Bab 1 Pengalaman Pertamaku Sang Pengacara

Fantasy Series 5190

Ini adalah kisahku dalam perjalanan hidupku, terjadi sebelum akhirnya nasib mempertemukan aku dengan suamiku sekarang ini. Aku Lily, umurku 26 tahun, aku sudah pernah menikah tetapi usia pernikahanku hanya bertahan seumur jagung karena suamiku selingkuh, sebagai seorang gadis panggilan tentu banyak pengalaman sexual yang aku alami dari bermacam umur, golongan, pangkat, tingkah laku, gaya hidup bahkan perlakuan sex.
Postur tubuhku yang 167 cm, berat 50 dan ukuran 36B, ditambah kulit tubuhku yang putih mulus, mata bulat, wajah cantik oriental (menurut kebanyakan orang sekitarku) meskipun aku tidak punya garis keturunan Chinese karena aku keturunan asli Bandung tentu tidaklah sulit bagiku untuk mendapatkan "tamu" bahkan lebih sering menolak, daripada mencari. Penampilanku memang layaknya Chinese apalagi lingkungan pergaulanku juga kalangan Chinese di kota Bandung, maka 90% tamuku adalah dari kalangan Chinese, sisanya yang sepuluh persen adalah para petinggi pemerintah, pejabat, anak pejabat, bahkan cucu pejabat, baik pejabat lokal maupun pusat, menteri dan anak anaknya, bahkan aku pernah melayani Pak Menteri dan anaknya dalam satu hari, perwira tinggi bahkan Jenderal, Gubernur, artis atau suami artis ternama, ada pula yang masih aktif menjabat tapi banyak yang sudah pensiun, sedang di sidang, bahkan sudah berada di penjara.
Memang pangsa pasarku adalah golongan atas, sesuai dengan penampilanku yang high class, tentunya tarif yang aku kenakan juga sudah pasti angka 7 digit bahkan bisa 8 digit kalau menginap atau harus ke luar kota, tapi dari para tamu memang harga segitu sepadan dengan servis yang aku berikan, terbukti hampir 95% dari tamu adalah pelanggan lama, memang aku membatasi dan sedikit pemilih dalam melayani tamu, karena disamping masalah uang tapi juga selera, tujuannya adalah untuk mendapatkan kepuasan dalam sex maupun financial, yang pasti aku berusaha supaya bukan tamu-ku saja yang puas tapi aku juga bisa mendapatkan kepuasan.
Aku biasa melayani tamu dan panggilan short time 5-7 kali dalam sehari, belum lagi yang sampai menginap di hotel berbintang, bisa dibayangkan berapa kocek yang mengalir dalam kantongku, tapi seperti kata pepatah “easy come easy go”, uang mengalir masuk dengan mudahnya dan mengalir keluar dengan mudahnya pula dalam arena perjudian, tapi aku tidak pernah terlibat dalam drug, memakai sekali kali sih oke, itupun atas paksaan tamu. Aku banyak memenuhi keinginan fantasy sexual para tamu, baik hanya berdua maupun bertiga, berempat tergantung kemauan para tamu, tapi dengan kelihaian rayuanku aku bisa memaksa para tamu untuk bercinta two in one atau three in one, yang one adalah aku, ini lebih sering terjadi dari pada aku bagian dari two atau three.
Banyak tamu yang ingin menjadikanku simpanannya bahkan jatuh cinta dan ingin menjadikanku simpanan bahkan istri kedua, tapi tak ada yang kutanggapi, karena pertimbanganku adalah dari sisi materi aku mendapat jauh lebih banyak sedangkan dari sisi sexual aku bisa menikmati dari tamu-tamu yang memang aku seleksi, jadi belum ada alasan yang kuat untuk meninggalkan kehidupan ini, disamping itu aku sudah trauma ketika menjadi simpanan seorang pengacara Chinese saat pertama menjalani kehidupan ini. Ternyata freelance tidak terikat pada satu GM membuat aku bisa menentukan pilihan tamu yang aku terima maupun aku tolak dengan berbagai alasan.
Saat pertama kali aku terjun ke dunia ini atas bujukan seorang GM terkenal di Bandung saat itu, namanya dikenal dengan Om Lo, aku memasang spiral atas anjuran Om Lo dikarenakan aku takut diriku sampai hamil. Dia menempatkan aku di hotel berbintang, stand by di kamar menunggu tamu datang. Dalam posisi seperti itu aku tidak berdaya untuk menolak tamu kiriman Om Lo yang kebanyakan memang sudah seusia papaku, maklum dengan tarif setinggi itu tentu hanya orang berkantong tebal lah yang mampu “membeli” tubuhku, untuk short time saja sudah di atas US$ 500 kurs 14.000 tentu bukan sembarang kelas yang mampu, padahal pelayananku masih biasa saja pada saat itu, maklum dari ibu rumah tangga langsung terjun ke dunia seperti ini, tapi toh banyak tamu yang mengulang dan mengulang lagi, sehari aku rata rata bisa menerima tamu rata rata 5-7 kali. Kujalani kontrak dengan Om Lo selama enam bulan, karena porsi pembagiannya tidak seimbang antara dia dan aku, maka aku memutuskan untuk mulai dengan berjalan sendiri alias freelance.
Dikalangan para Germo (GM) maupun rekan seprofesi "simatupang" (SIang MAlam Tunggu PANGgilan) aku lebih dikenal dengan sebutan Lily Dragon, karena aku seperti gadis keturunan Chinese, untuk menunjang aktivitas aku menggunakan mobil Tesla hasil kerja kerasku selama enam bulan dibawah "management" Om Lo.

Tamu pertama saat aku menjalani profesi ini adalah seorang pengacara Chinese dari Jakarta yang sedang menangani kasus di Bandung, namanya Willy aku biasa panggil dia Koh Wil berumur sekitar 50 tahun dan dialah orang yang akhirnya dengan kekuatan kepengacaraannya memutuskan kontrakku dengan Om Lo dan sebagai gantinya aku menjadi simpanannya selama 3 bulan sebelum akhirnya aku tak tahan dan melepaskan diri dari ikatannya, dengan segala resiko yang harus aku tanggung.
Orangnya kelihatan tidak ramah, wajahnya kurang sedap dipandang, tapi apa dayaku, aku tak kuasa menolak karena memang tak boleh menolak setiap tamu yang dikirim Om Lo, padahal melihat wajahnya saja aku sudah ketakutan, habis seram sih, tapi itulah konsekuensinya. Setelah Om Lo mengenalkan kami lalu dia meninggalkan aku berdua dengan Koh Wil ada rasa tegang dan canggung berdua di kamar dengan orang asing, apalagi yang bertampang seperti Koh Wil, sungguh aku gugup dibuatnya.
Untunglah Koh Wil mengetahui kecanggungan aku, sebagai tamu pertamaku dia cukup "berjasa" membimbingku dalam menghadapi tamu berikutnya, menumbuhkan rasa percaya diriku. Tahu bahwa dia adalah tamu pertamaku, maka Koh Wil tidak langsung tancap dan gas, dia cukup sabar dan telaten mengajariku. Perlu dicatat, meski aku dibawah "penguasaan" Om Lo, tapi hubungan aku dan dia sebatas hubungan bisnis, tak ada paksaan untuk melayaninya, jadi Koh Wil adalah orang kedua yang akan menikmati tubuhku setelah mantan suamiku. Dia akan menjadi orang yang pertama menikmati tubuhku, karena sudah lebih 1,5 tahun sejak aku cerai belum pernah bercinta lagi.
Setelah ngobrol beberapa saat untuk mencairkan suasana, Koh Wil mendekatiku, menuntunku ke ranjang, jantungku berdetak keras ketika dia memelukku, kupejamkan mataku saat dia mulai mencium pipiku, kurapatkan bibirku ketika dia mulai mencoba mencium bibirku, aku menangis dalam hati ketika tangannya mulai menjamah buah dadaku. Ternyata Koh Wil memang benar benar seorang yang sabar, merasa tidak mendapat respon yang semestinya, dia menghentikan aksinya, bukannya marah tapi dia malah tersenyum melihat keluguanku.
Kembali dia mengajakku ngobrol, kali ini di atas ranjang, dia memang pandai membawa suasana hingga aku merasa akrab dengannya. Dia lalu menciumku, aku tetap memejamkan mataku, tapi ketika dia mencium bibirku, aku mulai berusaha membuka bibirku meski dengan tetap mata tertutup. Perlahan aku mulai membalas ciuman bibirnya, menggerakkan lidahku untuk bersilat dengan lidah Koh Wil yang sudah memasuki rongga mulutku. Ketika tangan Koh Wil menjamah dan mengelus buah dadaku, nafasku mulai turun naik, maklum sudah lebih 1,5 tahun tidak dijamah laki laki. Tanpa melepaskan ciumannya, Koh Wil mulai meremas remas buah dadaku, tanganku dibimbingnya ke selangkangannya, tak berani aku menggerakkan tanganku itu, kurasakan ketegangan di balik celananya, kembali tanganku dipegangnya dan diusap usapkan pada kontolnya yang sudah tegang dari luar celana.
Ciuman Koh Wil sudah berpindah ke leherku, kurasakan kegelian yang sudah lama tidak kurasakan lagi, tangan Koh Wil sudah berpindah ke pahaku, gaun merah panjangku yang berbelahan hingga ke bokong lebih memudahkan jelajah tangannya di sekitar paha hingga ke pangkalnya. Aku hanya menengadahkan kepalaku menikmati ciuman di leher dan usapan di pahaku, perlahan tanganku sudah mulai berani mengusap dan meremas kontolnya dari luar celana itupun karena rangsangan yang mulai menjalari tubuhku. Desis tertahan bercampur malu tak sadar keluar dari mulutku, aku sudah terhanyut dalam buaian lembut Koh Wil.
Tangan kiri Koh Wil yang dari tadi meraba dan meremas buah dadaku, sudah berhasil membuka resleting di punggung gaunku dan menarik gaunku ke bawah hingga tampaklah bra merah tua berenda, secara reflek aku menutupi dadaku dengan kedua tanganku, Koh Wil tersenyum melihat reaksiku, kembali tanganku dibimbing ke selangkangannya, kali ini dia membuka ikat pinggang dan resletingnya, tanganku dibimbingnya masuk ke dalam celananya hingga aku bisa menyentuh batang kontolnya yang menegang keras meski dengan sedikit gemetar.
Koh Wil kembali menciumi leher dan pundakku, tangannya sudah kembali menjelajah buah dadaku, mengelus dan meremas, lalu diselipkan di balik bra-ku, dia mendapatkan yang dia cari, putingku yang masih kemerahan segera dipermainkan dengan jarinya sambil meremas buah dadaku. Aku mendesis tertahan, tali bra-ku sudah melorot dari pundak ke lenganku, dan tak lama kemudian terlepaslah bra itu dari tubuhku, aku ingin menutupi lagi dengan tanganku tapi dia mencegahnya, mukaku terasa panas memerah, malu karena harus memperlihatkan buah dadaku di depan orang yang baru kukenal belum satu jam yang lalu. Tapi Koh Wil tak memberiku kesempatan lebih lama, mencium leherku dan turun buah dadaku, dijilatinya sekujur buah dadaku dan berakhir pada kuluman di putingku yang masih agak kecil kemerahan.
"Aaccchhhh.. hhmmm.. ssttt.." aku tak bisa menahan desah kenikmatan lebih lama lagi.
Tanganku segera mencari batang kontol Koh Wil betapa terkejut ketika kugenggam, begitu besar rasanya, sepertinya jauh lebih besar dari punya suamiku dulu. Kuluman dan remasan Koh Wil begitu nikmat kurasakan setelah sekian lama hampa, dia berhasil menghanyutkanku kedalam buaiannya lebih jauh, hingga tak kusadari aku secara reflek menarik turun celana dalamnya sehingga keluar batang kontolnya dan tanganku tanpa dibimbing langsung mengocoknya, ternyata hal ini membuat Koh Wil semakin bernafsu untuk mengulum dan meremas buah dadaku, tentu saja kuluman dan remasan Koh Wil makin terasa menggairahkan buatku, maka semakin cepat aku kocok kontolnya. Jujur saja ini adalah kontol kedua yang aku pegang setelah suamiku.
Ketika kulirik kontol itu, sungguh aku terkejut, ternyata benar dugaanku ini kontol itu jauh lebih besar bahkan mungkin dua kali lebih besar dari mantan suamiku, agak gugup juga aku ketika membayangkan bahwa kontol sebesar itu akan segera masuk ke memekku yang sempit. Tapi aku tak sempat gugup lebih lama lagi ketika Koh Wil merebahkan tubuhku di ranjang, dia melepas gaunku hingga tinggal celana dalam merah mini yang transparan di segitiganya atau yang seharusnya menutup memekku sehingga samar samar memperlihatkan lekukan memekku yang diatasnya ditumbuhi rambut yang tertata rapi. Koh Wil melepas pakaiannya hingga telanjang, aku perhatikan kontolnya yang besar menggantung tegang di antara kakinya, perutnya yang agak gendut dan dada sedikit berbulu, dia langsung menghampiriku, mencium pipiku, menjilati putingku sambil tangannya menyelip dibalik celana dalamku, mulai mempermainkan daerah sekitar memekku, tak butuh waktu lama celana dalamku sudah terlepas dari tubuhku, masih ada rasa risih bertelanjang di kamar berdua dengan orang asing.
Jilatan Koh Wil sudah menyusuri perutku, aku kaget ketika ternyata dia mulai menjilati memekku, belum pernah aku diperlakukan seperti ini oleh suamiku dulu.
"jangan Koh.. jangan.. kotor.. aku belum pernah.. nggak usahlah.." teriakku terkaget sambil mendorong kepalanya menjauh dari selangkanganku memberi perlawanan.
"percaya deh, kamu pasti suka, kalau udah tahu rasanya pasti ketagihan dan minta terus" katanya langsung membenamkan kepalanya di selangkanganku, perlawananku terhenti ketika lidahnya mulai menyentuh klitoris dan bibir memekku, berganti dengan desahan desahan kenikmatanku. Dia mempermainkan lidahnya di memekku dengan begitu bernafsu, kuremas remas rambutnya, aku semakin terbuai dalam permainannya. Kurasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan bahkan kubayangkan seumur hidupku, suamiku tak pernah melakukannya karena kuanggap hanya pantas dilakukan di film porno, tapi kini aku mengalaminya, dalam hati aku mengakui kenikmatannya.
"ssttt.. hhmmm.. sud.. sud.. daaah.. aaccchhhh.. aku ga.. tahan.." desahku, tak tahan menahan kenikmatan yang baru kualami. Kutarik rambutnya ke atas untuk menghentikan permainan lidahnya, tapi dia tetap melanjutkan sambil mempermainkan putingku, aku semakin tak karuan terhanyut dalam kenikmatan. Untunglah dia segera menghentikannya dan telentang di sampingku, masalah lain kemudian timbul ketika dia minta aku mengulum batang kontolnya, aku berusaha untuk menolak, baru sekali aku melakukan dengan ex-suamiku, itupun setelah dipaksa dan aku tak mau melakukan lagi, terlalu menjijikkan bagiku, sepertinya hanya ada di film porno.
Koh Wil tetap meminta aku mengulum kontolnya dengan agak sedikit memaksaku, meski tidak dengan fisik tapi ucapannya memaksaku melakukan itu karena sudah membayar mahal untuk menikmati tubuhku dan tentunya aku harus memberikan kepuasan kepadanya, dengan penuh keraguan kupegang dan kujilat kepala kontolnya yang basah, berulang kali aku meludah di sprei karena lendir di kontol itu, terasa asin dan asing bagiku, ingin muntah rasanya. Sekali lagi aku harus mengakui kesabaran Koh Wil dalam "membimbingku", begitu sabar dia memberi arahan, rayuan dan perlakuannya baik terhadapku hingga aku tak tega karena dia sudah juga melakukannya padaku, dengan menahan segala perasaan masuklah kepala kontol itu ke mulutku, makin lama makin dalam kontol itu di dalam mulutku, meski berkali kali aku harus mengusap ludahku dengan sprei, ini adalah kontol kedua yang masuk mulutku. Seringkali kurasakan gigiku menggesek kontol itu, tapi Koh Wil tetap mendesah nikmat membuatku mulai bernafsu untuk mengulum, aku masih belum tahu bagaimana memperlakukan kontol itu di mulutku kecuali keluar masuk menggesek bibir dan terkadang gigiku.
Akhirnya Koh Wil merebahkanku kembali di ranjang, dia berjongkok di antara kakiku, kembali jantungku berdegup kencang, ada perasaan tidak karuan berkecamuk di dadaku ketika dia mulai mengusapkan kontolnya ke bibir memekku, disini, di ranjang ini dengan orang ini aku pertama kali harus menyerahkan harkat kehormatanku sebagai seorang wanita, inilah tonggak awal sejarah kehidupanku, inilah saat aku mengawali profesiku, inilah saat mulai menyerahkan tubuhku pada siapapun yang mampu membayarku, inilah saatnya aku mulai belajar menikmati sex dengan siapapun tanpa ada rasa cinta yang selama ini aku agung agungkan dan inilah saatnya aku memendam segala perasaan demi kepuasan orang yang membayarku, tanpa kusadari air mata menetes dari ujung mataku, segera kusapu dengan tanganku, aku tak mau Koh Wil melihatnya.
Perlahan lahan kontol Koh Wil menembus memekku yang sudah lebih 1,5 tahun tidak tersentuh, kurasakan rasa nyeri ketika kontol itu masuk makin dalam, teringat saat pertama kali berhubungan sex waktu perawan dulu. Dengan kontol Koh Wil yang besar itu rasanya bibir memekku seperti tersobek, makin lama makin dalam hingga semua tertanam, kontol Koh Wil serasa memenuhi rongga memekku. Aku memejamkan mataku sambil menggigit bibirku, tak berani menggerakkan kakiku, begitu besar seolah mengganjal bagian dalam tubuhku, untungnya Koh Wil cukup berpengalaman, dia mendiamkan sejenak, meraba raba dan meremas remas buah dadaku untuk memberikan perasaan santai, semakin tegang maka otot memekku semakin mencengkeram erat. Pelan pelan dia menarik keluar lalu pelan pula dia mendorong masuk kembali, begitu berkali kali hingga akhirnya rasa nyeri berubah menjadi nikmat, setiap gerakan kontolnya di memekku menimbulkan kenikmatan bagiku, apalagi sudah 1,5 tahun aku tidak berhubungan sex. Memekku sudah mulai basah hingga Koh Wil mulai mempercepat genjotannya, aku sudah mulai mendesis dan mendesah kenikmatan, sungguh kenikmatan yang sudah lama tidak kurasakan, terlupakan sudah air mata yang sempat menetes, kulupakan sudah harkat ke-wanitaanku, dan terlupakan sudah dengan siapa aku sekarang sedang bercinta.
Dengan lihainya dia memberiku rangsangan kenikmatan yang lain, tangannya mengelus pahaku, meremas buah dadaku, mengulum putingku, mencium bibirku, mengulum telingaku, semua dilakukan tanpa menghentikan kocokannya, membuat aku makin menggeliat geliat dalam kenikmatan. Aku sudah melupakan bahwa aku sedang bercinta dengan orang asing yang baru aku kenal satu jam yang lalu, aku sudah melupakan bahwa aku tidak mencintai orang ini, aku sudah melupakan bahwa orang ini usianya sebaya dengan papaku, bahkan aku sudah melupakan bahwa aku sedang bercinta dengan suami orang, bahkan aku sudah tak sadar bahwa aku sudah mulai menikmati bercinta tanpa feeling apapun kecuali berdasar uang, yang aku ingat hanyalah aku sedang mengarungi lautan kenikmatan bersama orang yang membayarku untuk mendapatkan kenikmatan dariku.
Koh Wil sudah tengkurap di atasku, dia memelukku erat, aku sudah bisa merasakan kenikmatan kocokannya, aku sudah bisa membalas ciuman bibirnya dengan penuh gairah dan nafsu, kakiku sudah melingkar di pinggulnya membuat kontolnya melesak makin dalam masuk memekku. Keringat Koh Wil sudah membasahi sekujur tubuhku, waktu seolah berjalan begitu lambat, sepertinya sudah setengah jam dia mengocokku, tanpa kusadari aku terbawa dalam kenikmatan yang dalam menuju puncak kenikmatan, dan orgasme lebih dulu daripada Koh Wil, tubuhku menegang, kupeluk erat tubuh Koh Wil kemudian otot memekku berdenyut dengan kerasnya, aku menjerit dalam kenikmatan, kualami orgasme pertama setelah 1,5 tahun aku melupakan bagaimana nikmatnya orgasme, mataku tetap terpejam, aku takut membuka mataku seakan takut terbangun dari mimpi indah, sesaat Koh Wil menghentikan gerakannya tapi kemudian dia menggenjot lagi dengan tempo lebih cepat, aku mendesah atau lebih tepatnya menjerit, belum pernah aku mengalami orgasme seperti ini. Ex-suamiku biasanya akan menghentikan gerakannya dan menikmati saat orgasmeku bersama sama, tapi Koh Wil lain lagi, dia malah mempercepat saat otot memekku berdenyut dengan hebatnya, sungguh pengalaman baru bagiku, ternyata justru jauh lebih nikmat, ini diluar bayanganku semula.
Tak lama kemudian Koh Wil mengikutiku orgasme, dia menanamkan kontolnya dalam dalam dan menekan ke memekku, kurasakan kontolnya mengembang membesar di dalam lalu menyemprotkan spermanya di memekku, denyutan dan semprotan itu begitu kuat menghantam dinding memekku, aku kaget dan menjerit kecil menerima semprotan itu, tak kusangka dia bisa menyemprot sekuat itu, menimbulkan kenikmatan tersendiri pasca orgasme, kunikmati denyutan demi denyutan, kurasakan denyutan orgasme dari kontol kedua dalam hidupku, sperma kedua yang menyirami rahim dan memekku tetapi memberikan kenikmatan yang belum pernah aku rasakan.
Koh Wil menelungkupkan tubuhnya yang penuh peluh di atas tubuhku, napas kami berpacu dalam kenikmatan, kurasakan perutnya yang gendut menekan perutku hingga aku agak kesulitan bernapas, kudorong dia hingga telentang di sampingku. Kami berdua terdiam, aku merenungkan kejadian ini, baru saja aku bercinta dengan tamu pertama dalam profesiku, kini aku sudah resmi menjadi seorang pelacur, kini aku harus siap melayani setiap orang yang mampu membayar pelayananku tanpa ada hak memilih, kini aku harus bisa memuaskan tamuku dengan cara apapun, kini aku harus bisa memuaskan diriku sendiri disamping tugas utamaku memuaskan tamuku, kini aku harus berusaha membuat tamuku kembali, kini aku harus siap menanggung segala resiko yang timbul akibat pekerjaanku ini, kini aku harus bisa bercinta tanpa mempertimbangkan rasa cinta atau rasa suka, dan banyak lagi keharusan lain yang harus aku siapkan.
"gila Ly, seperti ngentot dengan perawan, sempit banget" komentar Koh Wil memecahkan kebisuan diantara kami.
"habis punya Koh Wil gede buanget, seperti saat perawan dulu, mungkin lecet kali" jawabku.
"kamu udah berapa lama ga berapa lama tidak melakukan hubungan seks?" tanya Koh Wil.
"1,5 tahun lebih Koh.." balasku.
"nggak rugi deh aku merawani kamu" ujarnya.
Sebenarnya aku mau mengaku bahwa aku sangat menikmati percintaan barusan setelah 1,5 tahun tidak bercinta, tapi aku malu mengatakannya.
Tak lama kemudian telepon berbunyi, ternyata dari Om Lo, dia menanyakan apakah sudah selesai atau Koh Wil mau tinggal lebih lama alis memperpanjang, kuberikan telepon itu ke Koh Wil, entah apa yang mereka bicarakan aku tak tahu lagi karena kutinggalkan Koh Wil ke kamar mandi untuk mencuci tubuh dan memekku dari sperma dan keringatnya, ada rasa jijik melihat spermanya, begitu juga dengan aroma keringatnya, tapi kutahan perasaan itu.
“Ly, aku ingin lebih lama tinggal tapi aku harus menjemput istriku, terus terang aku sangat sangat sangat puas, mungkin besok aku kesini lagi” katanya ketika aku keluar dari kamar mandi sambil mengenakan kembali pakaiannya, sebenarnya aku tak peduli dia mau kesini apa enggak, aku berharap mendapat tamu yang lebih bagus dari dia.
Koh Wil memberiku tip 150 dolar sebelum meninggalkan kamar, kuhitung berarti 2,1 juta (kurs sekitar 14.000), aku tercenung di kamar sendirian sambil menggenggam dolar pemberian Koh Wil, begitu mudah mendapatkan uang dalam bisnis ini, belum lagi yang aku terima nanti dari Om Lo, aku mulai membayangkan manisnya profesi ini, disamping materi aku bisa mendapatkan kepuasan sex.
"sudah dapat nikmat masih dibayar lagi" pikirku.
Setelah itu aku pun beristirahat menunggu tamu kiriman Om Lo berikutnya.

Follow Instagram author @captain.hunterr Ikuti terus update cerita terbaru dari series Slut Widow Passion yang menarik bagaimana kisah lily menjalani profesi baru.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience