Lalu Hunter menatap ke Kashiefa yang juga menatapnya, Hunter berlutut menatap. "Maafkan aku sebelumnya...." tatapnya.
"Ini baik-baik saja, kau hebat mengalahkan mereka.... Kau menyelamatkanku dan kita..." kata Kashiefa tapi mereka merasakan sesuatu di bunga teratai itu dan ketika menoleh, bunga itu ternyata layu, kemudian mati begitu saja membuat Kashiefa terkejut. "Ah, tidak! Kenapa dia mati?! Bunga kehidupan tidak pernah mengeluarkan kekuatan sebesar itu.... Bukankah kau hanya luka kecil... Sekarang bunga kehidupannya tidak ada...." Dia menatap panik membuat Hunter terdiam merasa bersalah.
Hunter hanya diam lalu ia tiba-tiba teringat akan Clarabell. "Dia pasti bisa membantu..." katanya membuat Kashiefa menatap. "Maaf, siapa?" tatapnya.
"Clarabell, gadis itu adalah gadis bunga... Meskipun dia gadis biasa, tapi dia tahu bagaimana menilai suatu bunga... Mungkin aku akan bicara dengannya sebagai permintaan maaf karena telah membuat bunga itu layu..." katanya.
"Benarkah? Siapa itu? Aku penasaran, aku sepertinya pernah diceritakan oleh kerang... Bagaimana jika bawa aku dengannya?" tatap Kashiefa memohon.
Tapi Hunter terdiam melihat ekor duyung Kashiefa. "Kau tidak akan bisa bertahan..." katanya membuat Kashiefa sadar diri, dia duyung, tanpa air, dia tidak akan bisa hidup. "Tapi, aku bisa bertahan, aku bisa berubah menjadi manusia... Jangan khawatir, aku bisa bertahan selama aku tidak terlalu banyak tersengat cahaya matahari... Jadi, bawa aku padanya..." katanya memohon.
"Kalau begitu, tunjukkan padaku... Bahwa kau bisa merubah dirimu sekarang..." tatap Hunter.
"Um, aku tidak suka dilihat, jadi bisa tutup matamu, atau berbaliklah? Tapi sebelumnya, aku ingin meminjam mantelmu...."
"Baiklah..." Hunter berbalik sambil mengulurkan mantel yang ia lepas dan seketika Kashiefa langsung bicara. "Baiklah sudah..."
"Secepat itu?" Hunter menatap tak percaya.
Seketika terlihat wanita cantik itu berdiri di hadapannya membuat Hunter terdiam tak percaya. "Kau memang bisa berjalan?! Lalu kenapa aku menggendongmu tadi?" Ia menatap tak percaya.
"Ups, hehehe... Aku tidak pandai berlari cepat jadi aku membiarkanmu membawaku.... Lagipula aku berterima kasih padamu... Jadi, ayo, temukan aku dengannya..." tatapnya lalu Hunter berdiri dan berjalan duluan diikuti Kashiefa yang tanpa alas kaki.
Hingga tak lama kemudian dia dipertemukan melihat sebuah rumah kayu milik Clarabell di mana Clarabell sedang ada di rumput hijau dekat sana tengah memetik blueberry yang baru-baru ini ia tanam, dia menoleh dan terkejut melihat kedatangan Hunter. "Tuan Hunter?" Dia mendekat dan melihat Kashiefa, mereka sama-sama memandang.
Karena kedua gadis itu sama-sama diam, Hunter harus berbicara. "Clarabell, ini... Duyung..." katanya, itu karena dia tidak tahu nama Kashiefa. Kashiefa tertawa mendengar itu lalu menatap Clarabell. "Halo, aku Kashiefa, aku selalu mendengar apa yang diceritakan kerang padaku termasuk kamu... Kamu, putri bunga kan?" tatap Kashiefa membuat Clarabell terkejut. "Um... Apa maksudmu.... Aku... Aku cukup terkejut jika kau duyung tapi aku sangat terkejut kau menamaiku begitu... Lagipula, pertama-tama, masuklah dulu, aku carikan baju yang lebih baik..." Clarabell memegang tangannya.
"Kalau begitu, aku pergi duluan..." kata Hunter membuat kedua gadis itu mengangguk lalu Hunter pergi sambil meraba dadanya di mana dia memegang sobekan kecil di bajunya bekas anak panah menancap tadi. "Hm... Aku harus menjahitnya, atau membuangnya..." gumamnya.
Tak lama kemudian Kashiefa tampak duduk di lantai bersama Clarabell sambil menikmati teh dan blueberry yang dipetik. "Ah, jadi begitu.." Mereka sama-sama paham.
"Aku benar-benar senang bertemu dengan duyung, lain kali aku ingin melihatmu berubah..." kata Clarabell.
"Tentu, aku juga senang bertemu denganmu... Aku selalu mendengar dongeng dari kerang, dia mengatakan bahwa bumi memiliki orang-orang terfavorit termasuk kita..." katanya.
"Sungguh?! Aku juga membacanya di buku... Kita bisa bertukar cerita nantinya..." kata Clarabell dan mereka tampak mengobrol dengan baik. Bahkan mulai saling akrab.
"Um, Clarabell, apa kamu bisa menyuburkan bunga kehidupan lagi? Karena bunga itu layu ketika Tuan Hunter menyelamatkanku..." katanya.
"Aduh, aku benar-benar tidak tahu soal hal itu, karena itulah jangan menilai ku terlalu cepat.... Aku benar-benar masih belum tahu soal keajaibanku...." kata Clarabell dengan ragu.
Tapi Kashiefa tersenyum lembut. "Ini baik-baik saja, kita bisa pelajari lain kali.... Ngomong-ngomong, terima kasih bajunya sekali lagi..." katanya.
"Tidak masalah, bagaimana jika bermalam di sini? Aku senang jika ada teman..." tatap Clarabell.
"Um, aku juga ingin, tapi lautan pasti merindukanku... Jadi aku akan kembali nanti.... Tapi jangan khawatir, aku akan sering-sering ke sini..." tatap Kashiefa membuat Clarabell mengangguk senang. Kini mereka menjalin komunikasi yang baik.
"Oh ya, karena duyung itu memiliki cerita banyak, apakah kamu punya sebuah cerita atau dongeng dari duyung yang mungkin bisa menjelaskan soal duyung?" tatap Clarabell.
Seketika Kashiefa terdiam berpikir. "Hm... Dongeng? Ah, aku ingat, kerang pernah bercerita ini padaku..." tatapnya dan Clarabell tertarik mendengarkan.
"Ekor ikan besar itu menggelepar-gelepar. Pria itu menggunakan seluruh tenaganya untuk menariknya ke dalam perahu. Namun, tiba-tiba, sebuah tangan kecil muncul dari dalam air. Ia terkejut. Tak lama kemudian, muncul kepala seorang gadis yang sangat indah, dengan mata besar yang tampak bisa berbicara. Saat pria itu menatap mata itu, jantungnya berdegup kencang. Ia butuh beberapa saat untuk menyadari… mungkinkah ini Putri Duyung legendaris?
Dengan penuh semangat, ia menggendong Putri Duyung itu dan bergegas pulang.
Ia segera naik ke atas dan memutuskan untuk menyembunyikannya. Ia membaringkan Putri Duyung di tempat tidur. Bagi pria itu, Putri Duyung tampak sempurna... kecuali satu hal—baunya amis. Maka ia segera mengisi bak mandi dan membawa Putri Duyung ke sana.
Dalam situasi seperti ini, katanya, tentu dibutuhkan segelas anggur. Putri Duyung ingin menyesapnya, tapi air manusia terlalu keras untuk diminum. Maka ia menyelam ke dalam bak mandi, merasa nyaman. Ia tersenyum pada pria itu, merasa bahwa ia adalah orang baik.
Namun tiba-tiba, istrinya pulang. Panik, pria itu berlari ke meja dan berpura-pura membaca buku. Sang istri heran, suaminya yang biasanya tak suka membaca, kini malah belajar?
Ia melihat raut wajah suaminya yang gelisah dan bertanya, “Apa kamu menyembunyikan seorang wanita di rumah?”
Pria itu mengakui, “Ya… ada seorang wanita di kamar tidur. Tapi dia Putri Duyung. Dan dia tidak bisa bicara.”
Sang istri marah dan langsung menuju kamar tidur. Pria itu pasrah—ini pasti akhir segalanya. Tapi ternyata sang istri keluar beberapa menit kemudian dan berkata, “Kamu pasti mabuk. Kenapa kamu menaruh ikan besar di tangki air? Masak saja!”
Pria itu masuk dan melihat ekor Putri Duyung yang muncul dari permukaan air. Ia mulai ragu. Mungkin memang kesalahan membawanya pulang. Tapi saat ia menatap wajah indah itu, ia merasa berat melepaskannya. Meskipun Putri Duyung tidak bisa berbicara dan berbau amis, pria itu merasa jatuh cinta setiap kali melihat mata jernihnya.
Ia tak kuasa menahan diri dan menciumnya. Putri Duyung pun membalas dengan perasaan hangat. Ia meloncat senang, tapi kehilangan keseimbangan dan jatuh ke dalam air.
Sejak saat itu, pria itu memutuskan: Putri Duyung akan tinggal bersamanya. Ia menempatkan sang duyung di kolam renang. Ia merasa ia harus memberinya pakaian agar lebih sopan, jadi ia pergi ke toko dan membeli 20 kostum renang karena tak tahu ukurannya. Putri Duyung terlihat sangat cantik mengenakannya.
Namun, baru setengah hari, Putri Duyung telah memakan lebih dari sepuluh ikan kecil di kolam. Pria itu kesal dan memarahinya. Putri Duyung menangis. “Kamu sudah membawaku selama dua hari, tapi tidak memberiku makan.”
Pria itu pun merasa bersalah. Ia meminta maaf selama lebih dari 10 menit, hingga akhirnya Putri Duyung kembali tersenyum dan bermain di kolam.
Namun istrinya curiga. Ia menelepon sahabatnya, seorang penyelam, untuk mencari tahu. Sayangnya, begitu masuk air, si penyelam malah digigit berkali-kali. Naik ke permukaan, ia berkata, “Ada setan di kolammu!”
Tapi sang istri melihat bekas gigitannya. “Ini bekas gigitan manusia! Kau menyembunyikan wanita, bukan ikan!”
Pria itu mencoba membela diri, “Mana mungkin ada wanita hidup di bawah air?” Istrinya tampak mulai tenang.
Tapi kemudian, Putri Duyung naik ke permukaan dan mulai bernyanyi. Pria itu terkejut dan langsung berlari ke bawah. Putri Duyung tampak sangat merindukannya dan mencium tangannya berkali-kali. Saat ia melihat wajah malu-malu Putri Duyung, ia merasa ingin melindunginya selamanya.
Namun, sang istri menyaksikan semuanya. Ia kecewa dan segera mengunci kamar. Pria itu pun pasrah tidur di sofa. Tapi keesokan paginya, sang istri benar-benar berkemas dan pulang ke rumah orang tuanya.
Pria itu pura-pura sedih, tapi dalam hati merasa bebas—ia bisa bersama Putri Duyung. Namun tak lama, kakaknya datang dengan marah.
“Kau berani menyakiti adikku? Serahkan wanita itu, atau kakimu kupatahkan!”
Putri Duyung, mendengar ancaman itu, langsung melompat keluar dan meludahi pria itu. Kakaknya malah tersenyum, merasa tergoda. Ia pun memutuskan tak akan membiarkan Putri Duyung pergi.
Pria itu pun jujur menceritakan segalanya—bagaimana ia menemukan Putri Duyung dan jatuh cinta padanya. Ia berkata, “Setiap pria yang punya mimpi, pasti jatuh cinta padanya.”
Putri Duyung tersentuh, menari-nari di dalam air. Tapi kakaknya memanggil polisi. Ini adalah pelanggaran terhadap sumber daya alam!
Pria itu panik. Ia membawa Putri Duyung kembali ke laut, bersembunyi di balik karang. Mereka ingin hidup tenang di pulau terpencil. Namun, polisi menyisir pantai. Mereka menemukan mereka. Putri Duyung berenang menjauh. Pria itu melompat ke laut, takut tak bisa bertemu lagi dengannya.
Sayangnya, ia tak bisa menyelam. Putri Duyung membawanya ke dasar laut, tanpa tahu bahwa pria itu tak tahan lama di bawah air. Polisi akhirnya menyelamatkannya.
Ia kembali ke rumah, sadar bahwa manusia dan ikan tak bisa bersama. Ia hampir mati demi cinta. Ia memutuskan untuk kembali ke istrinya. Ia memberikan hiasan kepala emas milik Putri Duyung kepada sang istri.
Dan sejak itu, pria itu dan istrinya hidup lebih bahagia dan manis dari sebelumnya."
"Itu hanya dongeng kan?"
"Hehe, iya, itu dongeng yang di buat buat oleh kerang agar aku tidak bosan ada di lautan..." kata Kashiefa tapi Clarabell tampak tersenyum senang bisa menikmati percakapan mereka.
Share this novel