Surabaya,,,
Rika terkekeh geli saat melihat pelayan menata pesanan mereka di atas meja.dibandingkan dengan jason,pesanan dirinya lebih dari kata banyak.
Rika memang sengaja memesan banyak.karena dia ingin mengerjai jason.dia masih kesal dengan jason yang sudah berani mencium bibirnya kemarin.
"Makasih ya mbak?" ucap rika setelah sang pelayan selesai menata makanan.hal yang sama pun juga dikatakan oleh Jason.
"Sama-sama?selamat menikmati hidangannya?" balas sang pelayan diakhiri senyuman manis kemudian segera pergi meninggalkan meja jason dan rika.
Rika menatap pesanannya penuh minat.dirinya sudah tidak sabar lagi untuk menikmati makanannya.Disisi lain jason tidak henti-hentinya menatap Rika yang sudah terlihat sangat lapar.
"mbak yakin,bisa ngabisin makanan segitu banyak?" tanya Jason yang masih ragu kalau Rika bisa menghabiskan semua pesanannya.
"yakin kok.biar badan gue kecil gini,gue emang makannya banyak.dan stop panggil gue mbak.panggil Rika aja.kayaknya kita seumuran deh?" jawab gadis itu.jason pun mengangguk paham.
Terlihat Rika memulai aktivitas makannya.yang pertama dia santap adalah ayam bakar.rika makan dengan sangat lahap membuat Jason tidak berhenti tersenyum di sela aktivitas makannya.
"kenapa loe liatin gue senyum-senyum gitu??mau??" ucap Rika lalu menyodorkan daging ayam yang ada di tangannya kehadapan laki-laki itu.
Jason menggelengkan kepalanya sebagai tanda penolakan."tidak.terima kasih.saya cuma kagum aja liat cara kamu makan.kamu sama sekali gak jaim makan pakai tangan langsung?" ucapnya.
"hehehe...gue emang suka kayak gini.maklum,gue kan keturunan Sunda?" jelas rika.
"jadi kamu orang Sunda?" tanya Jason sebelum dirinya memasukan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.
"yes.bokap-nyokap gue asli orang sunda.cuma lama tinggal di jakarta aja?" jelasnya lagi.
"Oo...ngomong-ngomong,saya juga keturunan Sunda loh?" ucap Jason yang berhasil membuat Rika menatapnya dengan penuh keterkejutan.
"serius loe ada turunan sundanya?" Jason mengangguk cepat.
"bapak saya orang Australia,sedangkan ibu saya orang Sunda?" Rika tampak mengerjapkan matanya.dirinya sama sekali tidak menyangka kalau laki-laki bule dihadapannya ini ternyata ada campuran Indonesianya.
"jadi keturunan Australia-sunda toh?" gumam Rika sambil menatap Jason yang tengah sibuk menyantap makanannya.
==============
Beberapa menit kemudian Rika sudah menghabiskan semua makanannya tanpa tersisa,begitu pun dengan Jason.rika langsung mencuci tangannya dengan air jeruk nipis yang sudah disiapkan oleh pelayan tadi,setelah itu mengelapnya dengan tisu basah yang dia bawa.
"saya ke toilet dulu ya?" ucap Jason.rika yang melihat Jason beranjak dari tempat duduknya langsung menahan laki-laki itu dengan tiba-tiba..
"loe beneran mau ke toilet kan?" tanya Rika penuh selidik.
"iya,saya mau ke toilet.kenapa??kamu mau ikut saya ke toilet??" Rika langsung memicingkan matanya.
"hehehe.. bercanda?" ucap Jason menenangkan Rika.
"awas aja kalau loe kabur dan gak bayar semua pesanan ini.gue gak akan maafin loe seumur hidup!!" acam rika.jason kembali terkekeh.
"kamu tenang aja.saya bukan orang yang seperti itu kok.saya kan yang traktir kamu makan,jadi jelas saya yang akan bayar semuanya.kalau kamu masih kurang percaya juga saya akan tinggalkan dompet dan hp saya di sini?" terlihat Jason menaruh dompet dan hp miliknya di atas meja.
Rika tersenyum puas.kalau seperti ini Jason tidak akan kabur dari restoran."baiklah.sana gih?" dengan sedikit acuh Rika mempersilahkan Jason untuk pergi ke toilet.
=============
Ddrrtt...Ddrrtt....
Hp Rika bergetar,tertulis nama Vania pada layar hpnya.rika pun langsung mengangkat panggilan telepon tersebut.
"loe makan di Antartika ya!!..lama banget?!" seru Vania mengomeli Rika.
"hehehe... sorry.gue makannya banyak.jadi agak lama selesainya.tapi ini udah mau balik kok?" ucap Rika.
"*njir?!!..ceritanya loe lagi ngerampok Jason?!" tuduh Vania.rika kembali terkekeh.
"iya.gue minta bungkus buat lo juga tuh?" ucap Rika.
"parah banget loe?" kali ini giliran Vania yang terkekeh.
"biarin aja lah.sekali-kali gue ngerjain tuh orang.itung-itung hukuman buat dia karena udah berani nyium gue kemarin plus bilang gue penculik?" ucapnya.
"ya udah terserah loe aja.yang penting jangan keterlaluan ngerjainnya.dan jangan lama-lama disana.kerjaan masih banyak?!" Vania pun segera mengakhiri panggilan teleponnya.
Tanpa disadari oleh Rika,Jason yang kala itu sudah berada tepat di belakang kursi Rika mendengar semua percakapan kedua gadis tersebut.
"jadi dia lagi ngerjain saya?" batin Jason.
Rika menaruh kembali hpnya diatas meja kemudian melihat jam yang melingkar di tangannya.
"kemana sih tuh bule?!lama banget ke toilet nya?!" dumel Rika.
Tidak lama Jason melangkahkan lagi kakinya,berdehem kecil setelah itu duduk di kursinya kembali.
"sorry.lama nunggu ya?" ucap Jason.
"menurut loe?!...ngapain aja sih loe di toilet.mejeng dulu ya?!" rika menatap selidik laki-laki dihadapannya.jason tidak menjawab,dia hanya menanggapi ucapan Rika dengan seulas senyum manisnya.
"Rika?"
"apa?!"
"kamu udah maafin saya atas kejadian yang kemarin?" Jason menatap Rika penuh harap.
"entah lah?" Rika mengangkat kedua bahunya.
"hati gue masih kesel gegara loe nuduh gue penculik anak?" sindirnya.jason menghela nafas panjang.
"terus saya harus gimana lagi supaya dapat maaf dari kamu.saya benar-benar menyesal Rika?" ucap Jason.lagi-lagi Rika hanya mengangkat bahunya.
=============
Malam harinya,,,
Gilang melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.matanya terus menatap fokus jalanan yang sedang dilewatinya.sesekali laki-laki itu tampak melirik ke arah hp yang tergeletak di atas dasbor.
Ddrrtt...Ddrrtt...
Melihat ada yang menelponnya Gilang pun buru-buru mengambil benda pipih tersebut.dan menekan tombol berwarna hijau yang tertera pada layar.
"halo bi?"
".........."
"saya lagi otw pulang.gimana keadaan Nadia?"
".........."
"bibi udah kasih dia obat?"
".........."
"ya udah.bibi tolong jagain Nadia terus.jangan sampai di tinggal sendirian.bentar lagi saya sampai di rumah?"
".........."
tut
Gilang kembali meletakkan hpnya di atas dasbor lalu semakin menginjak pedal gas pada mobilnya.kurang dari sepuluh menit Gilang pun sampai di rumah kediamannya.dengan tergesa-gesa Gilang berlari menuju kamarnya tempat dimana Nadia berada.
"gimana keadaan Nadia?" tanya Gilang kepada bi Murti.
"suhu badan non Nana makin naik tuan.dia juga dari tadi ngigau terus?" jelasnya.
Gilang langsung menghampiri sang anak yang tengah terbaring lemah di atas ranjang.ditempelkannya punggung tangan Gilang pada kening Nadia.
"panas banget?" ucap Gilang.nadia menggeliat kecil namun terlihat enggan untuk bangun dari tidurnya.
"Tante cantik?" gumam Nadia dengan mata masih terpejam dan suara sedikit serak.
Gilang menatap kebingungan Nadia.kenapa anaknya mengingau memanggil nama Vania??
"dari tadi non Nana nyebut Tante cantik Mulu tuan?" ucap Bi Murti seakan tau apa yang akan ditanyakan oleh majikannya nanti.
Gilang melihat sekilas ART nya,namun setelah itu pandangannya kembali terarah pada Nadia.gilang pun kini duduk di tepi ranjangnya.
"nana,,,bangun yuk.minum obatnya dulu?" ucap gilang sambil menggoyangkan tangan sang anak dengan lembut.
Nadia perlahan membuka kedua matanya dan melihat sosok Gilang yang duduk disampingnya.
"pa..pa?" gumam nadia.gilang tersenyum lembut lalu mengarahkan tangannya mengelus pipi Nadia.
"pa..pa udah pul...Lang?" Gilang mengangguk pelan.
"nana badannya panas.kita minum obat dulu yuk?" pinta Gilang namun sang anak malah terlihat menggelengkan kepalanya pelan.
"Nana gak mau minum obat pah.nana mau ketemu sama Tante cantik?" ucap Nadia.
Gilang kembali tersenyum lembut.kini tangannya bergerak merapikan rambut Nadia yang terlihat berantakan.
"ketemu Tante cantiknya besok aja yah???ini dah malam nak?" bujuk Gilang.
"gak mau pah.nana kepengennya sekarang??papa tolong jemput Tante cantik ya??" ucap Nadia setengah merengek
"tapi nak-"
"sekarang papa?kalau gak Nana gak akan mau minum obat?" kali ini Nadia memberikan ancaman kecil kepada papanya.
Gilang menghela nafas panjang.memang susah sekali jika bicara dengan orang yang keras kepala.
"oke.papa bakalan jemput Tante cantik.tapi Nana janji ya,abis itu minum obatnya?" Nadia terlihat tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
Gilang segera beranjak dari ranjang kemudian menatap ke arah bi Murti."saya titip Nana lagi ya,bi.mau jemput Vania dulu?" ucap Gilang.bi Murti pun mengangguk paham."iya tuan?" jawabnya.
===============
Di kamar hotel Vania baru saja mengganti pakaiannya dengan vee lingerie silk set celana pendek berwarna hitam.setelah membersihkan wajahnya sebentar gadis itu kini berjalan menuju ranjangnya.
"hhuuaaa... waktunya tidur?" Baru saja Vania ingin naik ke atas ranjangnya,tiba-tiba saja terdengar suara pintu diketuk.
"CK!!!...pasti itu Rika deh.mau apa lagi sih tuh bocah?" dengan langkah malas Vania berjalan menuju pintu.
ceklek
"mau apa lagi sih ri-" Vania mengehentikan perkataannya saat melihat sosok laki-laki dihadapannya.
"loh Gi-gilang??" gumam gadis itu.
glek
Gilang langsung mematung ketika sepasang matanya disuguhkan pemandangan yang sangat menggoda imannya.
"Lang?" Vania tampak kebingungan saat Gilang terbengong di melihatnya.
"hei" Vania melambaikan tangannya didepan wajah Gilang.karena penasaran Vania pun akhirnya mengikuti arah pandang Gilang.
"oh shit!!!" Vania baru sadar dengan apa yang dikenakannya saat ini.buru-buru gadis itu bersembunyi di balik pintu kamar hotel.
"kamu ngapain malam-malam ke sini Lang??" tanya Vania dengan sedikit gugup.
Detik berikutnya Gilang tersadar dari lamunannya kemudian segera membalikkan badannya di balik pintu tempat Vania bersembunyi.
"ma-maaf udah ganggu waktu istirahat kamu nia.tapi...bisa kah kamu kerumah aku sekarang???Nadia badannya panas tinggi.dan dia mau ketemu sama kamu sekarang juga?" jelas Gilang.
"Tapi ini udah malam Lang.besok pagi aja?" ucap Vania.
"khem!!...tadinya juga gitu nia.cuma Nadia kepingin kamu datang sekarang.kalau gak dia gak mau minum obatnya?":jelas Gilang lagi.
Vania terdiam sejenak,berfikir apakah cerita Gilang ini benar adanya atau kah hanya akal-akalan Gilang saja.
"kalau gak percaya....ini buktinya?" gilang menyerahkan foto Nadia terbaring lemah di atas ranjang yang sempat dikirim oleh BI Murti saat dirinya masih berada di kantor tadi.
Vania melihat foto tersebut.ada perasaan kasihan dan sedih di hatinya saat mengetahui peri kecilnya itu jatuh sakit.
"y-ya udah .aku kerumah kamu.tapi tunggu bentar ya aku ganti baju dulu?" gilang mengangguk paham.
"aku tunggu kamu di lobby?" ucapnya setelah itu segera menutup pintu kamar hotel Vania.
=============
Vania tidak menyangka dirinya akan bertandang lagi ke rumah kediaman keluarga Gilang.vania pikir kemarin adalah hari terakhirnya datang ke rumah ini.namun nyatanya tidak,bocah kecil itu malah memintanya lagi untuk datang kesini.
"Tante cantik?" Nadia begitu sumringah saat melihat Vania memasuki kamarnya.
"nana?" Vania pun melangkahkan menuju ranjang kemudian segera duduk di tepi ranjang berwarna abu-abu itu.
"kamu sakit,sayang?" tanya Vania yang langsung nempelkan punggung tangannya di kening serta dileher Nadia.
"kita kerumah sakit yuk?" pintanya Namum langsung di tolak mentah-mentah oleh bocah tersebut.
"aku gak mau kerumah sakit,tante.disana bau obat?" ucapnya.
"oke.kalau Nana gak mau kerumah sakit.tapi kalau minum obat Mau ya??" pinta Vania.berbeda dengan yang sebelumnya kali ini Nadia menyetujui permintaan tersebut.
Bi Murti pun maju mendekati ranjang dengan membawa segelas air putih dan obat untuk nadia.vania mengambilnya lalu memberikannya kepada Nadia.
Tepat dibelakang Vania,Gilang sedang memperhatikan semua gerak-gerik serta bagaimana sabarnya gadis itu memberikan obat kepada anaknya.
Ada sedikit tamparan keras di hatinya saat melihat pemandangan tersebut.harusnya Nadia merasakan semua itu dari Raisa,yang notabene nya adalah ibu kandungnya.tapi kenapa semua kasih sayang dan perhatian justru Nadia dapatkan dari Vania??apakah ini pertanda kalau Raisa memang bukanlah wanita yang tepat untuknya???
JEEDDERRRR...
Terdengar suara petir menggelegar.sontak saja semua orang yang ada didalam kamar tersebut terkejut bukan main.tidak lama dari itu turunlah hujan dengan begitu derasnya.
"pake hujan lagi??gimana caranya gue pulang?" batin Vania menatap kearah jendela kamar yang sudah tertutup rapat oleh gorden.
Nadia yang melihat Vania bengong langsung memengang pergelangan tangannya.
"Tante cantik.malam ini nginep di sini ya?" pinta Nadia penuh pengharapan.
"ta-tapi...-"
"Nana benar,Vania.sebaiknya kamu nginep disini aja.diluar hujan deras dan ada petir juga.gak baik kalau kita paksain untuk jalan keluar?" potong Gilang.vania kembali berfikir.
"nanti kamu tidur disini temenin nana.biar aku tidur di kamar tamu lainnya?" lanjut Gilang.vania yang tadinya tampak ragu kini mulai menyetujui saran dari kedua orang tersebut.
Share this novel