Chapter 13 Lady of Animal's

Action Series 502

Di tengah hutan yang panas, kering dan berdebu, angin sore berembus pelan, menyapu rerumputan yang menguning. Chariva melangkah perlahan, ia menghela napas panjang.

"Huf, sungguh lelah, tapi aku suka..." dia langsung bersemangat melihat banyak hal di sana. "Wah, angin yang sangat segar sekali..." gumamnya.

Ia melihat banyak hewan-hewan liar di sana, membuatnya mencatat perilaku satwa liar dalam buku kecilnya. "(Inilah pekerjaanku yang lain... Atasanku bilang dia bekerja sama dengan badan tim pengawasan satwa. Organisasi itu membutuhkan orang sepertiku yang siap turun di hutan dan sangat bersahabat dengan hewan... Inilah yang membuatku tertarik magang di kebun binatang, tapi sayangnya saat aku melakukan pengajuan, aku ditolak karena tinggiku tidak memenuhi standar, mau bagaimana lagi. Aku hanya dilihat oleh organisasi ini yang kemudian memintaku... Walaupun begitu, aku senang bersahabat dengan hewan....)" pikirnya dengan tenang.

Saat mencatat, ia juga melihat ada ular besar yang ada di batang pohon, kepala ular itu menjulur menatap Chariva.

Seharusnya manusia biasa takut tapi Chariva melambai. "Halo~"

Ular itu hanya menjulurkan lidahnya lalu masuk ke dalam daun pohon tapi kembali lagi membawa apel hijau dari gigi tajamnya, dia mengulurkan apel itu padanya.

"Oh, untukku? Ahaha, terima kasih...." Chariva menerimanya, ular itu layaknya suka akan Chariva padahal ular itu liar, tapi itu menunjukkan bagaimana Chariva sangat dicintai oleh hewan.

Tugas lapangan hari itu tampak biasa saja, hingga telinganya menangkap suara lirih dari balik semak.

“Meong...”

Chariva menoleh cepat, "eh, apa itu?" Suara itu tidak berasal dari hewan liar yang biasa ia amati.

“Meong...”

Suara itu terdengar lagi, lebih lemah namun penuh harap. Chariva mendekat, lalu menyibak semak pelan-pelan. Seketika matanya membelalak saat melihat seekor anak kucing Savana terbaring di sana. Tubuhnya kecil, bulunya bermotif tutul emas kecokelatan dengan garis-garis halus. Matanya lebar berwarna kehijauan, menatap Chariva dengan ekspresi memohon. Napasnya tersengal, perutnya kempis. Tak terlihat tanda-tanda induknya.

“Kamu… bagaimana bisa sendiri di sini?” gumam Chariva lirih.

Kucing kecil itu mengeong lagi, seolah menjawab. Chariva diam sejenak, bimbang. Ia tahu tak seharusnya membawa hewan liar, tapi… membiarkannya di sini hanya berarti satu hal: kematian.

“Jika aku tinggalkan, dia pasti mati. Apa aku akan tinggal diam melihatnya begitu?” pikirnya.

Ia menghela napas. “Baiklah, ikut aku. Kita pulang.” Ia mengangkat kucing itu dan kebetulan dia selesai melakukan tugasnya jadi dia langsung pulang.

Ia sampai di rumah pada malam hari, Chariva segera menyiapkan susu hangat dan selimut. Kucing Savana itu meminum dengan lahap, lalu meringkuk di pangkuannya. Rumah itu juga terlihat sederhana saja, mungkin bukan rumah, melainkan apartemen, wajar jika dia menggunakan apartemen karena itu adalah kota.

“Lapar sekali, ya? Tenang... mulai sekarang kamu aman,” bisik Chariva.

Karena pekerjaannya di penampungan hewan, Chariva dengan mudah mengurus sertifikat pemeliharaan. "Aku akan mengurusnya.... Tapi sebelumnya haaa... Aku lelah, aku harus membersihkan diri..." dia meletakkan anak kucing itu di tempat hangat lalu dia berjalan ke kamar mandi, tapi ketika akan masuk, telepon berbunyi membuatnya mengambil dan ternyata dari atasan.

"Chariva, kerja bagus untuk hari ini.... Laporanmu diterima, besok bekerjalah seperti biasa...." katanya.

Chariva membalas dengan setengah lelah. "Baiklah..." lalu menutup, tapi siapa sangka, ada pesan masuk yang bahkan belum dia baca, tepatnya dari Griffin.

"Astaga?! Aku lupa!!" ia tampak panik dan langsung membaca pesannya.

~ Chariva? Malam ini, bisa?
~ Chariva? Oh, kupikir kau sibuk, kirimkan aku pesan jika kau sudah membaca pesanku ya

Segera Chariva mengirim pesan.
~ Maafkan aku, aku benar-benar sibuk tapi tidak bilang-bilang...
Dia menggunakan emot sedih lalu Griffin kebetulan langsung online dan membalas.
~ Tidak apa-apa, tentukan saja kalau begitu...

"Tentukan? Um?" Chariva tampak ragu apalagi dia menatap ke kucing itu. Lalu kembali mengirim pesan.
~ Ke depannya aku juga akan sibuk, mungkin lain kali saja ya?"

~ Tentu
Balasan Griffin benar-benar menyenangkan membuat Chariva menghela napas panjang. Tentu saja Chariva harus merawat kucing kecil itu.

Hari demi hari berlalu. Kucing itu tumbuh pesat. Bulu-bulunya menjadi tebal dan mengilap, tubuhnya tinggi dan lentur, ciri khas ras kucing Savana yang kuat dan aktif. Ia melompat ke sana kemari, mengejar mainan, bahkan sering membawanya ke tempat penampungan hewan untuk bermain dengan hewan di sana.

Chariva sering terkekeh melihatnya.

“Hebat sekali kamu... seperti harimau kecil,” ujarnya sambil melempar bola kecil yang langsung ditangkap oleh Savana.

Kucing itu tak hanya lincah. Ia juga penurut. Sering duduk di samping Chariva saat ia membaca buku, atau tidur siang bersama di kursi maupun kasur.

Kadang Chariva termenung, memandang Savana yang tertidur damai.

"Bukankah kamu beruntung....? (Kau terlantar dari kecil dan aku menemukanku, aku mengadopsimu, bukankah aku sangat baik dan bukankah kamu begitu beruntung... Kelak kau juga akan tahu bagaimana aku mengalaminya dan aku tahu apa yang kau alami, kau bahagia sekarang...)" ia tampak tersenyum haru, memang bukan kali pertama dia menyelamatkan hewan, tapi entah kenapa kucing kecil itu adalah kucing pertama yang ia adopsi di rumah.

Namun malam ini, ponselnya kembali berbunyi membuatnya mengambilnya yang ternyata dari atasannya. "Huf...." ia menghela napas panjang lalu mengangkatnya.

"Chariva, besok kau harus pergi ke tempat yang sudah aku kirimkan lokasinya.... Kau harus bertemu dengan pemilik ladang itu...." katanya.

"Ha... Baiklah...." balas Chariva. Lalu dia menatap ke Savana itu. "Apa yang harus aku lakukan sekarang padamu? Mungkin, menitipkanmu?"

Chariva kini harus meninggalkan Savana di penampungan karena tugas mendadak di luar kota. “Maaf ya, aku harus pergi sebentar. Jangan nakal,” katanya sambil mengelus kepala Savana.

Dia juga menatap ke seorang lelaki yang juga staf di sana. "Chariva, terkadang kau itu harus menolak permintaan bos..." sarannya.

"Maafkan aku, tapi, hanya aku yang bisa diandalkan..." kata Chariva membuat staf itu terdiam, tapi ketika dia akan berbicara, ternyata ada Griffin yang mengajak anjingnya jalan-jalan. "Chariva?" sapanya membuat Chariva terkejut. "Tuan Griffin? Apa yang ingin kau lakukan?"

"Sebenarnya, aku ingin berkunjung, dan juga mengecekmu apakah kau sudah tidak sibuk?"

Seketika Chariva menatap kecewa. "Maafkan aku, aku benar-benar sibuk... Aku harus pergi ke ladang tulip di hutan selatan... Eh, timur... Um entahlah, aku hanya mengikuti map..." dia menatap ponselnya dengan buru-buru.

"Ladang tulip? Memangnya ada apa di sana?"

"Aku harus mengamati hewan-hewan liar di sana." Tatap Chariva.

"Boleh aku ikut?" tatap Griffin membuat Chariva terkejut. "Tapi..."

"Kebetulan, aku kenal dengan pemilik ladang tulip itu, namanya Hunter kan?" tatapnya membuat Chariva terkejut lagi dan langsung mengangguk.

"Aku juga bisa mengantarmu dengan mobilku, jadi mari..." katanya membuat Chariva mengangguk dan mengikutinya, tapi Chariva menatap ke kucing Savananya, dia tersenyum dan melambai meninggalkan kucing itu yang tampak seperti ingin mengejar tapi rekan Chariva langsung membawanya. "Maaf kawan, dia harus bertugas...."

Hingga kemudian mereka sampai di hutan itu, terpaksa meninggalkan mobil Griffin dan mereka sudah memakai perlengkapan mereka.
"Wah, Tuan Griffin terbukti tahu soal perlengkapan hutan, huh? Aku jadi curiga kau juga sama sepertiku?" tatap Chariva.

"Hm? Sepertimu? Apa maksudnya? Menyukai hewan? Dicintai hewan begitu?" tatap pria itu sambil melepas tali anjingnya, membuat anjing itu dengan semangat berlari memutar dan mengikuti mereka yang berjalan di hutan.

"Um, yeah, kupikir begitu?"

"Hm... Sepertinya kau belum tahu soal aku, yah? Kupikir hanya dengan nama, kau akan tahu..." tatap Griffin.

"Namamu? Oh, ya, memang benar, namamu seperti nama dongeng, pasti itu memiliki arti tapi aku tidak tahu...."

"Kupikir kita memang harus membahasnya, tapi aku tak membawa bukunya, mungkin lain kali saja... Lagipula aku kenal dengan pemilik ladang tulip... Aku bahkan bekerja sama dengan bisnisnya..." kata Griffin.

"Sungguh? Itu hebat sekali..." tatap Chariva hingga setelah mereka berjalan, mereka menemukan ladang tulipnya, sama seperti saat itu, hanya ada pagar menghalangi dan tak lama kemudian Hunter datang menatap mereka.
"Aku sudah mendapatkan pesan... Apa kalian orang yang dikirim?" tatapnya pada Chariva.

"Lama tidak bertemu..." tatap Griffin saat Hunter membuka gerbang, lalu dengan santai Hunter menangkap tangan Griffin dan mereka saling berjabat tangan bahkan saling memukulkan bahu mereka layaknya saudara.

"Apa ini suatu kebetulan, atau kalian memang sengaja datang bersama?" tatap Hunter.

"Aku tidak ada kepentingan di sini, aku hanya menemani Chariva..." tatapnya membuat Hunter melihat Chariva.

Tapi Hunter terdiam dan seperti mengetahui Chariva, lalu dia menatap ke Griffin.
"Kau tidak lupa pada apa yang selalu kita bahas?" tatapnya membuat Griffin terdiam. Lalu Hunter menambah, "Bawa dia ke bukit itu, berjalanlah hingga menemukan sesuatu." tatapnya.

"Oh, baiklah... Bagaimana Chariva?" Griffin menatap Chariva.

Lalu Chariva mengangguk. "Kebetulan aku memang ingin bertanya jalan yang bagus agar aku tidak tersesat, terima kasih..." tatap Chariva membuat Hunter mengangguk satu kali dan berbalik kembali masuk ke dalam.

"Woof, woof..." Anjing itu tampak menggonggong di jalan yang akan mereka lewati.

"Kenapa denganmu?" Chariva mengikutinya, sementara Griffin berjalan lebih pelan karena kakinya lebih panjang.

Hingga mereka terdiam melihat sesuatu. Siapa yang menyangka, ada sebuah tempat dan tempat itu milik Clarabell.

"Tidak mungkin..." Chariva menatap tak percaya, sementara Griffin tersenyum kecil sendiri seperti tahu akan sesuatu.

Hingga ada Clarabell yang keluar dari sana dan kebetulan langsung melihat ada orang asing. Dia terdiam tapi mencoba menyapa.
"Oh, halo..." dia bahkan mendekat. Dia sama seperti Chariva, hanya saja Chariva memiliki rambut yang pendek.

"Halo, nona... Kami kenal dengan Hunter, jadi kupikir kita bisa menjadi kenalan?" tatap Griffin mencoba tetap mencairkan suasana.

"Benarkah? Kalau begitu ayo masuk saja..." tatap Clarabell.

Tapi ketika melangkah, ponsel Chariva berbunyi membuatnya terdiam.
"Maafkan aku..." tatapnya membuat Clarabell mengangguk, lalu Chariva mengangkatnya.

"Chariva!! Savana... Savana... Ada suatu hal terjadi padanya!" kata suara itu, membuat Chariva terkejut tak percaya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience