Rate

1

Romance Series 846

Mentari mulai bersinar. Sinarnya masuk ke dalam sebuah kamar yang selalu gelap, sesuai dengan perasaan pemiliknya.
Melody POV :

Aku bangun di pagi yang sama, mungkin hidup orang lain yang setiap hari bangun pagi di temani keluarga berbeda denganku ... Aku sendiri tanpa keluarga di setiap hari yang kulewati. Aku bangun dan melanjutkan semua rutinitas ku setiap pagi.

"Setiap hari yang sama penuh dengan kesendirian." batinku sambil melihat pantulan diriku di cermin.

Setelah siap, aku pergi ke sekolah dengan sepeda. Terkadang aku ingin seperti anak lain pada umumnya. Tapi, aku sadar itu hanya impian. Aku terus mengayuh sepedaku. Jarak rumah dan sekolahku lumayan dekat.

"Ah ... Akhirnya sampai." ucapku saat memarkirkan sepedaku di tempat biasa.

Aku lalu berjalan memasuki gerbang sekolahku. Aku berjalan dengan di iringi perkataan orang di sekitarku. Semua orang di sekolahku selalu menganggapku anak pembawa sial karena semua orang terdekat ku pergi secara bersamaan.

"Si anak pembawa sial datang lagi." ucap siswi terpopuler di sekolahku, namanya Audy. Dia anak pemilik sekolah ... Dia sering mem-bully-ku bersama kedua temannya yaitu shila dan Via.

"Iya, masih berani si pembawa sial datang kesini." sambung Via.
Aku berjalan tanpa menghiraukan mereka. Aku selalu di hina bahkan di jauhi. Saat sampai di kelasku, aku duduk di tempat biasa. Aku tidak pernah punya teman, karena mereka seolah menganggapku tidak ada.

Bel berbunyi

Bu Katherin masuk, aku melihat ada seorang cowok mengikutinya.

Aku mendengarkan apa yang bu khatherin katakan, "selamat pagi, semua." ucap Bu Katherin.
"Pagi, Bu." jawab kami semua bersamaan.

"Baiklah hari ini kita kedatangan murid baru. Dan kamu kenalkan dirimu." ucap Bu Katherin lalu menunjuk cowok itu.

"Ok, nama gue Adran Rizaski. Gue pindahan dari Jakarta. Gue pindah kesini karena bokap gue pindah kerja. Sekian." ucap cowok yang mengaku namanya Adran. Aku hanya mendengar tanpa memperhatikan. Aku fokus ke buku.

"Ok. Apa ada yang ingin bertanya, angkat tangan." ucap Bu Katherin,
"Saya, Bu." aku menoleh ke arah Audy.

"Pasti mau nanya nomor telpon atau gak ada pacar gak." batinku

"iya, Audy. Mau bertanya apa?" tanya Bu Katherin.

"Adran punya nomor telpon? "tanya Audy.

"Udah, ku tebak." batinku

"Hm ... ada nomornya 12 angka." jawab Adran.

Seketika kelas ku penuh dengan tertawaan, mendengar jawaban Adran yang jelas menolak Audy.

"Kasian, ditolak." batinku tertawa.

"ya, sudah. Sekarang kamu duduk di samping Melody, Adran." ucap Bu Katherin menghentikan tawa kami semua. Mereka memandang tajam ke arahku.

"Jangan, Bu. Dia kan anak pembawa sial. Nanti adran sial lagi." ucap Shila.
  
Aku menunduk, "Kenapa semua bilang aku anak pembawa sial. Apa salahku?" batinku

"Audy, tidak boleh begitu. Sekarang Adran, kamu duduk di samping Melody." ucap Bu Katherin.

"Sekarang buka buku fisika, halaman 154. Kerjakan tugas itu nanti kumpulkan." sambung Bu Katherin .

Aku melihat Adran berjalan ke arah ku, lebih tepatnya bangku kosong di sebelahku. Lalu dia duduk di sampingku, dia diam. Saat aku melihatnya, aku merasakan hal yang dulu pernah ku rasa.  Aku memandangnya, tanpa sadar. Dia melihat ke arahku juga, aku ketahuan melihatnya.

"Jangan melihat gue aja. Perhatiin guru di depan." ucapnya lalu menatap fokus ke depan.

Aku tersadar. Aku pun menatap Bu Katherin lalu mengerjakan tugas. Waktu berjalan terus dari ini sampai bel pulang berbunyi. Setelah guru keluar, aku mengemasi barangku lalu pergi pulang ke rumahku.

"Ah ... Seperti biasa. Tak ada perubahan yang baik." ucapku sambil memandang langit sore dan mengigat kenangan indahku.

Setelah sampai di rumah, aku masuk dan menuju kamarku. Sendiri, itu yang kurasakan saat membuka kamar dan berbaring di kamar. Tanpa sadar air mata ku jatuh.

"Ibu, Ayah, dan Kak, aku rindu kalian." ucap ku, "Rai, aku rindu kamu juga." sambungku sambil memejamkan mataku. Tanpa sadar aku tertidur....

Melody Pov End.

Adran POV :

Bangun di pagi yang sama. Mungkin banyak orang yang menganggap hidupku seperti yang ditemani keluarga akan selalu senang. Tapi aku merasa ingin hidup sendiri. Bokap dan nyokap gue selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Setiap pagi, sarapan bersama tapi terasa sendiri. Mereka terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Hari ini, hari pertama gue di kota ini. Gue pindah dari jakarta karena bokap nyokap gue pindah kerja. Setelah bangun, gue siap-siap pergi ke sekolah baru gue. Setelah siap gue turun dan berjalan ke meja makan. Gue duduk dan makan.

"Dran, nanti kamu diantar sama Papa. Sekalian Papa ada urusan di sekolah kamu."ucap bokap.
"iya." balas gue.

Setelah selesai, gua dan bokap pergi ke sekolah. Selama di perjalanan,gak ada perbincangan. Cuma suara radio yang terdengar. Jarak sekolah baru gue sama rumah lumayan jauh. Setelah sampai. Kita turun, kita disambut sama lelaki.

"Pasti kepsek, temen Papa." batin gue.

"Selamat datang, Bryan. Ini pasti anak kamu kan." ucap pria itu.
"Hai, Joe. Iya, ini anak aku namanya Adran." jawab bokap gue.
"Pagi, Pak." ucap gue sambil menyalami Pak Joe.
"Iya. Kamu Adran masuk ke kelas XI MIA 1. Ayo bapak tunjukkan." ucap Pak Joe lalu berjalan. Gue dan papa mengikuti dia. Gue memperhatikan sekeliling gue.

"Keren juga sekolah disini. Bolehlah." batin gue.

Akhirnya Pak Joe berhenti. Lalu memanggil guru di kelas itu.
"Bu Katherin, ini murid baru. Mohon bantuannya." Ucap Pak Joe.
"Baik, Pak. Kamu, ayo masuk." Ucap Bu Katherin.

Gue masuk ke kelas itu. Gue memperhatikan Semua murid disini. Sampai mata gue melihat ke arah satu siswi disini. Gue terpana.

"Cantik juga. Tapi, kenapa dia Sendiri?" Batinku.

"Selamat pagi, semua." ucap Bu Katherin.
"Pagi, Bu." jawab mereka semua bersamaan.

"Baiklah hari ini kita kedatangan murid baru. Dan kamu kenalkan dirimu." ucap Bu Katherin lalu menunjuk aku.

"Ok, nama gue Adran Rizaski. Gue pindahan dari Jakarta. Gue pindah kesini karena bokap gue pindah kerja. Sekian." ucap gue. Gue melihatnya hanya fokus pada buku.

"Apa buku lebih menarik daripada Gue." Batin gue.

"Ok. Apa ada yang ingin bertanya, angkat tangan." ucap Bu Katherin,
"Saya, Bu." aku menoleh ke arah siswi Itu.

"Pasti mau nanya nomor telpon gue atau gak ada pacar gak." batinku.

"iya, Audy. Mau bertanya apa?" tanya Bu Katherin.

"Adran punya nomor telpon? "tanya Audy.

"Udah, ku tebak." batinku

"Hm ... ada nomornya 12 angka." jawab Gue.

Seketika kelas ini penuh dengan tertawaan, mendengar jawaban Gue yang jelas menolak Audy. Gue menatap ke arah dia.

"Cantik juga kalau tertawa." Batinku

"Ya, sudah. Sekarang kamu duduk di samping Melody, Adran." ucap Bu Katherin menghentikan tawa mereka semua. Mereka memandang tajam ke arahku.

"Jangan, Bu. Dia kan anak pembawa sial. Nanti Adran sial lagi." ucap Seorang siswi.

"Anak pembawa sial? "batinku bertanya.

Gue melihat dia menunduk.

"Audy, tidak boleh begitu. Sekarang Adran, kamu duduk di samping Melody." ucap Bu Katherin.

"Sekarang buka buku fisika, halaman 154. Kerjakan tugas itu nanti kumpulkan." sambung Bu Katherin

Gue pun berjalan ke arah Melody. Dia terlihat memperhatikan gue. Gue tersenyum tipis. Setelah sampai, gue duduk di samping Melody.

"Kenapa gue berdebar-debar pasti di dekat Melody." Batinku.

Gue duduk lalu mengambil buku. Gue fokus ke arah Bu Katherin. Gue merasa Melody ngeliatin gue.

"Jangan melihat gue aja. Perhatiin guru di depan." ucap gue lalu menatap fokus ke depan.

Dia terlihat salah tingkah. Gue tersenyum tipis. Tanpa gue sadari waktu terus berjalan sampai bel pulng. Gue berkemas lalu pergi ke luar kelas menuju Parkiran.Gue melihat Bokap gue nunggu.

"Siang, Pa." Ucap gue lalu masuk ke mobil. Bokap gue diam aja. Lalu masuk ke mobil juga. Keheningan terasa sampai ke rumah. Gue keluar mobil tanpa memperdulikan Papa.

Gue masuk ke rumah lalu Naik ke atas menuju kamar gue. Gue buka pintu dan langsung berbaring. Gue menatap langit kamar.

"Coba masih ada Kakak, pasti gue gak sendiri lagi." Ucap gue sambil menahan tangis gue. Gue teringat kakak gue ... Andai dia masih ada. Gue bangkit dan mengambil sebuah kotak di dalam laci. Benda itu adalah foto keluarga kami.

"Kak, coba kakak masih ada. Pasti keluarga kita gak kayak gini." ucapku sambil mengusap foto kakak ku.

Gue berbaring di tempat tidur. Aku menangis tanpa terasa gue ketiduran.
Adran POV End

Ok. Part 1 selesai. Ayo bantu au dengan vote and comment...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience