“Terima kasih sudah menjagaku selama ini. Terima kasih atas semuanya.” “Tugas Anda sudah selesai. Sekarang mari jalani kehidupan kita masing-masing.” “Apa maksudmu?” Lelaki yang duduk di belakang meja itu melepas kacamatanya. Keningnya tampak berkerut membentuk lipatan dengan pandangan yang menyorot tajam. Aku yang tak sanggup beradu pandang dengan netra kelam itu, langsung menundukkan kepala. “Aku ingin... kita berpisah.” Aku melanjutkan dengan suara setenang mungkin, padahal dalam dada serasa ada ribuan jarum yang menusuk. Bagaimanapun, selama dua tahun ini aku berada di bawah penjagaan dan pengawasannya. “Jangan bicara yang aneh-aneh, Jingga.” “Aku tahu Anda tersiksa dengan pernikahan ini. Jadi, mari kita akhiri semua ini.” Aku akhirnya memberanikan diri mengangkat wajah dan membalas tatapannya. Hanya sebentar saja karena setelah itu kembali menundukkan kepala. Dua tahun menjadi istrinya, aku tahu selama itu pula dia tersiksa karena harus menikah denganku.
Update 06 December 2024
2024-10-16
cerita yang menarik.... Tahniah sis