Bab 27

Romance Series 13684

Tap

Tap

Tap

Gilang mempercepat langkah kakinya memasuki gedung rumah sakit.sesekali dirinya terlihat celingak-celinguk mencari ruang UGD tempat Vania ditangani oleh dokter.

Cemas,jangan ditanya lagi.sejak dirinya membaca pesan dari Gita perihal musibah yang dialami oleh Vania hatinya langsung berkecamuk.bahkan meeting yang hampir saja selesai harus dia tinggalkan demi melihat keadaan sang kekasih di rumah sakit.

"Pak Gilang!!" Seru bela dari sebuah lorong memanggil Gilang sambil melambaikan tangannya.

Gilang langsung mengarahkan pandangannya ke arah bela,kemudian segera mempercepat langkah kakinya menghampiri mahasiswinya tersebut.

"Gimana keadaan Vania,bel?" Tanya Gilang sambil mengatur nafasnya.

"Masih ditangani dokter pak?" Jawabnya.

Gilang melihat ke arah ruang UGD setelah itu pandangannya beralih pada sosok laki-laki berkemeja kotak-kotak.

"Pak Rifai,anda..."

"Pak Rifai yang bantu kita bawa Vania kerumah sakit pak?" Sela Rika.

Gilang mengangguk."terimakasih atas bantuannya pak?" Ucap Gilang menatap pak Rifai.

"Sama-sama pak.kebetulan saya juga ada di TKP saat itu?" Jawabnya.

Gilang kembali melihat bela,Rika dan Gita."apa kalian udah kasih kabar ke orang tua nya Vania?" Tanya Gilang lagi.

"Udah pak.saya udah kabari mereka.mungkin sebentar lagi mereka datang?" Jawab Gita.

Lagi-lagi Gilang mengangguk pelan."Terus,kenapa Vania bisa jatuh dari tangga.apa yang sebenarnya terjadi?" Seketika ketiga gadis didepannya bungkam seribu bahasa.

"Bela??" Gilang menatap serius gadis berkulit putih dan berambut pendek itu.

"Ah...i-itu...mm..."

"Mereka berempat tadi bertengkar dengan Cindy?" Pak Rifai angkat bicara.

"Cindy?" Gilang menaikan satu alisnya.

"Ya.cindy yang udah mendorong Vania hingga terjatuh dari tangga,tapi pak Gilang tenang saja.pihak kampus sudah mengetahui tentang apa yang dialami oleh vania.dan pihak kampus juga sudah men DO Cindy dari kampus?" Jelasnya.

Gilang kembali menatap ke tiga mahasiswi tersebut berharap dirinya mendapatkan jawaban yang jelas perihal mereka dan juga Cindy.namun bela dan teman-temannya masih tertunduk diam enggan menatap dirinya.

Tidak lama datanglah pak Teddy berserta istrinya.sama halnya dengan Gilang raut wajah mereka terlihat panik dan cemas memikirkan keadaan Vania.

"Bagaimana keadaan putri saya?" Satu pertanyaan hampir mirip dengan Gilang di lontarkan oleh pak Teddy.

"Nia masih didalam UGD,Om?" Jawab Rika.

================

Dion mendatangi apartemen yang ditempati oleh Cindy.dengan penuh kemarahan laki-laki itu menggedor kencang pintu apartemen hingga berkali-kali.

"Iya,Tunggu sebentar?" Terdengar seruan dari dalam apartemen.

Ceklek

Pintu apartemen terbuka dan betapa terkejutnya Cindy saat melihat sosok Dion ada di depannya.

"Di-dion?" Gumam Cindy.

Perlahan Cindy melangkah mundur begitu Dion berjalan mendekatinya.

"Ma-mau apa kamu Yon?" Tanya Cindy sambil menatap ketakutan sosok Dion.

Laki-laki itu hanya diam.namun tidak lama tangannya bergerak cepat mencengkram kuat rahang Cindy.

"Sa-sakit?" Ucap cindy terbata-bata lalu berusaha melepaskan cengkraman Dion.

"Loe bilang ini sakit hah!!!.." terlihat cindy meringis kesakitan ketika dion semakin memperkuat mencengkramnya.

"Terus gimana dengan Nia yang loe dorong dari tangga hah!!!" Seketika Cindy terbelalak mendengar perkataan Dion.dari mana Dion tau kalau dia lah yang mendorong Vania dari tangga,pikirnya.

"Ka-kamu sa-lah pa-ham.bukan a-aku pelakunya?" Elak Cindy.

Mendengar Cindy tidak mengakui perbuatannya terhadap Vania membuat dion semakin murka.

"Masih gak mau ngaku juga loe!!...oke!!...gue bakal buat loe ngakuin perbuatan loe itu!!!...." Dion tersenyum licik setelah itu tangannya beralih mencekik leher Cindy.

"Di-on le-pas!" Muka Cindy terlihat memerah karena sulit bernapas.dengan sisa tenaga yang dia punya Cindy memukul lengan Dion berkali-kali.

"Lebih baik sekarang loe ngaku cin.atau loe... mati ditangan gue?" Jangan salahkan dion kalau dia sampai berbuat senekat ini.semua karena ulah Cindy juga yang sudah mencelakai orang yang dicintainya.dan sekarang Kemarahan Dion sudah mencapai titik tertinggi.

===============

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya pintu UGD pun terbuka.terlihat seorang laki-laki berjas putih keluar dari sana lalu berjalan mendekati pak Teddy dan yang lainnya.

"Yang mana keluarga pasien?" Tanya sang dokter.

"Saya dok?" Jawab pak Teddy dan istrinya secara bersamaan.

"Alhamdulillah,anak kalian sudah melewati masa kritisnya akibat pendarahan di kepala.sekarang keadaannya jauh lebih baik.tapi meski begitu,anak kalian tetap harus banyak istirahat?" Jelasnya.

Semuanya tampak bernafas lega begitu mendengar penjelasan dari dokter.

"Apa boleh saya liat Vania,dok?" Tanya ibu deana.

"Boleh.tapi nanti setelah anak ibu dipindahkan ke ruang rawat?" Ibu deana serta pak Teddy mengangguk paham.

"Saya permisi dulu?" Pamit sang dokter meninggalkan mereka.

Tidak lama sang dokter pergi,pak Rifai yang masih setia berada di sana juga ikut pamit undur diri.

"Pak Gilang,saya juga pamit.masih ada kelas yang harus saya ajar?" Ucap pak Rifai.

Gilang mengangguk pelan."sekali lagi saya terima kasih atas bantuannya pak?" Ucap Gilang.

"Sama-sama pak.sudah seharusnya manusia saling membantu bukan?" Gilang tersenyum tipis.

"Mari saya antar ke depan?" Pak Rifai dan Gilang pun melangkah pergi meninggalkan ruang UGD.

================

"DION!!!...LEPASIN CINDY!!..."

Seru Irfan di ambang pintu kemudian segera berlari ke arah dion.dengan sekuat tenaga Irfan menarik tubuh Dion.hingga akhirnya cekikan Dion terlepas dari leher Cindy.

"Hhaaaaahh...."

Cindy mengatur nafasnya sambil memegangi lehernya yang sakit karena dicekik oleh Dion.

"Loe apa-apa an sih,fan!!" Dion hendak mencekik Cindy lagi namun Irfan dengan cepat membogem wajah Dion.

Bugh!!

Bugh!!

"Loe yang apa-apa an.yon!!...loe mau bunuh Cindy,hah!!" Serunya.

Dion terlihat mengusap sudut bibirnya yang berdarah lalu menatap sahabatnya serta Cindy bergantian.

"Ide yang bagus?" Sambil menampilkan smirk nya Dion kembali menghampiri Cindy lagi.irfan yang melihat hal tersebut dengan gesit mendorong tubuh Dion dan membenturkannya ke dinding.

"Gue peringati sekali lagi yon.jangan sakitin Cindy.PAHAM!!" Irfan menatap nyalang Dion sementara kedua tangannya mencengkram kuat kerah baju sahabatnya itu.

Sambil menahan sakit pada punggungnya Dion menertawai sosok yang ada di depannya.

"Kenapa loe ngebela Cindy sampai segitunya.loe suka ya sama Cindy,hm?" Ucap Dion yang berhasil membuat Irfan terdiam.

"JAWAB BRENGSEK!!!...LOE SUKA KAN SAMA JALANG IT -"

"KALAU IYA KENAPA HAH!!" Potong Irfan yang berhasil membuat Dion dan Cindy terkejut mendengarnya.

=================

Vania sudah dipindahkan ke ruang rawat.karena belum diperbolehkan banyak orang yang menjenguknya alhasil mereka bergantian memasuki ruang rawat tersebut.

Pak Teddy dan ibu deana menjadi orang yang pertama menjenguk vania.sementara bela dan kawan-kawannya menunggu di luar ruangan.

Vania yang masih terbaring lemah diatas tempat tidur perlahan mulai sadarkan diri dan membuka matanya.

"Aaasshh..." Ringis gadis itu sambil memegangi belakang kepalanya.

Melihat sang anak sudah siuman,pak Teddy dan ibu deana pun langsung bergerak cepat mendekati ranjang anaknya.

"Jangan terlalu banyak bergerak nak?" Ucap sang mama.

Vania menatap kedua orang tuanya dan melihat sekelilingnya.

"Nia ada dimana mah?" Tanya Vania dengan nada lemah.

"Kamu lagi ada di rumah sakit sayang?" Jawab ibu deana sambil mengelus lembut pucuk kepala Vania.

"Ru-rumah sakit?" Ucap gadis itu kemudian langsung diangguki oleh pak Teddy dan ibu deana.

Sesaat Vania terdiam mencoba mengingat kejadian sebelumnya.

"Cuma kalian aja yang ada disini?" Tanyanya sambil menatap kedua orang tuanya.

"Gita,Rika sama bela lagi nunggu di luar.dokter bilang gak boleh banyak orang di sini?" Jawab ibu deana.

Vania kembali terdiam namun sesaat mulutnya terbuka hendak melontarkan pertanyaan lagi.

"Gilang ada disini juga kok.dia juga cemas dengan keadaan kamu,Nia?" Ucap pak Teddy seakan mengetahui anaknya akan bertanya tentang apa kepada mereka.

================

Gilang yang baru saja dari kantin rumah sakit kembali ke kamar rawat vania.dengan membawa paper bag dikedua tangannya laki-laki itu berjalan mendekati sahabat Vania yang tengah duduk di bangku depan ruang rawat.

"Ini,untuk kalian?" Ucap Gilang sambil memberikan dua plastik berisikan makanan dan minuman kepada Rika.

Gadis itu pun mengambil plastik yang diberikan oleh Gilang dan melihat apa yang ada di dalamnya.

"Makasih ya pak?" Ucap Rika.

"Iya, sama-sama?" Jawab Gilang.

"Tau aja pak kalau kita belum makan siang?" Celetuk bela.Rika pun mulai membagikan makanan burger dan minuman cola berukuran besar kepada Gita dan bela.

Gilang tersenyum kemudian dirinya duduk di bangku sebelah Rika.

"Bapak mau gak?" Ucap Rika menawari makanan dan minuman kepada Gilang.

"Tidak.terima kasih?" Jawabnya.

Pandangan Gilang kini teralih pada ruang rawat vania.rasanya ingin sekali dirinya masuk keruangan tersebut dan melihat keadaan kekasih hatinya itu.tapi sepertinya Gilang harus bersabar lagi menunggu giliran masuk.

"Makasih banyak ya pak udah beliin kita makanan dan minuman ini?" Ucap bela disela kegiatan makannya.

"Pak Gilang emang malaikat yang baik hati?" Sela Gita memuji Gilang.

Gilang tidak berkata apa-apa.laki-laki itu hanya tersenyum sambil melihat aksi tiga mahasiswinya yang tengah asik menyantap makanan dan minumannya.

"Bener kata gita.pak Gilang emang penolong kita.gak kayak dion.bisanya cari masalah mulu.coba kalau dia gak nyium Nia didepan umum.pasti Nia gak ada dirumah sakit kayak sekarang dan kita juga udah makan dari tadi?" Ucap Rika tanpa sadar yang berhasil membuat Gilang terkejut bukan main.

Tidak,bukan hanya Gilang saja yang terkejut akan perkataan Rika barusan.bela dan Gita pun juga merasakan hal yang sama.

Melihat ekspresi wajah gilang yang tidak biasa.Buru-buru bela yang duduk di samping Rika mencubit pinggang sahabatnya itu.

"Kok loe malah bilang kalau dion nyium Nia sih?" Bisiknya.

Rika yang baru sadar akan perkataannya tadi langsung menutup mulutnya dan melihat ke arah Gilang ketakutan.

"Bilang apa kamu tadi??" Ucap Gilang menatap ketiga mahasiswinya tersebut.

"Pak.jangan dengerin kata Rika ya.dia cum-"

"Jelaskan sama saya Rika apa maksud perkataan kamu barusan?" Tegas Gilang memotong perkataan bela.

"Sial.kenaoa nih mulut lancar banget sih?" Batin Rika memaki dirinya sendiri.

Rika menatap Gilang ketakutan sementara Gilang menatap Rika penuh tanya.

"Ja-jadi gini pak.tadi itu...."

Belum sempat rika menjelaskan kepada Gilang tiba-tiba saja pintu kamar rawat Vania dibuka oleh pak Teddy dari dalam.

"Om?!" Gilang segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati pak Teddy.

"Nia udah sadar dan dia ingin ketemu sama kamu,Lang?" Ucap pak Teddy.

Gilang tersenyum lega.akhirnya,setelah sekian lama menunggu dirinya bisa juga menemui kekasih hatinya itu.

"Makasih,om?" Gilang pun mulai melangkah masuk ke dalam ruang rawat vania.

=============

Secara bersamaan Vania dan mamanya menoleh ke arah pintu.senyum pun terlukis jelas di wajah gadis tersebut begitu melihat sosok Gilang ada di sana.

"Udah ada Gilang disini.kalau gitu mama keluar dulu ya?" Sebelum pergi ibu deana mengelus lembut pucuk kepala sang anak dan melempar senyum manis kepada Vania serta Gilang.

Setelah ibu deana keluar kamar Gilang pun berjalan menghampiri Vania yang masih terbaring lemah di atas ranjang.walau pun hatinya masih dibuat kalut akan perkataan Rika tadi tapi Gilang berusaha untuk mengenyahkannya.dia tidak ingin ada perdebatan di antara mereka,untu saat ini.

"Gimana keadaan kamu sayang?" Tanya Gilang sambil menyentuh lembut pipi sang kekasih.

Refleks Vania memejamkan matanya begitu Gilang melayangkan sebuah kecupan ringan keningnya yang sedang diperban.

"Semua badanku terasa sakit?" Keluh gadis itu dengan nada sedikit manja.

Gilang kembali tersenyum kemudian mendaratkan bokongnya di kursi yang ada di samping ranjang Vania.

"Maafin aku ya.aku gak bisa jaga kamu dengan baik?" Gilang menggenggam tangan kanan Vania lalu menciumnya dengan lembut.

Vania menggeleng pelan kemudian melepaskan genggaman tangan Gilang dan menyentuh wajah kekasih hatinya tersebut.

"Kamu gak salah kok.yang harusnya minta maaf itu aku.maaf ya udah buat kamu khawatir?" Ucap Vania.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience