Hari selanjutnya, Chariva bangun dari tidurnya, dia bangun duduk dan menguap lebar. Di samping tempat tidurnya ada Pino dan di atas pangkuannya ada kitten kecil itu.
Chariva tersenyum kecil dan membelai mereka satu per satu, membuat mereka juga terbangun. "Ayo, kita harus ke penampungan untuk bekerja...." kata Chariva.
Hingga ia pergi ke tempat kerjanya membawa mereka. Pino berjalan dengan tali kucing yang dipegang Chariva, sementara kitten kecilnya bersembunyi di balik mantel Chariva.
Hingga Chariva membuka gerbang dan masuk ke sana, terlihat ada Lousi yang berdiri di meja resepsionis menatapnya. Dia mengeong menyapa Chariva, lalu Chariva melepas kucing-kucingnya itu agar bisa bermain di sekitaran penampungan. Dia memang selalu membawa mereka. Selalu menemaninya, tapi suatu kali ini ada seorang pengunjung yang tertarik pada kitten kecil itu. "Nona, bolehkah aku mengadopsi kucing kecil itu? Hanya dia yang kelihatan sangat aktif..." tatapnya pada Chariva yang ada di resepsionis.
Chariva terdiam, lalu tersenyum. "(Aku tidak akan sedih, justru aku senang jika ada orang baik... Aku senang kitten dapat mendapatkan keluarga baru...) Bisa... Aku akan memprosesnya..." kata Chariva dan di saat itu juga dia berpisah dengan kucing kecil itu. "(Sampai jumpa, aku telah menyelamatkan hidupmu dan kau berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik bersama dengan manusia lain...)"
Kini tersisa Pino yang akan selalu menemaninya. Pino dan Lousi bahkan juga selalu tidur bersama saat Chariva mengurus pekerjaannya. Kedua kucing itu benar-benar sangat akrab.
Hingga kemudian ada yang datang, siapa sangka itu Griffin membawa anjingnya. "Chariva..." Dia langsung ke meja resepsionis membuat Chariva tersenyum lembut menyapa. "Lama tidak bertemu..."
"Kau tidak marah?" Griffin tiba-tiba mengatakan itu membuat Chariva bingung. "Marah? Kenapa?"
"Yeah, kau tahu, aku sibuk dan kita tak jadi bertemu di tempat yang harusnya dijanjikan, dan juga, aku melepas Savana..." tatapnya.
Tapi Chariva tertawa kecil. "Hahaha... Sibuk itu wajar untuk kita, aku baik-baik saja kok, lagipula Savana pasti sudah bahagia di tempatnya... Lain kali aku ingin mengunjunginya..." kata Chariva.
"Apa kau mau tinggal di sana?" tatap Griffin, lagi-lagi melemparkan pertanyaan aneh.
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, tinggal bersama Savana, di hutan itu, dia aku titipkan pada gadis yang saat itu kita temui... Apa kau tidak penasaran dengan gadis itu?" tatap Griffin.
"Oh, benar juga..." Chariva berpikir baru ingat. "Aku seharusnya meminta maaf padanya karena terlalu buru-buru pergi... Jika dibilang ingin tinggal di sana, aku mungkin juga selalu punya keinginan tinggal di alam, karena aku memang suka melihat hewan-hewan ada di habitat mereka... Tapi, aku tidak tahu apakah aku punya hal yang baik ataupun apa yang harus dipersiapkan. Lagipula aku harus bekerja di sini..." kata Chariva.
"Bukankah jika kau tidak bekerja, masih ada orang lain yang menggantikanmu... Apalagi observasi adopsi dan pemasukan hewan terbuang juga sekarang stabil karena promosimu. Ke depannya juga tidak akan banyak hewan yang akan terbuang mati lagi... Jika soal uang, tinggal di hutan tidak perlu melihat uang, kau hanya perlu menikmati bagian dari alam, berbicara dengan gadis itu... Ingat bagaimana gadis itu menyambut kita dengan baik, dia ingin teman... Dia butuh teman untuk menemaninya... Dia sendirian dan dia membutuhkan orang sepertimu... Kalian harus saling berkenalan..." kata Griffin.
"Kenapa kau bicara aneh sekali? Apa ada hal yang harus aku ketahui lagi?" tatap Chariva, dibersamai dengan Pino yang mengeong minta dielus dan Chariva mengelusnya menunggu jawaban Griffin.
"Kelak, kau akan tahu... Bagaimana takdir memberikan kehidupan padamu... Aku ditugaskan untuk mencari orang sepertimu dan mengumpulkan orang sepertimu... Jadi, aku mohon..." Griffin tiba-tiba dengan perlahan memegang tangan Chariva membuat Chariva terkejut. "Tinggallah di hutan... Chariva... Hewan-hewan di sana membutuhkanmu... Dan juga, hentikan Hunter melakukan kebiasaannya, berburu hewan...." katanya membuat Chariva terdiam.
"Aku benar-benar tidak mengerti.."
"Aku sudah bilang, jika kau bersama gadis itu maka kau pasti akan diberitahu segalanya... Termasuk dongeng yang selama ini ingin kau dengar dariku..." tatap Griffin seketika membuat Chariva menatap tak percaya.
"(Kupikir itu adalah keinginanku....) baiklah..." tatapnya.
Dalam perjalanannya menaiki mobil bersama Griffin, Pino juga ikut. Dia tidur di pangkuan Chariva yang duduk di samping supir, tentu saja yang mengemudi adalah Griffin.
"Tuan Griffin, setelah aku tinggal di sana, apa yang akan kau lakukan?" tatap Chariva.
"Aku akan kembali pada pekerjaanku, aku tidak bisa menemani kalian... Untuk ke depannya jika kau perlu sesuatu, katakan saja pada Hunter... Ingat, pria kemarin," tatapnya.
"Ah, itu tapi... bolehkah aku bertanya sesuatu, dari awal aku selalu penasaran, apa pekerjaanmu dan apa hubunganmu dengan Tuan Hunter, kenapa kalian tampaknya saling mengerti sesuatu?" tatap Chariva.
"Tidak juga, kami hanya kenal karena kerja sama... Ingat apa yang aku bicarakan waktu itu... Kami membuat kerja sama, produk teh yang dikonsepkan olehnya... Dia mengirim tulip ke tempatku, kemudian aku mengolahnya menjadi teh... Itu adalah kerja sama yang sudah bertahun-tahun dilakukan..." kata Griffin.
"Wah, itu hebat... (Itu berarti... Bukankah dia orang yang kaya raya? Baik Tuan Griffin maupun Tuan Hunter, pasti orang berduit... Tapi jika dipikir-pikir... Kenapa tampilan mereka sangat sederhana? Apalagi mobil milik Tuan Griffin, bahkan tidak ada mewah-mewahnya layaknya dia sengaja membeli mobil yang sederhana... Mungkin aku tidak berhak tahu... Atau mungkin mereka sama-sama menggunakan uang pada sesuatu yang lebih baik? Hm, mungkin...)" pikirnya sambil mengelus Pino.
Tapi mendadak, secara kebetulan Chariva melihat ada sesuatu yang berjalan di jalanan sepi itu, yakni seekor anak kucing yang turun di jalan dengan sangat ketakutan mencari induknya.
"Hah, Tuan Griffin, hentikan mobilnya!" teriaknya membuat Griffin terkejut dan langsung menginjak rem. "Kenapa?" Dia menatap panik.
"Lihat, ada anak kucing...!" Chariva menunjuk di tepi jalan yang sepi itu.
"Chariva, apa kau ingin membantunya?" Griffin menatap, tapi ketika dia menoleh, ternyata tersisa Pino, yang ternyata Chariva turun langsung dari mobil dan terlihat mendekat ke kucing itu.
Griffin terdiam lalu keluar juga dari mobil melihat bagaimana kucing itu terlihat berpikir bahwa Chariva bukanlah ancaman bahkan dia mendekat ketika Chariva berjalan mendekat dan menggendongnya.
Chariva menoleh dan melihat Griffin. "Tuan Griffin, ternyata dia adalah anak bobcat...." tatapnya.
"Bobcat? Kucing hutan? Pasti dia kehilangan induknya.... Apa kau mau merawatnya di hutan?" tatap Griffin membuat Chariva mengangguk bahkan kucing itu terlihat nyaman di pelukan Chariva.
Hingga kemudian mereka sampai di tempat Ckarabell, yang di mana Ckarabell sedang mengobrol dengan seorang wanita yang cantik, yang ternyata itu Kashiefa, dia pasti berkunjung. Mereka berdua melihat ada yang datang.
Ckarabell tentu saja mengenali mereka dan langsung mendekat. "Halo, kalian yang kemarin kan?" tatapnya, dia bahkan melihat Chariva membawa kucing kecil dan Pino yang mengikuti mereka.
Tapi siapa sangka, ada kucing Savana yang bangun dari tidurnya di belakang Kashiefa, dia mencium aroma Chariva bahkan langsung mendekat membuat Chariva menatap tak percaya. "Oh, sayang..." Dia berlutut dan memeluk Savana yang mendekat padanya.
Ckarabell tersenyum lembut melihat itu lalu ia menatap ke Griffin. "Tuan Griffin, aku sudah tahu soalmu dari Tuan Hunter, terima kasih sudah membawa teman untukku..." Dia menatap membuat Griffin mengangguk lalu menatap Chariva. "Kalau begitu, aku pergi dulu...." tatapnya membuat Chariva mengangguk lalu Griffin berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Chariva bersama mereka.
Dia pergi sendiri, tapi ketika ia melewati padang tulip milik Hunter, dan tak disangka-sangka dia bertemu dengan Hunter yang keluar dari gerbang akan berburu. Dia sudah membawa panahnya dan mereka saling menatap.
"Biar kutebak, kau sudah membawanya?" tatap Hunter.
"Dan biar kutebak, kau akan berhenti berburu setelah ini karena ada gadis itu..." tatap Griffin membuat Hunter menatap datar.
"Aku sudah mencari dua gadis, sekarang kau hanya perlu cari satu lagi, tugas kita dianggap selesai, kau mengerti... Terserah aku menikmati hidupku dengan berburu... Daripada kau, hanya tinggal di kota..."
"Hei, paling tidak aku mencari gadis, bukan menunggu gadis sepertimu... Payah...." tatap Griffin lalu dia melewati Hunter dan berjalan pergi membuat Hunter masih menatap datar lalu dia juga pergi ke arah berbeda untuk ke sisi lain hutan.
Share this novel