Rate

Masa SMA

Romance Series 995

Bandung , 2005

Suara kicauan burung terdengar disepanjang pagi, matahari mulai menyingsing ke peraduan dan mulai menempati singgah sananya. Namun, kamar seorang gadis masih dalam remang, tak banyak sinar menyeruak masuk hingga akhirnya korden penghalang cahaya itu dibuka diikuti sinar mentari menyeruak masuk, mengusik tubuh seorang gadis yang awalnya tidur nyenyak .
"Aduuuhhh buk , kanapa dibuka ,silau nih" ucap gadis itu
"Anak ini, liat sudah jam berapa sekarang? Kumaha neng gelis tak mau sekolah ya?" Ucap ibunya, gadis itu pun melihat jam didinding di samping kirinya, dan sontak wajah gadis itu terkejut
"Ya ampun Bu, kenapa gak dibangunin??" Tanyanya sembari terhuyung-huyung bangun dari ranjang ,
"Udah pukul 6.40 , kenapa baru dibangunin sekarang, udah gak usah mandi aja ini mah" ucap gadis itu sambil dengan cepat berbenah diri
"Eleh eleh, makanya abis sholat tak usah tidur lagi Eneng, Maudy kebiasaan sih " ucap ibunya tak terima disalahkan .
Hanya butuh 15 menit berbenah Maudy pun sudah siap dengan seragam putih abu-abu nya , ia lekas mengambil tas nya dan berjalan keluar sembari memegang sepatunya
"Kamu gak makan dulu?" Tanya ibunya pada Maudy
"Udah keburu Bu ,aku langsung berangkat aja" jawab Maudy sembari mengikat tali sepatunya
"Yaudah hati-hati " ucap ibunya , lalu Maudy mencium tangan ibunya untuk berpamitan , "berangkat Bu " Maudy bergegas dengan sepeda ontelnya namun langkahnya terhenti melihat kedua temannya didepan gerbang rumahnya. Ia pun kaget
"Loh kalian belum berangkat?" Tanya Maudy bingung
"Lama amat sih Lo ah , jadi telat nih, ayok cabut" ucap teman laki-lakinya yang direspon anggukan oleh yang lain, keduanya pun berlalu dengan sepeda mereka, Maudy yang merasa bahwa kedua temannya memang sengaja menunggunya tersenyum tanda bersuka cita ,bukan karena akan ada teman untuk dihukum, tapi ia senang lantaran itu berarti mereka setia kawan.
"Gilang , Gibran , tunggu!!!"
Maudy pun segera menyusul keduanya.

Lima belas menit kemudian mereka sampai di persimpangan dekat sekolah , mereka melihat gerbang telah ditutup dan Upacara bendera hari Senin , sudah dimulai
"Mampus kita" celetuk Gilang
"Terus gimana nih? Apa kita mohon aja ke pak satpam minta bukain gerbang" ucap Maudy spontan
"Ya gak bisa lah , mana mau dia " tentang Gilang
"Terus gimana?" Tanya Maudy lagi
"Oiya Lang, bukannya Lo tau jalan rahasia buat masuk ke sekolah ya ?" Celetuk Gibran ditengah kebingungan mereka
"Oiya bener , hayu langsung" Gibran dan Gilang pun beranjak mengayuh sepeda mereka diikuti Maudy.

Sekolah mereka memang sekolah yang sangat disiplin , bahkan tak ada kata telat terutama hari Senin. Bel berbunyi pada pukul 6.55 pagi dan saat itu pula gerbang ditutup, jika ada yang telat lebih dari 15 menit maka mereka akan disuruh pulang , karena sekolah dikelilingi Tembok besar kecuali di pojok belakang sekolah , dekat kebun , ada sebuah jalan dimana daerah itu hanya dipagari kawat , itupun sudah dipotong bagian bawahnya oleh murid-murid sehingga jika ada yang telat maka jalan satu-satunya untuk tetap masuk sekolah harus melaluinya.

Gilang , Gibran dan Maudy pun langsung ke tempat setelah menitipkan sepeda mereka ke warung samping sekolah ,mereka pun mengendap-endap pergi ke belakang dan benar saja ada pagar kawat yang telah dipotong, Gilang pun mengambil inisiatif , dan membuka pagar kawat itu dari bawah , ia pun masuk pertama setelah itu diikuti Maudy dan Gibran .
Baru saja Gibran masuk ke dalam halaman tiba tiba suara tepuk tangan seseorang dari balik pohon besar mengejutkan mereka bertiga. Desiran darah mereka semakin cepat saat melihat guru BP super galak itu berdiri tepat di hadapan mereka
"Waaaahh siapa ini?? Ada pelanggar aturan sekolah rupanya" ucapnya pada mereka bertiga membuat Maudy gemetar,
Sedangkan Gilang hanya berdehem dan Gibran hanya bingung dengan apa yang akan dilakukannya.
"Waaaahh ada pemandangan baru rupanya, 2 pengurus OSIS teladan dan 1 pengurus OSIS suka telat Dateng barengan ya" singgung pak Gatot lagi
"Kami kesiangan pak" jawab Gilang santai.

Sebenarnya untuk Gilang hal itu sudah biasa karena ia sering berurusan dengan pak Gatot lantaran memang dirinya sering telat , bahkan dia sering adu mulut dengan pak Gatot dengan beraninya .
Saat itu pak Gatot melangkah maju mendekati ketiga murid yang telat dan memukul satu per satu kepala mereka , pemandangan aneh muncul , bukan karena Gibran dan Maudy lagi yang untuk pertama kalinya telat , tapi karena Gilang untuk pertama kalinya tak memberontak dan diam diperlakukan seperti itu.
"Heehh tumben kamu, tak melawan saya , biasanya kamu bisa saja mukul balik saya" ejek pak Gatot berusaha menyulut emosi Gilang
"Tidak pak , bapak harus berterimakasih karena saya sedang bersama dengan kawan saya, jadi saya takut membuat keributan , takut mereka nangis nanti" ucap Gilang sambil mengalihkan pandangannya ke arah kedua temannya itu, sedangkan pak Gatot hanya berdehem kesal dengan jawaban itu, ia pun menarik lengan Gilang dengan paksa diikuti Maudy dan Gibran dibelakangnya.
"Sudah, ikut saya sekarang!!"

Upacara bendera telah usai , semua murid langsung berhamburan keluar dari lapangan Upacara, namun tak lantas membuat lapangan itu kosong, ada penghuni baru yaitu tiga murid yang telat datang sekolah dan berani menyusup melalui pintu gaib yang dibuat mereka sendiri.
"Berdiri yang tegap!!!" Perintah pak Gatot dengan suara yang lantang, lalu ia pun beraksi dengan mengeraskan suaranya agar terdengar oleh siswa yang melewati pinggir lapangan
"Kalian Tau kesalahan Kalian Apa??" Bentaknya
"Tau pak" jawab ketiganya serentak
"Kalian itu panutan di sekolah, kalian OSIS !! Kalian harusnya memberikan contoh yang baik , tapi malah telat dan berani sekali menyusup masuk ke sekolah " ucap Gatot dengan suara yang makin keras , Gibran dan Maudy menyimak tiap kata yang Gatot ucapkan tapi tidak dengan Gilang yang cengingisan sambil tersenyum menyapa teman-teman nya yang melewati pinggir lapangan . Lalu fokusnya kembali beralih pada pak Gatot saat ia membentak Gilang
"GILANG!!! Kamu dengar tidak!?" Bentak pak Gatot lalu langsung direspon dengan sikap sempurna
"Siap dengar pak" jawab Gilang sama tegasnya.

Setelah itu pak Gatot menghukum mereka bertiga dengan berjalan keliling lapangan sambil Jongkok sebanyak 5 kali putaran dan hormat pada bendera sampai jam pertama pelajaran usai.
Mereka tak banyak mengeluh dan langsung melaksanakan hukumannya.

Gibran dan Gilang mengikuti Maudy dibelakang dengan berjongkok mengelilingi lapangan. Yang mereka takutkan Maudy tak kuat karena ia belum sarapan pagi ini, tapi ternyata ia kuat dan langsung berbaris tepat didepan tiang bendera dengan posisi Maudy ditengah. Selama kurang lebih sepuluh menit hormat pada bendera mereka tak ada pembicaraan, sampai akhirnya Gibran membuka suara
"Kamu masih kuat Dy?" Tanya Gibran cemas, namun tetap menghadap ke arah bendera
"Iya, masih kuat" jawab Maudy lemas
"Kalau udah gak kuat udah berhenti aja , biar aku bilangin ke pak Gatot" lanjut Gibran yang dijawab gelengan oleh Maudy
"Enggak kok tenang aja masih kuat" tangkas Maudy
"Ya iyalah harus kuat, kita disini dihukum karena Lo, awas aja Lo nanti, abis Lo" ucap Gilang dengan peluh yang menetes dari keningnya
"Iya iya maaf , tadi kesiangan" jawab Maudy menyesal tapi tak ikhlas.
"Lo tadi malem dari mana sih kok pulang Ampek jam 10, ya pantes lah Lo kesiangan" protes Gilang
"Tadi malem diajak keluar Ama kak Hendra " jawab Maudy
"Kak Hendra kelas 3-A?" Tanya Gibran memastikan
"Iya "
"Ngapain si Hendra , ngajakin Lo keluar malem-malem?" Tanya Gilang penasaran
"Dia ngajak ke Alun-alun , tadinya mau nolak tapi dia maksa , akhirnya aku setuju ikut" jelas Maudy
"Dasar si Hendra " ucap Gilang ketus.

Bel pun berbunyi menandakan jam pertama pelajaran telah usai, mereka pun bergegas untuk masuk ke kelas. Harapan maudy Guru Biologi mereka, Bu Retno tak masuk ke kelas pada jam pertama sehingga mereka tak mendapatkan Alpha atau setidaknya Maudy berharap bisa meyakinkan Bu Retno dan meminta maaf atas keterlambatan mereka. Saat sampai kelas, mereka tak melihat adanya tanda-tanda kelas telah disinggahi guru pengajar .
Tanpa pikir panjang Maudy langsung masuk dan duduk di kursinya
"Sal, Gimana tadi aku di Alpha ya?" Tanya Maudy khawatir
"Eh Maudy kemana aja kok baru Dateng?" Ucap salsa yang malah balas bertanya
"Ihhh jawab dulu !!"
"Enggak kok Bu Retno gak masuk kelas, katanya anaknya masuk rumah sakit , jadi dia gak bisa ngajar tapi dia ngasih tugas buat dikumpulkan Minggu depan" jelas salsa.
Mendengar ungkapan teman sebangkunya rasa lega melanda pada diri Maudy , ia langsung lemas namun juga merasa bersyukur . Sedangkan Gibran dan Gilang tak mau ambil pusing dan terlihat masa bodo mau di Alpha atau tidak.

Setelah selesai pelajaran Bahasa bel Istirahat berbunyi ,hampir semua siswa berhamburan keluar kelas untuk rehat sesudah penat menerima materi, kecuali Gibran yang memilih untuk menetap dan membaca Novel yang baru dibelinya kemarin. Gilang pergi ke kantin bagian Utara dan Maudy pergi ke kantin bagian selatan.
Sekolah itu memang menyediakan dua kantin sekaligus, karena banyaknya murid di sekolah yang terkenal favorit di Bandung pada era itu. Kantin Utara disebut kantin Bangor yang ditempati oleh siswa berandalan sekolah bahkan anak-anak geng dari kelas sepuluh sampai kelas duabelas , sedangkan kantin selatan disebut kantin Bageur yang dipadati siswa dari berbagai golongan kecuali siswa berandalan.

Kantin Bangor adalah tempat strategis untuk merokok karena kantin ini terletak jauh dari Ruang guru ataupun kepala sekolah, sehingga mereka leluasa merokok tanpa diketahui oleh para guru. Para penghuni kantin ini tak begitu banyak hanya sekitar 10 sampai 15 persen siswa. Dan Gilang termasuk didalamnya. Seperti hari-hari biasanya Gilang akan nongkrong bersama kawan-kawan nya dari berbagai angkatan. Cara mereka menghabiskan waktu istirahat biasanya dilakukan untuk bermain alat musik, bernyanyi nyanyi dan membuat suara gaduh, tapi juga ada beberapa yang memilih untuk sekedar mengobrol, bercanda dan juga merokok

Meskipun teman temannya banyak yang perokok, hebatnya Gilang tak terpengaruh, saat ia hendak akan merokok ia akan teringat pada ucapan sobatnya Gibran
"Kalau Lo mau ngerokok kasih ke gue , biar gue yang mati duluan gara-gara ngerokok "
Tak tau kenapa ucapan Gibran waktu mereka masih SMP masih membekas diingatannya dan membuatnya bisa menahan hasrat mudanya untuk merokok.

" Lang, kamu teh seriusan gak mau ngerokok ? Sok mangga ambil " ucap Bayan, kakak kelas yang dekat sama Gilang
"Enggak kak makasih" ucap Gilang menolak
"Kenapa takut dimarahin bapak? " Tanya bayan penasaran
"Dia mah gak ngaruh buat saya, saya lebih takut sama ancaman orang lain, dia bilang mau mati kalau saya ngerokok, jadi saya takut" ucap Gilang, dan orang yang Gilang bicarakan pasti kalian bisa menebaknya sendiri.
"Pacar?? " Tanya Bayan masih penasaran
"Bukan , istri saya" ucap Gilang bergurau yang disambut gelak tawa yang lain
"Kamu mah ada ada aja" ucap Bayan yang juga tertawa.
Gilang memang disukai oleh banyak murid, khusunya murid-murid bandel karena dia mudah bergaul dan suka bercanda , tak seperti Gibran yang lebih memilih duduk Di kelas menghabiskan waktu membaca buku baik hikayat ataupun Novel. Sedangkan kalian pasti sadar bahwa Gilang berbicara lebih sopan pada teman-teman nya yang lain berbeda saat bicara pada Gibran dan Maudy yang bicara memakai Lo dan gue.

Di lain tempat, tepatnya di Kantin Bageur Maudy sedang duduk di bangku panjang dengan menanti Bakso pesanan mereka yang belum kunjung tiba .
Disela sela menunggu biasanya mereka akan membicarakan gosip terhangat dan teranyar disekolah mereka ,mulai dari gosip siswa bandel, gosip asamara siswa lain sampai gosip tentang hamilnya guru mereka.
"Eh kalian denger gak kabar kalau Bu Dessy , hamil ?" Ucap sela anak kelas sebelas Ipa-3
"Seriusan?? Bu Dessy guru Matematika kelasmu kan?" Tanya Rena teman sekelas Maudy di sebelas IPa-1
"Iya bener"
"Loh bukannya Bu Dessy baru nikah dua Minggu yang lalu ya??" Tanya salsa memastikan
"Iya memang tapi, perutnya kayak orang hamil sudah 3 Bulan ,udah buncit" lanjut sela
"Ah kamu teh seriusan?"
"Eleh eleh aku teh serius, dua rius deh, kamu sok liat sendiri , perutnya udah buncit" terang sela

Semua dimeja itu terbawa suasana dan terus membicarakan tentang Bu Dessy sampai Bakso pesanan mereka sampai
"Udah deh gak usah gosipin guru, dosa tau, nanti ilmunya gak berkah!" Ucap Maudy memberi nasehat
"Iya deh Bu OSIS " jawab Rena dengan nada mengejek
"Ihh apaan sih kok bawa nama-nama OSIS" sanggah Maudy
"Ya gak papa kan kamu memang osis kan?" Lanjut Rena

Mereka pun melanjutkan perbincangan mereka sambil menikmati Bakso Mak Ijah si penjual.
"Eh ngomong-ngomong , aku teh penasaran sama kamu Dy" ungkap sela dengan wajah agak serius
"Penasaran naon?" Tanya Maudy
"Kamu teh gimana kok bisa Deket banget Ama akang-akang kasep itu?" Tanya sela lagi
"Saha maksudmu?"
"Itu .... Si Gibran Ama si Gilang" lanjut sela
''mereka teh kasep pisan , mereka terkenal dimana mana, banyak penggemar mah mereka itu"
Mendengar perkataan sela membuat Maudy tersedak, ia pun menyeruput teh manis dihadapannya
"Kamu bilang mereka ganteng? Gak salah?" Tanya Maudy sedikit tak percaya
"Iya lah , mereka itu cowok-cowok tertampan disekolah kita , ya kayak kamu sih cewek tercantik disekolah kita, semua orang mah udah pada tau" ujar Sela bersemangat
"Aku mau muntah dengernya" balas Maudy tak percaya
"Ihhh jawab dulu atuh gimana kalian bisa Deket banget kayak gitu?" Sela penasaran
"Males ah , panjang ceritanya , lama juga nanti ceritanya Ampek jam pulang loh" jelas Maudy untuk menghindari pertanyaan itu
"Ayolah Dy ,kita juga pengen tau , kita kan sekelas " salsa ikut menimpali
"Ya udah oke , aku ceritain ke kalian!!"
"Dengerin ya!!"
'oke

~Bersambung~

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience