Bab 32

Family Completed 3875

Usai mendaftarkan Kaila di sebuah SD Swasta. Sepuluh menit jarak tempuh menuju butik Maia. Mereka menuju Pasar Pusat belanja tradisional untuk mencari perlengkapan sekolah buat Kaila. Sepanjang jalan tak henti-hentinya dia ngecewes, ada saja yang ditanyakan ke mama Maia. Begitu juga Maia merasakan ada sesuatu rasa kebahagiaan tersendiri, kala mendengar kicauan buah hatinya. 

Teringat, setiap kali Maia pulang dan menjenguk Kaila di kampung tempat tinggal sang mama, yaitu nenek Kaila. Bagaimana dia menceritakan dan mengenalkan Mama Maia kepada semua tetangga, dan teman-teman Kaila. Bercerita semua yang dialami setiap harinya kepada Maia sang mama. Dan bagaimana histeris tangisannya ketika sang mama pamit bakal kembali ke kota.

Ketika itu, dalam raut wajah Maia terlihat tetes air mata dan senyum yang hadir bersamaan.

"Uti, nanti gak boleh sampai terlambat maem, jaga kesehatan, karena Kaila mulai sekarang kan sudah tinggal sama mama, jadi gak ada lagi yang mengingatkan Uti setiap hari." Kata Kata Menasehati sang Uti.

"Kan ada hp sayang, jadi Kaila bisa telpon Uti untuk mengingatkan, saat waktunya maem atau ketika Uti waktu jam istirahat." Sela Mama

"Emangnya kalau di kota, anak seusia Kaila boleh bawa hp, emangnya nanti gak bahaya buat Kaila bawa hp. Kan di kota banyak penjahat yang setiap saat bisa mengancam jiwa Kaila kan Ma?".

Sesampai di parkiran, mereka bertiga turun. Kaila tak melihat kiri-kanan penuh dengan lalu lalang, hiruk pikuk yang sangat asing buat Kaila. "Sini, Uti gandeng sama Kaila biar kita gak sampai terpencar." Kata Kaila.

"Kita mampir ke toko depan mencari tas sekolah yang baru buat Kaila." Kata mama.

"Gak perlu,mamaaa!!!, Tas yang Kaila itu masih bagus, gak harus ganti. Mending kita lihat kasur yang empuk seperti punya mama, buat Uti. Biar Uti bisa nyenyak tidurnya. Kan sekarang Uti harus tidur sendirian." Kata Kaila dengan etesnya.

"Iya sayang, pasti mama belikan buat Uti, tapi sekarang ini kita belanja buat keperluan sekolah buat Kaila.". Jawab mama.

"Gak perlu lah ma. Mending uangnya ditabung saja buat uang biaya kuliah Kaila nanti.". Karena sang mama tak mau membuat buah hatinya kecewa maka Maia membatalkan rencananya.

"Ya sudah kita mampir di restoran buat makan siang saja ya kemudian kita pulang." Pinta mama.

"Apa gak sebaiknya kita, belanja untuk keperluan makan siang, gak perlu ke restoran juga jadi lebih hemat Ma?". Kata Kaila.

"Okey, terserah anak mama saja deh, sekarang kita kemana?". Tanya mama pasrah. Kemudian Maia bertanya : "Besok Uti kan sudah pulang, bagaimana kita membuat Uti senang?". Mendengar apa yang diucapkan mama,Kaila langsung setuju. "Okey. Terima Kasih mamaku tercantik sedunia." Puji Kaila.

"Kalau begitu kita ajak Uti ke restoran yang paling enak sedunia. Gimana?". Kaila langsung manggut-manggut tanda setuju. Dipandanginya sang mama dan Uti bergantian saat berjalan. Menuju tempat parkir.

semenjak Kaila diberi kabar bahwa dia akan sekolah di kota, memang dia lebih bersemangat dalam banyak hal termasuk waktu belajar, agar gak sampai ketinggalan dengan anak-anak kota, karena sekolah di kota lebih sulit daripada di kampung, seperti itulah yang sering dia dengar dari orang disekeliling Kaila di kampung. sehingga dia semakin banyak waktu digunakan untuk belajar. dan kerinduannya untuk selalu di samping sang mama telah terwujud sehingga kegembiraannya, kian kentara. disisi lain sebenarnya Kaila gak tega untuk meninggalkan di kampung sendiri. Kaila memang masih kecil namun keadaan yang membuat dia lebih dewasa dari usianya dalam banyak hal.

merasa bahwa sebentar lagi berpisah dengan sang nenek, ada kekuatiran yang mengganjal.

“Uti.” sapa Kaila.

“Ya sayang.” Jawab Utinya, sambil memeluk sang cucu.

“Nanti kalau nenek kangen sama Kaila, gak usah ditahan terlalu lama ya, mending uti telepon mama, biar nanti dijemput, jadi Uti gak perlu naik kereta sendiri.”mendengar apa yang dikatakan oleh sang cucu, memang benar. sebenarnya dia bakan kesepian, karena hari-hari yang dia lewati yang menghiburnya adalah sang cucu.

“Iya sayang. akan nenek ingat.” Tanpa terasa air matanya menetes di pipi.

…………..

Sementara itu disisi lain. di depan meja makan usai makan siang itu. diteguknya segelas air putih. diletakkan kemudian Arjuna berkata: ”Terimakasih sayang, masakan yayank hari ini membuat perut tambah gendut, soalnya sulit untuk berhenti sebelum hidangan yang yayank sajikan ludes.” katanya sambil menatap mata Irma mesra. dan tangannya mengelus-elus perut.

“Makasih buat pujiannya.” sejak pertemuan di Bali, hingga kini mereka memang tak ada yang berani menanyakan, atau bercerita tentang masa lalunya, terlebih semenjak perpisahan itu.

“Yang aku kepingin mempelajari lebih dalam tentang usaha ini, sehingga ketika kita mengembangkan bisnis ikan hias ini, keinginanku sih bisa mengekspor jenis jenis tertentu yang 

diminati pasar luar negri.”. kata Juna. kemudian mengajak Irma duduk di ruang santai.

bangunan tempat tinggal yang dibangun Irma memang seperti pada umumnya, minimalis dan tapi yang beda mungkin adalah konsep kolam ikan yang dibuatnya. mungkin karena dia adalah pengusaha ikan hias, jadi kolam yang ada di samping rumah. terhubung langsung dengan kolam ikan budidaya yang dikelolanya. dan menurutnya itu salah satu strategi pemasaran.

“ini yang sering Irma pamerkan kepada pelanggan.” Katanya pada sang suami.  kolam itu mengelilingi rumah, sehingga ketika menuju kesana, melewati jembatan. sehingga, ketika lewat menuju rumahnya terlihat ikan hias yang berkeriapan meliuk indah di kolam itu, di kiri-kanannya terhias tanaman bunga yang berwarna-warni. disana sini terdapat bonsai taman. dan saat malam terdapat lampu taman dan lampu sorot, yang langsung ke kolam itu, sehingga walau malam masih bisa melihat ikan-ikan hias disana.

"Ide yang berlian." Puji sang suami perlahan.

"Hari ini ada ikan hias  Auranti dari India datang sekitar 1000 ekor. Bulan lalu 500 ekor habis terjual dalam waktu seminggu."

"Sepertinya kita harus memperluas tempat ini, jadi pelanggan bisa leluasa, kita membangun di belakang saja. Kemarin sih papa udah nembus yang punya tanah, kebetulan yang punya memang mau menjualnya. Ya sudah besok Senin papa mau ke notaris. Jadi yah kita secepatnya bisa memperluas usaha kita." 

Irma tak berkedip mendengar suaminya. Menyadari hal itu diciumnya kening Irma.

"Mam, kiriman dari India datang." Kata Dony.

"He… mas bro sejak kapan dirimu panggil diriku seperti itu?". Tanya Irma sambil tersenyum.

"Sejak saya tau non Irma sudah menikah." Jawab Dony lalu tertawa.

Melihat Auranti yang dipindahkan dari kotak styrofoam ke dalam akuarium, Arjuna makin tertarik dengan semua ikan hias yang telah dilihatnya, terlebih dengan bisnis ini. Dalam hatinya dia punya keinginan untuk merubah haluan dan mengikuti jejak sang istri. Setelah pasti mendapat JM baru.

………..

Toyota Raize putih gading mulus berhenti dan parkir tepat di depan toko ikan hias Irma sehingga menutupi jalan masuk.

"Mas, permisi. Non Irmanya ada?". Tanya pria berwajah tampan bermata biru. Karena memang memakai lensa tanam.

"Maaf, dengan siapa ya?". Tanya Danny kepercayaan mbak Irma.

"Perkenalkan nama saya panjang, tapi biasa dipanggil Arif, saya kesini menurut info dari teman-teman non Irma tinggal di alamat ini dan telah sukses menjadi pengusaha ikan hias.". Jawab Arifin.

"Iya bener, Ini tempat mbak Irma. Silahkan masuk. Silahkan lihat-lihat disini agen ikan hias terlengkap dan termurah di kota ini. Bisa pinjam kotak mobilnya?".

"O silahkan kontak masih nempel di mobil." Jawab Arifin. Segera si Danny memindahkan mobil di parkiran samping toko. Irma Aquatic.

Dipesannya beberapa ikan hias untuk ditempatkan pada aquarium dan ratusan ikan untuk dilepas di kolam. Hampir semua jenis ikan yang dijual di Irma Aquatik ditanyakan, mulai dari nama, sampai asal dari mana jenis ikan. Karena memang semua karyawan sudah bekerja di Irma Aquatic. Sehingga dengan sabar mereka menjelaskan satu persatu, sampai jenis pakan yang wajib diberikan untuk ikan hias tersebut.

"O iya kira-kira non Irma datang jam berapa ya?". Tanya Arifin yang punya nama panjang.

"Wah maaf, kami kurang tau persis. Tapi biasanya gak lama. Mungkin sebentar lagi datang." Jawab Danny ramah. Karyawan Irma memang terkenal ramah, sopan dan telaten menghadapi pelanggan yang datang. Kalaupun ada yang super cerewet dan karyawan tak mampu menghadapi, maka akan ada penggantinya yang mampu menangani pelanggan yang super cerewet tersebut. Gak heran pelayanan di Irma Aquatic terkenal dengan keramahan dan mendapat rating tinggi di medsos. 

Terdengar suara mobil dan berhenti agak jauh dari toko ikan hias itu.

“sepertinya ada tamu, pelanggan istimewa.” Kata Arjuna sang suami.

“Kan sudah ada anak-anak yang menagani, mereka malah lebih profesional dalam menangani pambeli daripadamama.” Jawab Irma.

“Ya sudah papa kesana dulu ya sayang.” 

“Maem dulu dong sayang, masih banyak waktu untuk bekerja.” Pinta Irma. mereka berdua pun masuk ke rumah, lewat pintu yang tak terhubung dengan semua kegiatan toko.

“Mobilnya sudah datang, pasti sebentar lagi bakal kesini.” Kata Donny, pada sang pelanggan.

“okey, mas nanti ikan hias yang saya pesan ini kan bisa dikirim ke rumah kan?”.

“O… bisa pak kalau dalam kota akan segera kami kirim, sekarang juga bisa. kami memiliki lima armada untuk pengiriman dalam kota. untuk pengiriman luar kota tidak bisa kirim hari ini, karena kami harus membungkus ulang agar ikan yang kami kirim dalam keadaan sehat sampai tempat tujuan.” Kata Donny ramah.

“hmmm.. pelayanan yang super.” Katanya lirih.

melihat Irma, keluar dari dalam toko. Arifin langsung berlari kecil dan memeluknya.

“Aduh non sampai kangen aku, lama kita gak ketemu. hmmm.. tadi kata karyawan, kamu keluar, eeeeee, ternyata keluar dari dalam tho.”

“Iya, kami memang habis keluar, cuma tadi pas pulang memang lewat samping toko.” Jawab Irma.

“Aku kesini mborong ikan hias kamu lho non, gimana kabar kamu. terus terang sampai hari ini aku masih menunggu dengan penuh kesetiaan.” Kata Arifin. mendengar kata rayuan gombalnya si Arifin, Irma langsung membelokkan pembicaraan.

“Setia apaan, lha wong aku tadi berangkat jam sepuluhan, sekarang baru setengah satu. kok bilang setia menunggu.” Jawab Irma sambil tersenyum.

“Bukan itu maksudku sayang, aku menunggu jawaban pasti tentang hubungan kita dan mengarungi bahtera rumah tangga, saling mengasihi dan mendapat keturunan, sampai Tuhan memanggil kita… begitu.”

“Wah, benar-benar terlambat dirimu mas ganteng, coba dikau datang empat puluh lima hari yang lalu, mungkin saat ini kita sudah di pelaminan, bahkan kita hari ini sedang berbulan madu dilangit yang biru dan tidak ada yang mengganggu.” Canda siska. para karyawan yang berada di sekitar situ berusaha menahan ketawa mendengar si bos berbincang dengan tamu yang memang sudah menunggu lebih dari tiga jam.

“Maksudmu apa sayang?” Tanya Arifin.

“Aku sudah tidur sama Arjuna.” Jawab Irma kemudian menoleh, karena sang Arjuna sudah terdengar suaranya dan lagi bicara sama anak-anak di kolam pembibitan. 

“itu dia sang Arjuna yang memintaku untuk kawin dengannya, coba waktu bulan yang lalu kamu melamarku, pasti aku jadi istrimu.”

“Ups.. maaf, aku gak bermaksud anu.” Arifin merasa bersalah hingga dia terlihat ketakutan.

“Santai aja, suamiku gak suka menggigit orang kok.” Katanya sambil menepuk pundak Arifin.

“Pa… sini ada teman sekampus. alumni anggakat kita niich.” Juna pun langsung menghampiri Arifin. mereka diajak masuk rumah lewat pinggir kolam budidaya ikan hias.

“Selamat ya mas Arjuna, atas keberhasilanmu mendapatkan Irma, sekaligus selamat menempuh hidup baru.” Kata Arifin yang nama aslinya panjang. 

“Terima kasih”. Jawab mereka berdua.

“Padahal, dari pertama dan pandangan pertama waktu pendaftaran di kampus itu, aku sudah jatuh hati padanya, bahkan setiap kali ada waktu, aku selalu menyatakan cintaku padanya lho mas, lha kok saiki rabi karo sampean. wis memang jodoh sampean mas Arjuna. padahal aku sama sampean iku gantenge beti yo, alias beda tipis, tapi aku kalah beruntung.” Candanya, untuk menutupi kekecewaannya.

“Jodoh memang gak bisa dikejar, tapi ya gak bisa diabaikan.”. Kata Arjuna.

“mbak, kamu taukan aku gak pernah macem-macem selama di kampus?, begitu juga sampai detik ini sama. jujur selama ini yang aku pikirkan hanya kamu mbak Irma, sehingga aku gak tertarik sama yang lain. berhubung nyata-nyata aku sudah kalah, itu harus ku akui, tapi carikan aku untuk menggantikan mbak irma yang selama ini tinggal di hatiku, karena kan gak mungkin lagi memberi tempat di hatiku  untuk orang yang sekarang sudah bahagia.” Mendengar pengakuan tulus Arifin, Irma jadi teringat sama Maia.

“Karena ini sudah sore, aku pamit pulang dulu ya, tapi aku bakal balik kesini dan mungkin bakalan sering kesini, siapa tau jodohku mbak Irma yang mencarikan. karena aku yakin sosok mbak Irma yang baik selalu dikerumuni orang-orang baik dan salah satunya nanti bakal menjadi jodohku. gimana menurut mas Arjuna, kalau mas gak mengijinkan ya nggak apa-apa. Saya pamit pulang dulu ya mbak Irma, mas Arjuna, sekali lagi saya Panjang minta maaf”

……………………Bersambung

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience