Vania baru saja selesai bermake-up.dirinya tersenyum-senyum sendiri saat melihat bayangannya dicermin.vania sedikit tidak menyangka melihat dirinya sekarang ini yang terlihat sangat cantik.bukan ingin memuji dirinya sendiri.tapi benar,malam ini dirinya terlihat seperti princess dari sebuah kerajaan.
"Gue yakin,tuh dosen pasti klepek-klepek liat gue malam ini?" Batin Vania sambil menelisik kembali hasil makeup diwajahnya.
Sementara Vania sibuk merapikan penampilannya.ditempat lain Gilang selaku kekasih Vania pun kini sibuk memilih stelan jas yang akan dia pakai untuk dinner malam ini.
"Gue harus pakai yang mana ya??" Tanya Gilang pada dirinya sendiri sambil melihat beberapa stelan jas yang ada di lemari pakaiannya.
Gilang tampak berpikir sejenak kemudian tangannya terarah pada stelan jas berwarna hitam.
"Ini aja deh?" Laki-laki itu pun segera mengambil stelan jas tersebut kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk berganti pakaian.
=============
Gilang berjalan menuruni anak tangga.sesekali dirinya terlihat merapihkan jas serta kerah kemeja yang dia kenakan.
"Kamu mau kemana Lang?" Tanya sang bunda saat melihat anaknya rapih sekali dengan stelan jas berwarna hitam.
"Gilang mau pergi dinner Bun?" Jawabnya.
"Sama Vania?" Gilang langsung menganggukkan kepalanya.
"Lang??" Ibu Hanna menatap sang anak penuh kecemasan.
"Kenapa Bun?" Tanya Gilang.
"Apa Vania udah tau soal perjodohan kamu dengan Raisa??" Ucapnya
Gilang terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Belum Bun?" Jawabnya.
"Sejujurnya bunda sangat menyukai vania.dia anak yang baik,cantik dan juga lucu.tapi disisi lain ayahmu..."
"Bunda....aku tau ayah itu keras kepala banget.dan seperti yang bunda liat aku juga sangat kesulitan buat ngalahin egonya itu.tapi Bun...aku sangat mencintai vania.dan aku gak mau kehilangan dia.dan aku harap bunda tetap support aku dalam hal ini?" Jelasnya.
Ibu Hanna yang tadinya diam mendengar ucapan anaknya kini tersenyum lembut menatap Gilang.
"Kamu anak bunda satu-satunya Lang?" Ibu Hanna menangkup wajah sang anak.
"Selagi itu membuat kamu bahagia.bunda akan terus support kamu nak?" Gilang tersenyum lebar kemudian memeluk sang bunda penuh kasih sayang.
"Makasih ya bun.do'a kan Gilang supaya bisa secepatnya menikahi Vania?" Gilang melepaskan pelukannya dan menatap sang bunda.
"Gilang pamit dulu Bun?" Gilang pun mencium punggung tangan tangan ibu Hanna.
"Hati-hati di jalan?" Ucapnya.
Gilang kembali menganggukkan kepalanya setelah itu dirinya pergi meninggalkan sang bunda.
===========
Waktu sudah menunjukkan pukul 19:00 wib.namun sampai saat ini Gilang belum juga datang menjemput Vania.
"Udah jam tujuh kok dia belum datang juga ya?" Vania melihat jam yang tertera pada layar hpnya.
Tidak berselang lama terdengar suara ketukan pintu.vania pun segera berjalan menuju pintu untuk membukakan nya.
"Kenapa mah?" Tanya Vania.
"Gilang udah Dateng tuh.kamu turun ya?" Ucap ibu deana.
"Oke mah.tunggu bentar.nia mau ambil tas dulu?" Ibu deana mengangguk paham setelah itu pergi meninggalkan kamar sang anak.
Vania segera mengambil tas kecil berwarna hitam di atas meja riasnya.sesaat gadis itu tampak berkaca untuk melihat penampilannya lagi.
"Hhhuufff....tenang Nia...tenang...?" Tiba-tiba saja gadis itu merasa nervous.
"Ini cuma dinner kok?" Ucapnya menenangkan dirinya sendiri.
Tidak ingin membuat sang kekasih menunggu terlalu lama Vania pun segera keluar dari kamarnya.
=============
Dengan langkah anggun Vania berjalan menuju ruang tamu tempat Gilang menunggu dirinya.
"Nah,itu dia anaknya?" Ucap pak Teddy saat melihat sang anak berjalan ke arahnya.Mendengar hal itu Gilang pun segera menoleh ke arah sang kekasih.
Deg
Gilang mematung.Jantungnya berdebar kencang begitu melihat penampilan Vania yang sangat mempesona malam ini.
"Ha-hai" walaupun sudah semaksimal mungkin menetralkan rasa gugupnya tapi tetap saja Vania tidak bisa menyembunyikan rasa itu.
"Lang?" Tegur pak Teddy begitu melihat Gilang tidak berkedip menatap sang anak.
"Ah.i-iya om?" Gilang sedikit tersentak lalu tersenyum kikuk ke arah pak Teddy.
"Oke.karena Nia udah ada.saya tinggal dulu ya?" Pak Teddy segera beranjak dari sofa begitu juga dengan Gilang.
"Ingat pesan papa nak.jangan pulang larut malam.paham?" Vania mengangguk lalu pak Teddy pun pergi meninggalkan kedua insan muda tersebut.
Vania menatap kepergian sang papa namun sedetik kemudian pandangannya kembali teralih pada sosok Gilang didepannya.kini keduanya terlihat saling berpandangan.Dengan langkah lambat Vania berjalan mendekati Gilang.
"Ka-kamu udah lama nunggu?" Tanya gadis itu sedikit gugup.gilang menggeleng pelan diakhiri tersenyum manis kepada Vania.
"Ke-kenapa kamu liat aku gitu banget.a-ada yang salah ya sama penampilan aku?" Tanya vania lagi.dan untuk kedua kalinya Gilang menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Gak ada yang salah sama penampilan kamu.....kamu malah terlihat cantik malam ini?" Ucap Gilang penuh kejujuran.
Vania tersipu malu mendengar kata pujian yang dilontarkan oleh Gilang.
"makasih...kamu juga sangat tampan?" Ucap Vania balas memuji sang kekasih.
Kalau saja Gilang tidak ingat rumah ini adalah rumah kediaman orang tua Vania,mungkin Gilang sudah memberikan satu ciuman penuh kelembutan kepada Vania.
"Ayo kita berangkat?" Gilang menekuk tangan kirinya ke arah vania.dengan cepat gadis itu melingkarkan tangannya di sana.
===========
Setelah menempuh perjalanan lumayan jauh akhirnya Gilang dan Vania sampai di sebuah restoran bintang lima.dengan bergandengan layaknya raja dan ratu kedua insan itu pun berjalan memasuki restoran tersebut.
Sama halnya Gilang yang terpesona akan penampilan Vania malam hari ini,Vania juga dibuat terpesona dengan restoran bintang lima yang menjadi tempat dinner mereka berdua.tempat itu sangat mewah,berkelas dan...romantis.
Tanpa mengulur waktu Gilang langsung membawa Vania ke meja yang sudah dia pesan.
Dan untuk kedua kalinya Vania dibuat terpesona dengan restoran tersebut.kali ini Vania salfok dengan tatanan meja dinner mereka.
Terlihat dimeja tersebut sudah ada makanan pembuka dan makanan penutup.tidak lupa dengan minuman kesukaan Vania dan juga Gilang.
Eits...dan satu lagi.disana juga terdapat satu lilin berwarna putih.dan kelopak bunga mawar merah yang tersebar di atas meja.
"Ka-kamu yang nyiapin semua ini?" Tanya Vania menatap sosok Gilang yang ada di sampingnya.
"Aku yang minta pegawai restoran untuk mendekor nya seperti ini.kamu suka?" Sambil tersenyum Vania menganggukkan kepalanya.
"Banget?!makasih ya?" Ucapnya.
"Tapi...kok tempat ini sepi ya.cuma ada kita berdua tamunya?" Heran gadis itu menatap sekelilingnya.
"Aku udah booking tempat ini,sayang??jadi gak akan ada tamu yang ganggu kita malam ini?" Jawabnya.
============
Dengan diiringi lagu romantis Vania dan Gilang mulai menikmati menu makan malam yang telah disediakan.sesekali keduanya tampak tertawa kecil membahas sesuatu yang lucu.
"Kamu suka sama makanannya?" Tanya Gilang disela kegiatan makannya.
"Suka.makanannya enak banget.kamu benar-benar gak salah buat booking tempat ini?" Ucapnya.
Gilang tersenyum manis."syukurlah kalau kamu suka?" Gilang yang melihat disudut bibir Vania terdapat sisa makanan dengan cepat mengambil tissue dan tanpa permisi lagi menggelap sudut bibir tersebut.
"Kamu tuh ya.kebiasaan banget kalau makan berantakan?" Gilang mengamati bibir Vania yang kotor.
Blush
Vania dibuat merona dengan perlakuan manis dari Gilang.
============
Selesai menghabiskan makanan dan minumannya Gilang pun beranjak dari tempat duduknya lalu berlutut sambil mengulurkan tangannya kehadapan Vania.
"Kita dansa yuk?" Ajaknya.
Awalnya Vania terdiam.namun beberapa detik kemudian gadis itu menggapai tangan Gilang.
"Ayuk?" Gilang segera membawa Vania ke lantai dansa.
"Taruh satu tangan kamu di pundak aku?" Titahnya.Vania menurut kemudian menaruh tangan kanannya di pundak laki-laki itu.
Gilang segera menggenggam tangan kiri vamia.sementara tangan Gilang yang satunya melingkar mulus di pinggang ramping sang kekasih.
Detik berikutnya Gilang dan Vania mulai menggerakkan kaki mereka ke kanan dan ke kiri,berdansa mengikuti melodi romantis yang diputar oleh pihak restoran.
Sambil tersenyum manis Gilang mengamati kecantikan wanitanya malam ini.begitu juga Vania,dia sangat terpesona dengan ketampanan yang dimiliki oleh Gilang.sampai-sampai dirinya tidak bisa menahan senyumnya sedari tadi.
"Terimakasih karena udah mau jadi kekasih aku sampai detik ini?" Ucap Gilang.
"No.harusnya aku yang terimakasih kasih sama kamu karena kamu udah ngelakuin banyak hal untuk aku.i love you Gilang Aditya Pratama?" Balas Vania.
Gilang kembali tersenyum."I love you too Vania Larissa putri?" Tidak kuasa menahan hasratnya Gilang pun mendekatkan wajahnya ke wajah Vania lalu mencium bibir tipis yang terus menggoda imannya.
Cup
Cup
Cup
Decapan demi decapan terdengar di telinga masing-masing.gilang mulai melepaskan genggaman tangan mereka lalu merengkuh pinggang Vania dengan posesifnya.
"Mmmpphhh..."
Tidak mau kalah Vania pun menekan tengkuk Gilang dengan kedua tangannya lalu memperdalam ciuman mereka.seperti yang ada di drama Korea yang selalu dia tonton.
"Aaahhhh..."
Entah sengaja atau tidak tangan kanan Gilang mulai meremas bokong kekasihnya itu.
Vania melepas ciumannya secara sepihak."dasar.dosen nakal?" Ucapnya.gilang terkekeh."Sorry.You tease me so much, darling?" Balas gikang kemudian kembali mencium bibir Vania.
===========
Ingat dirinya masih mempunyai satu kejutan lagi untuk Vania,Gilang pun segera mengakhiri aksi ciumannya.
"Aku masih ada satu kejutan untuk kamu?" Ucap Gilang.
Vania menaikan satu alisnya."kejutan??" Ucap Vania menatap kebingungan.
"Tunggu sebentar?" Gilang segera merogoh saku jasnya lalu mengambil hadiah yang sudah dia siapkan sewaktu di rumah.
"Ini?" Gilang menunjukkan kotak beludru berukuran kecil berwarna merah.
"A-apa ini?" Tanya gadis itu gelagapan.
Gilang membuka kotak beludru yang ada ditangannya lalu menunjukkan sesuatu didalam kotak tersebut.
Dan Betapa terkejutnya Vania saat melihat hadiah yang telah disiapkan oleh kekasihnya itu.
"Ci-cincin?" Vania membekap mulutnya sendiri.sungguh,Vania benar-benar tidak percaya kalau Gilang memberikan hadiah semanis ini untuk dirinya.
"Kamu masih ingat gak sewaktu kamu nemenin aku belikan hadiah untuk bunda.waktu itu tanpa sepengetahuan kamu aku diam-diam beli cincin ini untuk kamu.aku juga gak tau si alasannya kenapa aku belikan kamu ini.tapi yang jelas..."
Gilang mengambil cincin tersebut lalu memakaikannya Ke jari manis Vania."sekarang aku ingin mengikat kamu dengan cincin ini.supaya kamu gak didekati laki-laki manapun.KAMU CUMA MILIK AKU SEORANG?" Tekan Gilang diakhir kalimatnya.
"Ka-kamu ngelamar aku ceritanya?" Ucap Vania tidak percaya.
"Melamar secara tidak resmi.mungkin iya?" Jawab Gilang.
Kedua mata Vania berbinar-binar melihat cincin permata berwarna silver yang kini melingkar di jari manisnya.
Entah Vania harus berkata apa lagi.malam ini Gilang benar-benar sukses membuatnya terkejut.
"Hei...sayang...kok kamu malah nangis si?" Gilang kelabakan begitu melihat wanitanya berurai air mata.
"A-aku hiks...cuma gak nyangka aja hiks...kamu bakal lakuin ini ke aku hiks..." Gilang bernafas lega.ternyata Vania hanya terharu dengan apa yang sudah dirinya lakukan.
"Ssstt...udah ya.jangan nangis kayak gini.nanti cantiknya ilang loh?" Ucap Gilang sambil menghapus buliran air mata yang mengalir di pipi Vania lalu memeluknya erat.
"Aku boleh minta sesuatu gak sama kamu?" Ucap Vania yang kembali menatap Gilang.
"Kamu minta apa ?" Tanya laki-laki itu.
"Jangan pernah tinggalkan aku ya aku gak mau kehilangan kamu.aku sayang banget sama kamu,Lang?" Pintanya sesegukan.
"Aku gak akan ninggalin kamu sayang??aku akan terus di samping kamu.selamanya?" Janji Gilang.
=============
Didalam mobil Vania terus-menerus melihat cincin pemberian Gilang sambil tersenyum-senyum sendiri.gilang yang melihat tingkah lucu kekasihnya itu lantas saja menjadi gemas dibuatnya.
"Yang diliatin cincinnya terus.orang yang ngasih nya gak diliatin nih?" Sindir Gilang.
"Hehehe...maaf...abis aku seneng banget dapet hadiah kayak gini.dion aja gak pernah ngasih aku hadiah semanis ini?" Vania berkata jujur.selama dirinya berpacaran dengan dion.laki-laki itu tidak pernah memberikan sesuatu hal yang bisa membuat dirinya salting seperti sekarang ini.
Gilang tersenyum miring."jangan pernah sebut nama laki-laki itu.aku gak suka?" Ucap Gilang dengan mata yang terfokus pada jalanan yang sedang ditelusurinya.
"Cie...ada yang jelous nih ceritanya?" Dengan gemas Vania menoel pipi Gilang.
"Jelas aja aku cemburu sayang..aku kan cinta banget sama kamu?" Gilang memberhentikan mobilnya disaat lampu merah.diraihnya tangan Vania lalu diciumi nya punggung tangan Vania dengan lembut penuh kasih sayang.
Disisi lain tepatnya di sebelah mobil Gilang terdapat sebuah mobil berwarna hitam yang baru saja berhenti.
"Lampu merah lagi?" Laki-laki paruh baya itu terlihat melihat sekeliling nya.tanpa sengaja orang tersebut melihat sosok yang sangat dikenalinya tepat disamping mobil.
"Itu kan Gilang???sama siapa dia??" laki-laki paruh baya itu semakin memajukan kepalanya untuk melihat siapa sosok perempuan yang tengah bersama dengan Gilang.
"Gadis itu kan...."
Share this novel