama

Drama Series 230

''Tenang Hasina, ini masih hari pertama masih ada hari kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya...'' ~Daffa Ramadhan

Pagi itu Bandung tidak sesepi biasanya, entah kenapa jalanan hari ini sangat macet, aku lihat bus-bus kota pun terlihat sangat penuh dengan penumpang. Mungkin, karena hari ini adalah hari pertama masuk kerja dan sekolah. Setelah libur Ramadhan kemarin.

Aku duduk di samping Pak Hadi (Sopir pribadi keluargaku), dengan buku-buku dipangkuan, dan jemari yang memencet tasbih digitalku , aku terus mengucapkan pujian untuk Allah SWT.
''Sudah sampai Neng'' ucap Pak Hadi.
Aku refleks menghentikan jemariku, aku segera bergegas mengambil buku-buku yang ada dipangkuanku lalu mendekapnya dan segera keluar mobil.
''Terimakasih Pa Hadi'' ucapku seraya menutup kembali pintu mobil.

Aku membalikkan badanku, menatap lekat bangunan sekolah bernuansa islami yang dicat kuning dan hijau, serta lukisan kaligrafi asma-ul-husna, membuat siapapun yang sekolah disini merasa betah dan nyaman, apalagi ditambah dengan beberapa pohon palm besar yang berjejer dipintu masuk. Aku mengambil nafas dalam-dalam merasakan sejuknya angin lalu menghembuskannya dengan kasar.
''Bissmillahirahmanirahim'' batinku. Sambil melangkah masuk ke sekolah.

Aku melihat detail sekolah ini, padahal aku rasa baru dua minggu aku tidak kesini tapi serasa aku baru masuk sekolah ini saja.
Aku jadi teringat saat pertama kali aku masuk sekolah ini, Ayah dan Bunda mengantarkanku sampai ke gerbang, bergantian mereka mengecup ubun-ubunku seraya berkata ''Semoga kamu betah ya sayang''.

BRUKKK!!!

Seseorang menabrakku, sekarang bayangan bahagia itu dengan sekejap sirna. Aku membungkuk merapikan buku-buku yang sudah jatuh ke lantai koridor. Disusul oleh seorang pria yang ikut membantu merapikan bukuku.
''Maafkan aku'' ucap pria itu.
Tanpa melihat dia terlebih dahulu aku segera masuk ke kelas.

Aku duduk di bangku paling belakang, sendiri, tanpa teman sebangku, dan aku tidak ingin hal itu terjadi. Entah apa yang terjadi padaku 6 bulan terakhir ini, katanya aku berubah menjadi pendiam dan tidak seru lagi. Memang sedang ada yang mengganggu pikiranku, dan aku malas untuk menjelaskannya pada semua orang.

''Stand up please!'' Teriak Rifki (Ketua Murid kelas XI-C), serentak semua murid berdiri. Bu Yanti masuk bersama seorang pria sebaya kami.
''Anak-anak perkenalkan ini adalah Daffa, teman baru kalian semua'' jelas Bu Yanti.
Aku berusaha melihat sosok pria bernama daffa itu, tapi apa daya tinggiku hanya 150 cm dan teman-teman didepanku jauh lebih tinggi dariku.
''Assalamu'aikum, Hai... Aku Daffa Ramadhan'' Ucap Daffa.
''Waalaikumsalam, Hai... Daffa'' Jawab teman-temanku serentak.
Aku tersentak setelah mendengar suara Daffa, sepertinya aku kenal. Ooh iya, dia yang menabrakku tadi.
''Nah Daffa, kamu boleh duduk dengan Kevin'' suruh Bu Yanti pada Daffa.
Dan sialnya, dia duduk tepat disebelahku.

Daffa berjalan dengan gayanya yang santai, dia menatapku aku berusaha tidak ikut menatapnya. Tapi apadaya aku sudah terlanjur menatapnya sebentar. Menurutku, dia lumayan tampan, hidungnya lebih mancung dariku, kulitnya pun putih mulus, perawakannya tegap dan tentunya lebih tinggi dariku.

''Baiklah, sekarang cek grooming kalian masing-masing'' suruh Bu Yanti pada kami.
Aku menurut, aku mulai mengecek groomingku dari ujung jilbabku sampai kaos kakiku. Dan sialnya, aku tidak memakai name tag. Segera aku mengecek ke dalam tasku tapi tidak ada.
''Yang tidak lengkap groomingnya silahkan kedepan'' suruh Bu Yanti.
Tidak ada yang maju satu orang pun, karena aku lihat semua orang memang sudah terlihat rapih. Dengan langkah yang berat aku memberanikan maju kedepan.
Baru juga selangkah, Daffa menyodorkan name tagku. ''Ini tadi terjatuh saat aku menabrakmu''. ucap Daffa.
''Terimakasih'' ucapku seraya memasangkan name tag di dada kiriku.

Pelajaran dimulai, aku dengan seksama mendengarkan penjelasan dari Bu Yanti mengenai Ekosistem Lingkungan Hidup.
Entah kenapa aku merasa ada yang sedang diam-diam memperhatikanku. Yap! benar sekali, Daffa diam-diam mencuri pandangannya padaku. Entahlah apa yang sedang ia pikirkan tentangku, tapi aku sungguh risih dengan dia, dan berharap bel istirahat segera berbunyi.

''Saatnya Jam Istirahat'' Bel berbunyi, semua siswa berteriak kegirangan. Mereka langsung pergi berhamburan keluar untuk pergi ke kantin. Aku mengambil kotak makan di dalam tasku, lalu aku pergi ke atas mushola.
Sebenarnya di atas mushola hanya sebuah teras tanpa atap, tapi aku merasa tenang disini karena tidak akan ada orang lain yang datang kesini. Ya iyalah, siapa juga yang mau diam di atas mushola yang masih beralaskan teras semen dan tanpa atap.
Aku sedang menikmati makananku. Martabak mini dengan topping keju susu is my favorit food, Bi Idah (Asisten rumah tangga di rumahku) memang pintar dalam hal memasak, ya walaupun masakan Bunda lebih enak tentunya.

Angin sepoi-sepoi mempermaikan jilbabku, tapi aku menikmatinya. Pandanganku teralihkan oleh kedatangan seorang pria.
''Kamu disini ternyata'' sahut Daffa sambil ngos-ngosan.
Aku hanya diam menatapnya sebentar lalu kembali melahap martabak miniku.
''Minta ya!'' ucap Daffa sambil meneguk minumku.
Aku tidak sempat melarang, dan membiarkan dia meneguk setengah isi botol minumku.
Daffa duduk disebelahku, sekitar 30cm jarak yang ada diantara kami.
''Ehh itu apa? Martabak? pengen dongg'' pinta Daffa.
Aku memberikan satu martabak pada Daffa.
''Terimakasih'' ucap Daffa yang langsung melahap habis martabak keju itu.
Aku beranjak pergi meninggalkan Daffa, yang aku rasa sudah sangat mengganggu waktu istirahatku.
''Ehhh mau kemana Hasina?'' tanya Daffa mencoba menghalangi jalanku.
''Mau kamu apa sih?'' Tanyaku dengan nada ketus.
''Menikahimu'' jawab Daffa
Aku mengrenyitkan dahiku. ''Udah gila ni orang'' batinku.
''Berteman sama kamu, masa iya nikah sama kamu. Tapi kalo kamu mau ya gapapa, tapi jangan sekarang nanti aja'' lanjut Daffa.
Aku semakin yakin kalau dia sedikit tidak waras.
''Tidak terimakasih'' jawabku ketus.
''Tapi aku mau'' ucap Daffa sambil menghalangi jalanku lagi.
''Tapi aku enggak'' jawabku semakin ketus.
''Ayolahhh'' pinta Daffa dengan wajah memelas.
Aku hanya menatapnya sekejap lalu pergi begitu saja, kini Daffa tidak mencegahku lagi. Tapi aku sedikit mendengar dia bergumam ''Ini baru hari pertama Hasina, masih ada hari kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya''. Aku tidak menghiraukan gumaman Daffa, aku meneruskan langkahku untuk pergi ke kelas.

Bel pulang telah berbunyi. Aku bergegas keluar kelas, karena aku takut Daffa menggangguku lagi.
''Hasina'' Panggil seorang pria di belakangku.
Aku memutarkan kedua bola mataku, karena aku tau suara siapa itu. Yap! Itu Daffa.
Aku mempercepat langkahku. Dan Daffa mengejarku. Saat aku akan menuruni beberapa anak tangga, entah kenapa aku kehilangan keseimbangan. Dan, Hap! Daffa menarik tasku hingga aku tak jadi terjatuh.
''Astaghfirullah'' ucapku seraya kembali berdiri.
''Kau tidak apa-apa,kan?'' Tanya Daffa khawatir.
Aku hanya mengangguk meyakinkan Daffa jika aku baik-baik saja.
''Kenapa lari coba?'' tanya Daffa.
''Ya kamu ngapain ngejar aku?'' tanyaku balik. Seraya kembali berjalan, kini aku membiarkan Daffa berjalan disampingku.
''Ya kan kamu lari jadi aku kejar'' jawab Daffa.
''Kamu kenapa mengikutiku terus sih?'' tanyaku kesal.
''Udah dibilang kalo aku mau jadi teman kamu'' jawab Daffa.
Aku mengehentikan langkahku didepan gerbang.
''Dijemput yah?'' tanya Daffa.
Aku tidak menjawab pertanyaan Daffa kali in'i. Aku bernafas lega saat mobilku sudah datang, tanpa berpamitan pada Daffa aku langsung naik ke mobil.
Aku melirik ke kaca sekejap, ku lihat Daffa melambaikan tangannya. Aku mendengus kesal seraya menyandarkan diri ke jok mobil.
''Siapa Neng itu?'' tanya Pa Hadi.
''Orang gila'' jawabku singkat.

Aku menyadarkan punggung dan bahuku di jok mobil, dan entah mengapa aku jadi memikirkan Daffa, dipikir-pikir caranya untuk berteman denganku sangat lucu dan terkesan memaksa. Dan dia cukup tampan hehe. Lah kok, aku jadi mikirin si pengganggu itu sih?. Hatiku jadi bertanya-tanya , besok hal apa lagi yang akan dilakukan Daffa untuk menarik simpatiku, dan agar aku menerimanya sebagi temanku, aku menunggu hal itu.

Itulah hari pertamaku masuk sekolah setelah liburan Ramadhan dan pertemuan pertamaku dengan seorang pria menyebalkan yang bernama Daffa Ramadhan yang kelak akan merubah segalanya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience